Share

Bab 52

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-02 10:12:17

"Mami pikir, kamu nggak bakalan pulang. Hm, ternyata bossmu lumayan juga." Aku mendengkus sebal, saat mendengar ucapan Mami. Dan apa katanya tadi, lumayan?

"Cakeeep bingit Mami, bukan hanya lumayan." Anne ikut menimpali, dengan mulut penuh nasi. Sarapan yang amat memuakkan!

Aku mulai menghidu, jangan-jangan keduanya ada rencana untuk merebut apa yang tengah berada dalam genggaman. Tidak!

Semoga, boss Putra cukup kuat. Tahan iman, tak meski tergoda dengan wanita macam Anne!

"Tapi, sayang. Udah jadi milik kak Anna," ucapnya lagi. Tak lupa memasang wajah cemberut, sok imut!

Terus, kalau bukan milikku kamu mau? Atau, memang ada rencana untuk kembali merebut? Ish, nggak ada kapoknya ternyata.

Meja makan, begitu ramai oleh celoteh kedua manusia. Tanpa merasa malu, dengan kehadiranku dan Papi.

Benar-benar mereka belum berubah sepenuh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kesayangan Mami   Bab 53

    "Karena yang akan menjalani adalah Anna, jelas kita semua menunggu jawaban darinya." Pipiku kembali merona, menahan malu. Karena semua mata tertuju, dan seakan tak sabar ingin tahu keputusan mana yang akan dipilih.Hari ini, boss Putra membuktikan ucapannya. Untuk memboyong kedua orang tua, dalam rangka melamar. Katanya ingin cepat menikah, membangun mahligai rumah tangga.Di ruang tamu, juga telah hadir Mami dan Anne. Keduanya tampak membisu, dan sama sekali tak ada raut bahagia yang harusnya terpancar."In Syaa Allah, Anna siap." Usai berucap, aku menunduk. Merasakan debaran jantung, yang kian bertalu.Semua yang hadir, mengucap kata hamdallah dengan suka cita. Tentu saja, dengan Anne dan Mami yang tetap terdiam. Tanpa sepatah katapun, terlontar dari bibir.Netraku dan boss Putra, sempat beradu. Kami seolah berbicara melalui pandangan, begitu bahagia karena akhirnya bisa menyatukan cinta yang semp

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 54

    Hari ini ... Rumah kedatangan tamu tak diundang, siapa lagi kalau bukan Angga dan Ibunya. Tengah duduk santai, sembari mengobrol dengan Papi.Aku mengembuskan napas kesal, semoga kedatangan mereka tak lain hanya untuk bertemu dengan Anne dan Mami. Bukan lagi membahas tentang masalah kami, yang sudah tidak mungkin disatukan!Melangkah gontai, terpaksa aku temui sang tamu. Mengukir senyum, meski terpaksa. Lagian, kenapa Papi harus seramah ini terhadap mereka? Lupaaa, dengan kejadian beruntun yang pernah kualami.Di tengah mereka, juga telah hadir Anne dan Mami. Keduanya tampak malas, jua menatap penuh benci."Akhirnya ... Kamu datang juga, Anna." Bu Dena tersenyum manis, seakan amnesia bahwa kami pernah bertengkar.Lagi, aku terpaksa mengulum senyum. Meski tak ikhlas, sebab menghidu kabar tak baik."Kami datang, untuk melamarmu. Menikahlah dengan Angga, Anna." Damn! Dahiku mengern

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 55

    Sah!Sah!Sah!"Alhamdulillah." Jantungku berdebar tak karuan, air mata menetes. Usai ijab qobul dilaksanakan, harapku tak banyak hanya ingin langgeng hingga akhir hayat memisahkan.Kucium punggung tangan boss Putra, yang telah resmi menjadi suami. Ada getaran cinta, yang membumbung tinggi. Rasanya, masih tak menyangka akan menikah dengan dirinya.Semua yang hadir. Tampak bahagia, terkecuali Mami dan Anne. Keduanya merenggut, seakan dunia hendak kiamat!Banyak karyawan boss, yang berdatangan.Memberi selamat, jua untaian doa tiada henti. Termasuk Nindy, teman sekaligus sahabat selama masih bekerja di sana."Enak banget jadi kamu, Ann. Selalu dikelilingi pria tampan dan kaya, bagi tipsnya dong." Aku menggeleng lemah, ia masih saja seperti dulu. Ketika kami masih bersama, dalam bidang pekerjaan yang sama.Karena banyaknya tamu, tak sempat kuhiraukan celotehan ceria dari mulut Nin

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 56

    Aku meringis, merasakan perih di sekitar wajah. Dengan bringas, Tante Mita membuat deretan luka di sana.Sedang tubuh, seakan dibuat tak berdaya dengan dua cengkeraman manusia yang tak lain adalah saudara satu darah. Miris!Mami ... aku adalah anakmu juga, terlahir dari rahim yang sama. Kenapa bisa hanya karena penyakit, dirimu berlaku seperti hewan. Ingin menghabisi, darah daging sendiri tanpa memikirkan banyak hal lainnya.Tuhan, izinkan diri untuk tetap hidup. Jelas tak mau, meninggalkan sang kekasih hati yang baru dinikahi hari kemarin.Dalam resah, aku terus melafalkan doa. Ada banyak harapan yang terselip, semoga akan ada bantuan untuk mencegah kejahatan mereka."Luka yang kamu rasakan, tak sebanding dengan apa yang kami alami selama ini!" teriak Tante Mita, penuh penekanan. Sambil mencengkeram, daguku keras.Kukunya yang panjang, lagi-lagi membuat kesakitan di sana. Perih bercampur sedih, seakan bercampur m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Kesayangan Mami   Bab 57

    Aku merenggut, sebisa mungkin memalingkan wajah ke arah manapun. Asal, tak perlu bertatapan dengan Papi. Pria yang telah membuat hati remuk redam, menghilang disaat diri begitu membutuhkan.Berkali-kali suami meyakinkan. Bahwa beliau tengah sibuk, mengurus laporan terkait tiga manusia yang mendadak menjadi seorang pembunuh!Beruntung, aku masih bisa hidup. Menikmati udara, walau sesaknya belum jua pergi. Lukanya masih menganga, pasti dalam kurun waktu yang panjang.Tepat, di hari kedua setelah kepulangan diriku. Papi, datang. Wajahnya tampak kusut, lelah yang bukan hanya menggerogoti tubuh. Namun, jua hati serta pikiran. Semua seakan terlibat!"Anna, maafkan Papi." Beliau berucap, setelah sekian lama kami terjebak dalam keheningan. Maaf, tidak akan cukup untuk mengobati segala rasa kecewa!"Mereka ... Belum jua ditemukan. Ketiganya kabur, hilang entah ke mana."Bibirku mengatup rapat. Pintar sekali kalian, usai menusuk. Sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Kesayangan Mami   Bab 58

    Pagi yang mendung, terpaksa menahan aktivitas gerakku bersama suami. Lebih betah di dalam kamar, dalam keadaan tubuh sama-sama polos.Honeymoon kali ini, sangat berkesan. Usai menjebloskan mereka ke dalam penjara, hati sedikit lebih tenang jua damai.Tubuhku terasa lemas, kami bercinta persis seperti orang kesurupan. Tak mengenal waktu, dan terpuaskan hingga semalaman suntuk.Tepat pukul 09.00, perutku terasa lapar. Kami sibuk memuaskan hasrat, lupa dengan perut yang harusnya terisi.Ibu dan Bapak mertua, jua Papi. Memaksa kami untuk honeymoon, berharap akan ada bayi usai perjalanan ini.Aku mengulum senyum, sembari mengguncang tubuh sang suami. Merasa malu, dengan kejadian tadi malam."Hm, jadi berapa say?" tanyanya, sambil sesekali mengucek mata yang enggan untuk terbuka."Sembilan, aku lapar." Dengan manja, aku berucap pelan. Merenggut malas, sebab tak ingin ke mana-mana.Sang pujaan berusaha untuk membuka mata

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Kesayangan Mami   Bab 59

    Ruangan lengang, masih mencerna informasi yang dibawa Papi. Gurat wajah beliau, menunjukan bahwa ia tidak sedang baik-baik saja. Kenapa, sudah menikahpun pria itu masih saja mengganggu?Dulu, mungkin aku pernah mencintainya. Berpikir untuk mati saja, kala ia bersanding dengan Anne. Sekarang, perasaan itu berubah seiring berjalannya waktu. Dan semua terjadi, bukan karena salahku melainkan ada andil dia di dalamnya.Makan sore terasa hambar. Bukan tidak enak, Putra bahkan bilang rasa masakanku mulai membaik. Kedatangan Papi, dengan membawa kabar tersebut."Kita lupakan dulu masalah Angga, kabar kehamilanmu Anna. Itu jauh lebih penting," ucap Papi. Tersenyum getir, meski guratan khawatir belum benar-benar hilang."Itu benar, Ann. Semua akan baik-baik saja, ada aku, Papi, dan semua yang sayang kamu. Pasti akan melindungi sepenuh jiwa dan raga." Putra menepuk dadanya, tampak semangat.Aku terkikik. Menggemaskan sekali suamiku ini, kenapa n

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Kesayangan Mami   Bab 60

    "Lama di penjara, ternyata tidak sama sekali merubah sifatmu Anne." Aku mendengkus sebal, kenapa takdir seakan mempertemukan kembali?Kembaranku itu terkikik. Dia datang seorang diri, "Memang. Apa yang kamu harapkan dariku? Damai? Pelukan hangat? Aww, itu ... Hanya ada dalam mimpimu sayang."Aku mendesah. Menatap seluruh bunga cantik, yang kurawat sepenuh hati. Inilah istanaku sekarang, tidak lagi tinggal bersama mertua ataupun apartemen.Dikaruniai dua anak kembar, perempuan. Empat tahun usia mereka, sedang Anne masih menyendiri. Mungkin, sulit baginya untuk kembali menikah setelah kejadian bersama Angga.Si kembar tengah bermain, mereka tampak akrab dan saling menyayangi. Jauh berbeda denganku dulu bersama Anne, wanita itu kerap merebut semua yang kupunya.Aku meremas kedua tangan, mengingat kejadian dulu. Pemandangan di depan, seakan memutar kenangan dulu bersama Anne. Bedanya mereka akur, kami tidak sama sekali!Didik

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08

Bab terbaru

  • Kesayangan Mami   Bab 71

    Sore itu, tepat saat suami pulang. Aku merenung dengan tangan memegang remote TV, kuabaikan acara di sana. Karena pikiran sibuk menerka tentang Anne, sudah beberapa hari semenjak aku dinyatakan sembuh ia tak kunjung datang.Apa mungkin kemarin adalah satu drama terbarunya? Tidak! Aku berharap, itu hanya pikiran tidak baik yang sempat menyergap diri. Selebihnya, Anne berubah ke arah yang memang jauh lebih baik."Mikirin apa sih? Serius banget," cetus Putra. Duduk di sampingku, dengan sesekali menghela napas."Ahh, sayang. Kamu udah pulang? Maaf, lagi sibuk tadi." Takzim, aku mencium punggung tangannya. Lantas, ia balik mengusap kepalaku tak kalah lembut."Ya, aku tahu itu. Kamu, serius bukan karena nontonin TV. Tapi, karena ada pikiran lain. Ada apa sih? Ceritalah," terkaan Putra. Memang benar, aku mengulas senyum. Meletakan remote, berniat untuk bercerita."Anne, Mas. Dia ke mana ya? Kok, nggak lagi datang?" tanyaku, dengan gund

  • Kesayangan Mami   Bab 70

    Dua hari berlalu, dan aku tak mendapati kabar secuilpun dari Putra. Suami yang harusnya ada kala istri terbaring sakit, kini harapan hanya tinggal harapan. Apalah aku, Anna yang memang sedari dulu selalu tersakiti.Ibu jua tak banyak bicara perihal anak lelakinya, beliau seakan bungkam. Mungkin, tak mau terlalu ikut campur lebih dalam. Atau hal lain yang aku tidak tahu, entahlah terlalu banyak misteri dalam hidup ini.Tubuhku mulai membaik, sudah bisa keluar masuk kamar mandi seorang diri. Anne, masih rajin datang. Merawatku dengan baik, tanpa banyak kata yang kadang kala menyebalkan itu.Kandunganku masih baik-baik saja, menjelang dua minggu hari ini. Sesekali kau bicara via WA bersama dokter Ratna, beliau banyak membantu dan menenangkan diri yang sempat gundah gulana."Anne, Mami kerja bareng Papi. Apa kamu nggak marah?" tanyaku, suatu hari saat ia memberiku sarapan."Nggak, kenapa harus marah? Aku senang, jika itu bisa menebu

  • Kesayangan Mami   Bab 69

    "Cieeee ...." Wanita yang tengah kugoda, melirik dengan senyum di bibir. Tangannya sibuk menari di atas keyboard, penampilan yang dulu pernah menghiasi perlahan berubah ke arah yang jauh lebih baik."Anna, kamu sendirian?" tanyanya, sibuk membereskan peralatan kerja. Waktu makan tiba, semua karyawan wajib istirahat."Diantar sopir, Mi. Semenjak aku hamil, Putra makin rewel." Tersenyum getir, entah aku harus bahagia atau sedih. Mendapati kenyataan ini, sedangkan tekanan untuk memiliki anak lelaki seakan tidak memberi suatu ketenangan."Begitu, bagus dong. Itu namanya suami pengertian, beruntung kamu punya dia." Meraih lenganku, kami melangkah beriringan. Memutuskan makan di kantin, berhamburan dengan karyawan lain.Usai memesan dua porsi menu makan dan minum, kami duduk di pojokan. Menghindari keramaian, sedang Papi mungkin masih di ruangan.Kutatap Mami, lekat. Keceriaan tergambar jelas di wajah, amat berbeda dengan Mami yang kukenal

  • Kesayangan Mami   Bab 68

    Kabar bahagia datang, justru ketika sebulan berlalu usai melakukan program kehamilan. Ada calon bayik, yang sudah mengisi perutku seakan menebar berita baik bagi seisi rumah terlebih suamiku Putra.Seperti halnya malam ini, Aya dan Ayi terus berceloteh riang. Sambil memegangi boneka di tangan, bersandiwara layaknya itu adik mereka kelak. Menanggapi itu, aku tersenyum. Menyeka sudut mata, yang terkadang selalu berair."Aku nggak sabar deh, kepengen lihat dedek bayi. Momy, kapan sih dia lahir?" Ayi bertanya dengan bibir merenggut, kepalanya yang miring seakan menambah kesan menggemaskan."Emm, masih lama sayang. Tapi, kalau Ayi sama Aya sabar. Allah, pasti akan memberinya dengan cepat." Tepukan riuh seakan memenuhi langit kamar, istana megah kami tak pernah sepi semenjak hadirnya kedua putri tercinta.Putra yang tampak bahagia, sesekali mencuri pandang. Berkali-kali mengucap terima kasih, atas kehamilan yang sedang kurasa saat sekarang.

  • Kesayangan Mami   Bab 67

    Hari-hari berlalu, dan pikiranku masih berkutat pada Papi. Tentang permintaan dan keluhan yang sempat beliau lontarkan, merasa nggak berguna justru saat dibutuhkan.Tepat jam sepuluh pagi, aku berkutat di taman yang dipenuhi banyak bunga bermekaran. Si kembar tengah bermain, tak lupa ada Ibu yang selalu berada di samping."Maafkan Putra ya, entah kenapa Ibu merasa ... Dia terlalu memaksakan," ucap beliau, mengusap bahuku lembut."Memaksa apa Bu?""Kehamilan, padahal Ibu cukup tahu kamu belum siap lahir batin. Terlebih kedatangan Papimu, seakan membuat kegamangan." Aku mengangguk lemah, mengusap perut yang belum dikaruniai seorang anak juga. Butuh waktu dan kesabaran, itu yang dokter Ratna ucapkan berkali-kali.Mematikan kran yang sedang terpakai, kami duduk di kursi panjang. Kegiatan yang setiap hari dijalani, sambil memantau anak-anak bermain.Aku nggak paham, apa yang mendasari Putra ingin memiliki anak laki-laki. Bukan t

  • Kesayangan Mami   Bab 66

    "Kamu, mantan dokter. Mau-maunya kerja di kantor? Staff biasa lagi." Aku berdecak, menatap Radit dalam stelan kemeja biru polos.Pria itu mengulum senyum, mengangguk hormat. Hidup yang pahit, telah banyak memberi pelajaran untuknya."Teruskan kerjamu, kalau rajin siapa tahu bisa naik jabatan.""Baik, Bu." Formal sekali dia, tanpa menunggu perintah mantanku itu kembali menatap layar besar di depannya. Bekerja serius, seakan menikmati peran baru.Sepanjang jalan menuju ruang suami, aku mulai berpikir untuk membantu pria itu kembali bekerja sebagai dokter. Sesuai stylenya selama ini, memang agak susah untuk membersihkan nama yang tercoreng.Dulu, karena amarah yang membuncah. Kuputuskan untuk melaporkan semua kelakuannya pada kepala rumah sakit, tak pernah berpikir hal itu akan berimbas pada hidupnya kini.Ahh, bukankah itu sesuai dengan perbuatan dia? Hatiku terluka, dan jelas saja aku menginkankan hal sama pada dirinya. Im

  • Kesayangan Mami   Bab 65

    Tubuhku menegang. Menatap pria yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumah, ada angin apa hingga takdir perlu membawanya ke mari? Masih ingat betul, dengan segala pengkhianatan yang pernah ia torehkan. Apalagi, wanita biasa mengingat itu hingga ke detailnya sekalipun. Adanya dia di sini, seakan membuka luka lama. Sekelebat bayang masa lalu, kembali bermunculan. Dulu, kamu gagah dan tampan di balik seragam dokter. Kini, status itu hanya tinggal nama akibat kelakuan yang amat tak bermoral! "Anna, apa kabar?" Memantik senyum di bibir, aku sama sekali tak ada niat untuk membalasnya. Bagiku, Radit sudah mati!"Sangat baik, bahkan semenjak kamu TIDAK ADA!" Menekan kata demi kata, yang kuharap pria itu cukup tahu diri. "Maafkan aku Ann, semua memang salahku.""Ya, kamu memang salah. Dan semua orang tahu itu!" Bibirku bergetar, menatap pria yang sempat kupuja setengah mati. Tak ada bedanya dengan Angga, sama-sama ba***an!Menunduk l

  • Kesayangan Mami   Bab 64

    "Ka-mu ...." Menjerit kecil, netraku seakan menatap tajam pada wanita di depan sana. Sedang yang tengah menjadi sorotan, enteng mengendikan bahu.Harusnya, pagi ini menjadi hal terindah. Melewati sarapan bersama anak-anak, suami, dan mertua. Namun, harapan hanya tinggal harapan.Melangkah cepat, aku terpaksa diam. Tak mau ribut di depan si kembar, yang sempat kaget melihatku menjerit."Pagi Kakak kesayangan," sapanya.Menyunggingkan senyum, "Makanan di sini enak-enak, beda dengan kontrakanku."Aku memutar bola mata malas, mengucap dalam hati bahwa ini kali terakhir ia masuk ke dalam istanaku! "Ya. Pagi juga adik kesayangan, silakan makan yang banyak. Biar tubuh kurusmu, menjadi besar!"Anne mendengkus, aku terkikik. Menikmati sandiwara yang amat menyebalkan, "Mas, rotbaknya mau nambah lagi?" Dahiku mengernyit, berani sekali dia bersikap sok manis.Tangannya bergerak ke sana-ke mari, bagai Nyonya rumah. Aku berdehem,

  • Kesayangan Mami   Bab 63

    "Momy, tadi ada aunty Anne. Dia datang bawa sekotak makanan buat Papa, ituloh kembaran Momy." Ayi berucap riang, menimbulkan emosi di jiwa. Dia lagi? Benar-benar tak tahu malu!Netraku mengitari sekitar halaman, Anne lenyap. Dia sudah berlalu, mungkin untuk menghindari keributan. Sial, wanita itu memang tak pernah bisa menyerah!"Ayi, sini kotak makanan itu buat Momy." Ia memberikan dengan senang hati, sedang aku menggengam dengan rasa tercabik. Kututup pintu, memastikan bahwa Anne benar-benar sudah tidak ada. Hari ini makanan, besok apa lagi?"Kenapa sayang?" Putra menyelidik. Menatapku membawa sesuatu di tangan, baiknya kuapakan makanan ini?Duduk di sampingnya dengan gelisah, aku menaruh barang tersebut pada meja. "Anne, bawain sarapan buatmu."Putra melotot. "Iya, tapi, untuk apa?"Aku mendengkus, "Tentu saja untuk merebut hati suamiku!"Menyilangkan tangan di dada, napasku makin tak beraturan. Harus dengan cara apa

DMCA.com Protection Status