"Ada apa? Kenapa kalian diam saja apa yang terjadi dengan dia. Kenapa dia diam saja cepat jawab?" tanya Paman Boni yang segera berlari ke arah sopir Darren. "Dia terkena serangan jantung, saya memberikannya makanan tapi tiba-tiba dia memegang jantungnya dan dia tidak bergerak kami sudah membangunkannya. Sepertinya, dia meninggal Tuan," jawab anak buah Paman Boni menjelaskan jika mantan sopir Darren terkena serangan jantung. "Ya sudah, kalau seperti itu cepat kita bawa ke rumah sakit yang ada di sini, cepatlah dan kalian awasi dia jangan sampai dia berbohong kepada kita!" perintah Paman Boni dengan tegas kepada anak buahnya untuk segera membawa mantan sopir yang mereka tangkap ke rumah sakit. Anak buah Paman Boni segera membawa sang sopir dengan mobil yang lain. Paman Boni, Darren dan Komo mengikuti dari belakang mereka tentu saja cemas jika sampai meninggal maka habislah mereka. "Bagaimana ini, Paman, sepertinya sopir itu tidak akan selamat jika serangan jantung ujung-ujungnya past
Seseorang yang mengikuti mobil dari anak buah Paman Boni kehilangan jejak. Dia harus terhalang oleh mobil yang menyalipnya. "Argggh, sial kenapa mobil ini menyalipku. Aku kehilangan jejak, awas kalian aku akan balas kalian!" geram seseorang tersebut yang gagal mengikuti mobil anak buah Paman Boni. Ia pun terpaksa pergi dari tempat tersebut karena percuma jika ikutin pun tidak akan menemukan siapapun itu. ****Di rumah sakit, Darren, Komo dan Pamab Boni akhirnya bisa menemui Dokter yang memeriksa mantan supir Darren. "Bagaimana dengan supir saya itu? Apa dia selamat?" tanya Komo terlihat panik dan khawatir. "Dia baik, beruntung dia dibawa cepat waktu jika tidak saya tidak bisa katakan. Dia akan dipindahkan ke ruang inap, apa Anda sudah urus semuanya? Jika sudah kita bisa pindahkan segera," jawab Dokter. "Baiklah saya akan urus semuanya," ujar Darren mengiyakan perkataan Dokter. Paman Boni segera memerintahkan anak buahnya untuk mengurus semuanya. Darren menunggu sang Paman kemb
"Dia mau pergi dengan si pink itu, lagi pula dia pria kenapa harus dekat dengan Anne, apa tidak ada teman lain yang harus mereka temani kenapa harus dia, sudahlah pakaiannya serba pink tapi tetap dia itu pria sejati," jawab Darren yang merenggut. "Hahhh! Gue itu juga berpikiran sama seperti elu, gue itu berpikir kenapa bisa mereka berteman dengan si pink itu. Bagaimana kalau kita ikut saja, gue tidak mau ayang beb gue pergi dan dekat dengan dia, cepat elu tanda tangan setelah itu kita pergi." Komo mengusulkan Darren untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Darren pun segera menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Komo kembali ke ruangannya. Dia pun terus mengambil berkas untuk segera dia selesai. Kedua pria yang bucin abis benar-benar seperti orang yang dikejar dedemit mereka mengerjakan pekerjaan dengan cepat dan pada akhirnya mereka selesai. "Bos, ayo kita pergi. Gue sudah selesai," ucap Komo yang sudah ada di pintu masuk ruangan Darren. Sekretaris Darren yang melihat kedua bos mer
"Itu tidak salah, kenapa si pink malah berantem dan itu bukannya Danda anak elu, ya Tuhan sepertinya mereka di halangi oleh si nenek lampir itu, ayo kita turun segera. Sebentar gue merapatkan dulu ini mobil," ucap Komo yang segera melakukan mobil mencari tempat yang aman untuk parkir. Setelah itu, Darren segera turun terburu-buru dia tidak suka dengan apa yang dilakukan Dinda terlebih lagi kemana istrinya kenapa bisa bersama dengan Anne. "Hentikan, aku katakan hentikan! Kalian tidak dengar apa yang aku katakan, hahhh?" tanya Darren dengan suara teriakan. Dinda dan Mona segera menghentikan perkelahian mereka dan tentu saja Danda langsung ditarik oleh Mona agar menjauh dari wanita yang sedari tadi berkelahi dengannya. "Kembalikan anak gue, jangan coba-coba elu ambil anak gue, sialan!" pekiknya. "Anak ye, jangan mimpi anak ye, ini anak sahabat gue, elu udah buat emaknya pingsan sekarang elu mau culik desek, jangan mimpi ye," ucap Mona yang mengatakan jika Anne pingsan. "Apa pingsan
Darren kesal karena ada yang memanggilnya. Darren tidak memperdulikan tapi tangan seseorang menarik lengan Darren hingga Darren harus menghentikan langkah kakinya dan menepis tangan yang memegang lengannya untuk mencegah dirinya untuk menemui kesayangannya. "Apa lagi, elu udah keterlaluan, Dinda. Gue itu muak lihat elu. Gue udah peringatkan ke elu untuk tidak mendekati tiga wanita yang gue sayangi. Tapi, sekarang elu mendekati dan membuat istri gue terluka karena elu. Mau elu apa, hahh!" Bentak Darren dengan kencang karena Dinda menghentikan langkah kakinya. "Aku ingin tahu yang sebenarnya, apa benar itu? Apa benar wanita miskin itu sudah menjadi istri kamu? Aku ingin memperbaiki semuanya, aku ingin menebus kesalahan aku, Darren. Tolong jangan buat aku merasakan bersalah karena sudah mengabaikan Danda. Dia anakku, dia lahir dari rahimku, kenapa kamu tega, Darren memisahkan kami berdua. Jangan seperti ini Darren," ujar Dinda yang berharap Darren mau menerima dia kembali. "Apa gue ti
Darren yang namanya di panggil oleh seseorang langsung mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang memandangnya. "Surya, elu di sini? Siapa yang sakit?" tanya Darren balik memandang ke arah sahabatnya yang seorang polisi. "Oh, lagi ada kasus tabrak lari. Jadi, gue ke sini. Elu kenapa di sini? Siapa sakit? Tante Dini ya?" tanya Surya. Surya duduk di sebelah Darren. "Bukan, istri gue sakit. Ceritanya panjang dan gue sekarang menunggu dia di dalam," jawab Darren. Surya terkejut karena mendengar jika Darren menyebut istri, "tunggu dulu, elu udah punya istri ya? Kenapa gue tidak tahu dan kenapa elu kagak undang gue. Udah tidak setia kawan lu." "Bukan tidak setia kawan, Surya. Ini dadakan bukan karena hamil luar nikah tapi karena ada sesuatu yang tidak bisa kita ucapkan," sambung Komo. "Oh, pantas saja. Gue pikir elu masih duda karatan dan elu Mo, apa sudah menikah juga? Atau sudah sama saja. Cepat nikah kalau tidak itu rudal bisa tidak berdiri jika kelamaan," jawab Surya melirik ke
Seorang yang dijumpai oleh Dinda adalah Raya. Raya yang berada di rumah mendapatkan telepon dari Dinda mantan istri dari Darren yang juga musuh bebuyutannya karena dia tahu jika Darren kembali kepada Dinda, dia akan tersingkirkan tapi dalam hal ini, Darren sudah menikah dengan wanita penjual bunga dan saat ini niat Raya hanya ingin menyingkirkan wanita tersebut. Setelah itu, barulah dia menyingkirkan Dinda sungguh licik dua wanita tersebut. 'Ya halo, ada apa Dinda, kenapa kamu menghubungiku' Raya mendengar dengan seksama apa yang dikatakan oleh Dinda. 'Baiklah, kita ketemu di taman bermain saja agar tidak ada yang curiga, aku menunggumu di sana.' Raya memberitahukan lokasi pertemuan mereka setelah itu barulah Raya bergegas ke tempat di mana mereka akan bertemu. Dan di sinilah mereka bertemu, Raya dan Dinda masih diam tapi apa yang ada di pikirkan keduanya sama. Mereka benar-benar ingin memisahkan Anne dan Darren dan mengambil keuntungan atas perpisahan mereka. "Jadi, apa yang ing
"Nah, bos harus cari tahu kalau benar dia dicampakkan maksudnya itu kita mencari apa sebabnya ok lah dia di selingkuhi tapi pasti ada sebabnya dan kita harus tahu kemana selingkuhannya bos, karena bisa saja dia melakukan hal sama dengan apa yang dia lakukan ke bos Darren," jawab Paijo yang mengatakan jika wanita itu pasti melakukan sesuatu ke pria yang menjadi selingkuhannya. "Eike juga berpikir seperti itu, bisa saja desek melakukan seperti ya desek katakan. Ye tidak lihat wajah si rubah itu, pengen gue cakar jadi sepuluh. Eike heran kenapa desek sekejam itu dan lihat saja desek bisa membuat Nene eike terluka," ucap Mona dengan raut wajah sedih. "Dia itu kejam dan jahat dia hanya obsesi, dia sudah miskin dan lihat si Tuan Tanah kaya raya makanya dia mengejar si Tuan Tanah sayangnya dia kalah lebih tepatnya kurang beruntung," jawab Marlin. "Benar itu sayang, seperti aku yang selalu beruntung jika dekat kamu eh memiliki kamu. Jadi, besok kita nikah yuk. Jangan lama-lama kita nikah,
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s