Nyonya Dini semakin bingung dengan kelakuan mereka yang saat ini tidak ada mengatakan sama sekali kepadanya. "Kenapa dengan kalian ini. Ada apa dengan dia, kalian main tembak saja. Dia salah apa dengan kalian? Coba katakan ke Mama, ada apa ini, jelaskan ke Mama, Darren, Komo dan kamu Boni katakan ke saya?" tanya Nyonya Dini. "Dia ini yang penyusup Tante, dia yang membuat rumah ini kacau pagi ini. Kami mau cari tahu siapa yang menyuruh dia. Karena kami tahu saat ini dia tidak sendirian. Tadi, saat Raya ke sini dia ini merekam dan dia juga menghubungi orang yang menyuruh dia. Dasar penghianat kamu, bisa-bisanya sejahat ini. Ingat, kamu itu di gaji oleh mereka bukan gratis kamu kerja di sini, siapa yang membawa dia ke sini?" tanya Komo dengan wajah merah padam karena menahan marahnya. "A-apa kata kamu penyusup? Jadi, selama ini dia yang sudah meneror kita? Kenapa bisa ada penyusup di sini. Dan kamu siapa yang memerintahkan kamu, ayo katakan ke saya. Jahat sekali kamu, saya menerima k
"Bertemu? Siapa?" tanya Darren penasaran siapa yang mau bertemu dengan dirinya."Pergi lihat, dia akan kami urus cepat sana. Dan kamu ikut dengan kami," ucap Komo yang meminta Darren untuk keluar dan bertemu tamu yang saat ini menunggu mereka di luar. "Urus dia bawa dia di tempat biasa. Buat dia mengaku, kalau perlu habisi saja nyawanya!" ancam Darren dengan tatapan tajam.Pelayan yang mendengar perkataan Darren hanya diam dia tidak tahu harus berkata apa. Rasa penyesalan terlihat jelas dari raut wajah pelayan tersebut. Ceklekk!"Siapa yang datang?" tanya Darren saat dirinya berdiri di depan pintu. "Tidak tahu, satpam katakan dia wanita dan sepertinya dia mengenal Nona Anne. Dia katakan ingin bertemu dengan Nona," jawab Ketua pelayan. "Bertemu dengan Anne, Bapak yakin dia mengenal Anne. Darren, Mama kenapa takut ya jika itu ulah mantanmu itu, dia pasti mencari cara untuk merusak kebahagiaan kalian. Hati-hati ya, Darren," ucap Nyonya Dini. "Benar itu, sekarang cepat kamu temui di
"Kenapa elu terkejut, gue hanya mengatakan apa yang sebenarnya, kenapa elu malah seperti itu, apa elu tidak percaya gue?" tanya Mona yang menatap ke arah Marlin. "Bukan begitu, siapa yang aduh kenapa gue yang takut ya," jawab Marlin lagi dengan wajah yang pucat mendengar perkataan temannya ini. "Assalamu'alaikum. Eh, rame sekali ini rumah ada apa ini. Wah ada tamu, eh ada Bang Mus, apa. Kabar Bang?" tanya Anne yang tiba-tiba masuk. Darren segera menghampiri Anne dia langsung dengan erat, Darren takut apa yang dikatakan teman Anne itu benar, jadi dia benar-benar ingin menjaga Anne. "Baby, kamu sudah datang. Kenapa aku tidak dengar kamu datang, Baby?" tanya Darren balik sambil memeluk Anne dengan posesif. Anne yang dipeluk sedikit malu, apa lagi di rumah ramai orang dan pasti semuanya memperhatikan mereka. "Sayang, malu dilihat orang. Kamu kenapa, hmm? Tumben manja seperti ini," bisik Anne di telinga Darren. "Aku tidak mau kehilangan kamu, Baby." Darren takut jika apa yang dikat
Kedua pria yang ditanya mau ikut memandang satu sama lain. Mereka menyerngitkan kening kenapa Paman Boni bertanya kepada mereka apakah mau ikut atau tidak. "Paman mau kemana?" tanya Komo penasaran. "Ikut saja, nanti Paman jelaskan di jalan. Ayo kita pergi sekarang, kalian tidak ada meeting hari ini?" tanya Paman Boni. "Tidak ada," jawab Komo singkat. "Bukannya elu tadi katakan ada? Kenapa sekarang tidak ada, elu mau bohongi gue, Mo?" tanya Darren mulai kesal. "Tidak, gue nggak bohong. Tadi memang ada sekarang sudah tidak ada. Sudahlah, ayo kita pergi sekarang jangan kamu pikirkan dulu kantor aman semuanya, sepulang dari sana kita bisa ke kantor," jawab Komo kembali. Darren hanya menghela nafas panjang, dia benar-benar tidak habis pikir dengan asisten merangkap temannya ini. "Baby, pergi dulu jangan keluar tanpa pengawal dan nanti jemput Danda bawa pengawal yang tadi mengawal kamu pergi. Ma, Darren pergi dulu," pamit Darren sembari mengecup kening Anne dan sebaliknya Anne menci
"Ada apa? Kenapa kalian diam saja apa yang terjadi dengan dia. Kenapa dia diam saja cepat jawab?" tanya Paman Boni yang segera berlari ke arah sopir Darren. "Dia terkena serangan jantung, saya memberikannya makanan tapi tiba-tiba dia memegang jantungnya dan dia tidak bergerak kami sudah membangunkannya. Sepertinya, dia meninggal Tuan," jawab anak buah Paman Boni menjelaskan jika mantan sopir Darren terkena serangan jantung. "Ya sudah, kalau seperti itu cepat kita bawa ke rumah sakit yang ada di sini, cepatlah dan kalian awasi dia jangan sampai dia berbohong kepada kita!" perintah Paman Boni dengan tegas kepada anak buahnya untuk segera membawa mantan sopir yang mereka tangkap ke rumah sakit. Anak buah Paman Boni segera membawa sang sopir dengan mobil yang lain. Paman Boni, Darren dan Komo mengikuti dari belakang mereka tentu saja cemas jika sampai meninggal maka habislah mereka. "Bagaimana ini, Paman, sepertinya sopir itu tidak akan selamat jika serangan jantung ujung-ujungnya past
Seseorang yang mengikuti mobil dari anak buah Paman Boni kehilangan jejak. Dia harus terhalang oleh mobil yang menyalipnya. "Argggh, sial kenapa mobil ini menyalipku. Aku kehilangan jejak, awas kalian aku akan balas kalian!" geram seseorang tersebut yang gagal mengikuti mobil anak buah Paman Boni. Ia pun terpaksa pergi dari tempat tersebut karena percuma jika ikutin pun tidak akan menemukan siapapun itu. ****Di rumah sakit, Darren, Komo dan Pamab Boni akhirnya bisa menemui Dokter yang memeriksa mantan supir Darren. "Bagaimana dengan supir saya itu? Apa dia selamat?" tanya Komo terlihat panik dan khawatir. "Dia baik, beruntung dia dibawa cepat waktu jika tidak saya tidak bisa katakan. Dia akan dipindahkan ke ruang inap, apa Anda sudah urus semuanya? Jika sudah kita bisa pindahkan segera," jawab Dokter. "Baiklah saya akan urus semuanya," ujar Darren mengiyakan perkataan Dokter. Paman Boni segera memerintahkan anak buahnya untuk mengurus semuanya. Darren menunggu sang Paman kemb
"Dia mau pergi dengan si pink itu, lagi pula dia pria kenapa harus dekat dengan Anne, apa tidak ada teman lain yang harus mereka temani kenapa harus dia, sudahlah pakaiannya serba pink tapi tetap dia itu pria sejati," jawab Darren yang merenggut. "Hahhh! Gue itu juga berpikiran sama seperti elu, gue itu berpikir kenapa bisa mereka berteman dengan si pink itu. Bagaimana kalau kita ikut saja, gue tidak mau ayang beb gue pergi dan dekat dengan dia, cepat elu tanda tangan setelah itu kita pergi." Komo mengusulkan Darren untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Darren pun segera menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Komo kembali ke ruangannya. Dia pun terus mengambil berkas untuk segera dia selesai. Kedua pria yang bucin abis benar-benar seperti orang yang dikejar dedemit mereka mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan pada akhirnya mereka selesai. "Bos, ayo kita pergi. Gue sudah selesai," ucap Komo yang sudah ada di pintu masuk ruangan Darren. Sekretaris Darren yang melihat kedua bos mer
"Itu tidak salah, kenapa si pink malah berantem dan itu bukannya Danda anak elu, ya Tuhan sepertinya mereka di halangi oleh si nenek lampir itu, ayo kita turun segera. Sebentar gue merapatkan dulu ini mobil," ucap Komo yang segera melakukan mobil mencari tempat yang aman untuk parkir. Setelah itu, Darren segera turun terburu-buru dia tidak suka dengan apa yang dilakukan Dinda terlebih lagi kemana istrinya kenapa bisa bersama dengan Anne. "Hentikan, aku katakan hentikan! Kalian tidak dengar apa yang aku katakan, hahhh?" tanya Darren dengan suara teriakan. Dinda dan Mona segera menghentikan perkelahian mereka dan tentu saja Danda langsung ditarik oleh Mona agar menjauh dari wanita yang sedari tadi berkelahi dengannya. "Kembalikan anak gue, jangan coba-coba elu ambil anak gue, sialan!" pekiknya. "Anak ye, jangan mimpi anak ye, ini anak sahabat gue, elu udah buat emaknya pingsan sekarang elu mau culik desek, jangan mimpi ye," ucap Mona yang mengatakan jika Anne pingsan. "Apa pingsan
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s