Share

Bab 41

Author: Fitriyani
last update Last Updated: 2021-09-29 11:20:34

"An-ne ... Itu, beneran kamu?" tanyaku, sambil berpegangan pada Citra. Lutut mendadak lemas, menyaksikan pemandangan di depan.

Seringai tipis Anne berikan, membuat napas makin tak beraturan. Bukankah ia sudah mati, kenapa sekarang ada di rumahku? Dan mirisnya usai bercumbu dengan suamiku!

"Kamu pikir aku apaaaa, hantu? Anne yang bangkit dari kuburan, begitu? Demi membalaskan dendamnya pada sang kakak." Bukannya malu atau paling tidak, ada sedikit saja rasa bersalah yang menyusup dalam hatinya. Anne bersikap sombong, sembari terus mengibaskan rambut.

Netraku beralih pada Mas Adi, persis seperti patung. Ia hanya mampu berdiri tanpa kata, ditambah wajah pucat. Lidahnya seolah kelu, untuk berucap!

Inikah pria yang telah menikah denganku? Sosoknya yang tampan jua menawan, tak lagi terpancar. Tertutup oleh keburukan yang ia tanam sendiri, jujur aku kecewa yang teramat dalam.

"Tega kamu Anne ... Pura-pura
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kesayangan Mami   Bab 42

    Tubuhku lunglai tak berdaya, beruntung Papi datang dan membubarkan semua orang-orang yang hampir saja membuat kepala pecah.Tersangka utama duduk saling bersisian, tautan tangan seakan tak pernah lepas. Tuhan, sepahit inikah jalan takdirku?Hatiku hancur bahkan tak bersisa, mereka top benar dalam memainkan sandiwara. Persis aktor dan aktris, yang sering menjadi tontonan.Seperti sedang diadili, semua mata memandang lekat pada mereka. Mengumpat dalam hati, mengecam perbuatan yang tak seharusnya."Kamu sadar Adi, dengan apa yang baru dilakukan?" tanya Papi, memecah keheningan.Dokter Adi mengangguk lemah, seperti kucing yang baru ketahuan maling ikan. Bedanya ... dia kucing garong, pemangsa wanita!Papi menghela napas panjang, mungkin merasa sesal sebab telah menikahkan aku dengan dokter Adi. Pria tak tahu diri!Aku meremas tangan yang saling bertautan, sesak di dada belum jua hilang. Berharap ini

    Last Updated : 2021-09-29
  • Kesayangan Mami   Bab 43

    "Mereka semua jahat, Mi. Udah buat aku malu, huhuhuhu." Anne merajuk, berhamburan dalam pelukan sang Mami.Melihat hal itu, jelas hati begitu muak!Semua warga telah bubar, usai memberi hukuman pada kedua pezina di muka bumi. Entah kenapa, hatiku belum sepenuhnya puas!"Kamu benar-benar keterlaluan Pratama! Bisa-bisanya membuat anak kita malu, melindungi Anna dan mematahkan hati yang lain." Mami berucap dengan sinis, bukankah kalimat itu pantas untuk ditujukan pada dirinya sendiri? Terkadang, ia perlu berkaca.Berulang kali berdebat, tetap saja tidak pernah ada keputusan final. Mereka tetap mengganggu hidupku, dengan cara menghadirkan pria macam dokter Adi.Rasanya ... aku begitu jijik, terhadap tubuh yang pernah disentuh olehnya. Tak menyangka, bahwa apa yang pernah kami lakukan hanya kepura-puraan semata."Hukuman malu itu, aku rasa tidak sebanding dengan apa yang sudah kalian perbuat pada an

    Last Updated : 2021-09-29
  • Kesayangan Mami   Bab 44

    "Aku bersyukur ... Akhirnya perpisahan kita berjalan dengan lancar." Aku berucap, sambil duduk berhadapan bersama sang mantan.Tak ada Anne ataupun Mami, karena memang itu permintaan dari Papi. Sebenarnya malas sekali bercakap dengan dokter Adi, yang hanya bersembunyi di balik ketampanan.Berharap, ini kali terakhir kami saling bertemu. Muak sudah, pernah hidup bersama seorang penipu."Anna, maafkan aku. Jujur, aku menyesal." Dokter Adi semakin menunduk lebih dalam, sedang aku sama sekali tak merasa iba. Rasa itu sudah lenyap, bersamaan dengan luka yang sudah ia goreskan."Simpan saja rasa sesalmu itu, dok. Menikah dan bahagilah dengan Anne, impian kalian yang sempat terhambat olehku."Dokter Adi mendongak, wajahnya tampak kusut selaras dengan penampilannya hari ini. Tak serapi dulu, saat kami masih bersanding."Aku ... Nggak yakin bisa bahagia dengan Anne, setelah semua yang sudah terj

    Last Updated : 2021-09-29
  • Kesayangan Mami   Bab 45

    Kedai cinta, resmi dibuka hari ini. Semua pengunjung yang datang, boleh makan dan minum secara gratis. Hitung-hitung promo, semoga bisa menjadi jalan pahala untuk kami.Papi dan suami Citra, ikut membantu dalam pembukaan kedai. Kami seakan dibuat sibuk. Namun, terasa senang sebab memiliki aktivitas baru.Kedai yang kami buka, terdiri dari berbagai minuman juga cemilan. Belum tersedia makanan berat, karena masih dalam tahap percobaan.Sudah ada dua orang karyawan, yang akan ikut membantu. Tentu dengan campuran tangan dari Papi dan suami Citra, beruntung sekali ada mereka yang selalu siap siaga.Ilmu dari kursus memasak, sedikit demi sedikit bisa kami tuangkan melalui usaha ini. Ya, walaupun waktunya begitu singkat. Kalau saja, Anne tidak harus datang dan mengacaukan semua."Mbak, bikinin roti bakar satu ya. Nggak pedes, dan ... Banyakin bumbu cintanya." Dahiku mengernyit, buru-buru menatap si

    Last Updated : 2021-09-29
  • Kesayangan Mami   Bab 46

    Netraku membulat sempurna, menatap seorang pria di depan sana. Ada gelanyar rasa rindu, susah payah kutepis agar tak lagi jatuh pada kubangan yang sama.Dia ... Hanya pria dari masa lalu, yang tak boleh lagi masuk ke dalam hidupku! Pilihannya untuk bersama Anne, masih meniggalkan bekas luka di hati.Jangan lupa, dia juga pernah berniat untuk melakukan perbuatan senonoh. Tentu dengan rencana dari ketiga manusia, yang selalu memiliki rasa benci."A-pa kabar, Anna? Lama tak berjumpa, banyak yang berubah pada dirimu. Hm, makin cantik." Ia bertanya, dengan netra yang masih menatap lekat.Aku melengos, baru bertemu sudah berani menggoda. Jangan dipikir kejadian sudah berlalu, dan aku bakal lupa? Nggak akan!Bagaimana bisa ia keluar dari balik jeruji besi? Ahh, aku lupa. Angga orang kaya, mungkin saja keluarganya baru pulang ke Indonesia. Mengurus segala hal, tentang kebebasan sang anak.Jangan ditanya, bag

    Last Updated : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 47

    "Mami sa-kit? Terus urusannya sama aku apaaa?" tanyaku, menahan sesak di dala yang makin membuncah. Saudari kembar datang, membawa kabar duka.Bukankah beliau sendiri, yang tak ingin lagi berhubungan dengan aku? Lantas, kenapa sekarang ia mengutus Anne? Untuk memberi kabar, yang tak ingin kudengar!Rumah sepi, hanya ada aku dan Anne.Sepagi ini dia sudah niat, untuk menyambangi diriku. Tanpa bertanya perihal kabar, tentang luka hati yang pernah ia torehkan."Kak ... Please, maafkan atas semua salahku dan Mami. A-ku mengaku salah," katanya, sambil memilin ujung baju.Aku menggeleng lemah, banyak sekali kedustaan yang pernah mereka buat.Jelaaas, aku tak mau percaya begitu saja.Sekali berkhianat, tak akan kulupa hingga ke ujung duniapun! Mereka harus menerima konsekuensi, atas perbuatan mereka selama ini."Diam! Jangan terlalu banyak drama kamu, Anne. Pasti kamu merintih ka

    Last Updated : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 48

    Suasana kantor begitu ramai, tatkala aku datang bersama boss Putra. Tangan kami saling bertautan satu sama lain, mengundang banyak mata memandang dengan rasa yang berbeda-beda.Namun, Nindy salah seorang yang paling histeris. Berhamburan memeluk sambil berucap riang, tak menyangka dengan pertemuan tak terduga hari ini.Bagaimana bisa aku dan boss, saling bercengkrama dengan status terakhir kami persis seperti Tom And Jerry.Pasti semua kaget, termasuk Nindy. Yang terus saja berbisik, karena boss yang tak mau pergi jua dari tempatnya."Sayang, mau ikut masuk ... Atau di sini dulu?" tanyanya, membuat sorakan riang dari semua staff.Wajahku memanas, sedikit mencubit pinggang pria tampan yang sudah membuat hatiku nggak karuan."Ka-mu duluan, nanti aku nyusul. Sana!" ujarku, setengah berbisik. Rasanya tak enak hati, menjadi sorotan utama di sini.Boss Putra berlalu, dan semua st

    Last Updated : 2021-10-02
  • Kesayangan Mami   Bab 49

    "Te-rima kasih Anna, sudah mau menjenguk Mami." Aku tersenyum getir, seumur-umur baru mendengar hal itu dari mulutnya. Oh ya, dikasih sakit baru sadar!Kutatap sekeliling kamar, begitu nyaman untuk ditinggali. Karena berada di ruang VIP, dengan segala kemudahan. Namun, tetap saja rumah sakit bukan salah satu tempat yang dirindukan.Anne, tampak lelah dengan wajah pucat yang biasa ditampilkan. Meski begitu, hatiku tetap enggan untuk merasa tersentuh. Kejadian menyakitkan, masih terekam jelas.Kalau bukan karena Papi, yang terus memaksa. Malas rasanya menjenguk Mami, mereka tak akan sadar bila terus dikasihani!Harusnya Papi, membiarkan mereka menderita. Hitung-hitung sebagai ganjaran, atas dosa yang sudah mereka buat."I-tu ... Pacar kakak?" tanya Anne, sambil menatap boss Putra. Pikiran tak baik, menjelma di hati. Takut kejadian yang lalu, akan terulang."Kenapa, kamu naksir? Apa, ada niatan un

    Last Updated : 2021-10-02

Latest chapter

  • Kesayangan Mami   Bab 71

    Sore itu, tepat saat suami pulang. Aku merenung dengan tangan memegang remote TV, kuabaikan acara di sana. Karena pikiran sibuk menerka tentang Anne, sudah beberapa hari semenjak aku dinyatakan sembuh ia tak kunjung datang.Apa mungkin kemarin adalah satu drama terbarunya? Tidak! Aku berharap, itu hanya pikiran tidak baik yang sempat menyergap diri. Selebihnya, Anne berubah ke arah yang memang jauh lebih baik."Mikirin apa sih? Serius banget," cetus Putra. Duduk di sampingku, dengan sesekali menghela napas."Ahh, sayang. Kamu udah pulang? Maaf, lagi sibuk tadi." Takzim, aku mencium punggung tangannya. Lantas, ia balik mengusap kepalaku tak kalah lembut."Ya, aku tahu itu. Kamu, serius bukan karena nontonin TV. Tapi, karena ada pikiran lain. Ada apa sih? Ceritalah," terkaan Putra. Memang benar, aku mengulas senyum. Meletakan remote, berniat untuk bercerita."Anne, Mas. Dia ke mana ya? Kok, nggak lagi datang?" tanyaku, dengan gund

  • Kesayangan Mami   Bab 70

    Dua hari berlalu, dan aku tak mendapati kabar secuilpun dari Putra. Suami yang harusnya ada kala istri terbaring sakit, kini harapan hanya tinggal harapan. Apalah aku, Anna yang memang sedari dulu selalu tersakiti.Ibu jua tak banyak bicara perihal anak lelakinya, beliau seakan bungkam. Mungkin, tak mau terlalu ikut campur lebih dalam. Atau hal lain yang aku tidak tahu, entahlah terlalu banyak misteri dalam hidup ini.Tubuhku mulai membaik, sudah bisa keluar masuk kamar mandi seorang diri. Anne, masih rajin datang. Merawatku dengan baik, tanpa banyak kata yang kadang kala menyebalkan itu.Kandunganku masih baik-baik saja, menjelang dua minggu hari ini. Sesekali kau bicara via WA bersama dokter Ratna, beliau banyak membantu dan menenangkan diri yang sempat gundah gulana."Anne, Mami kerja bareng Papi. Apa kamu nggak marah?" tanyaku, suatu hari saat ia memberiku sarapan."Nggak, kenapa harus marah? Aku senang, jika itu bisa menebu

  • Kesayangan Mami   Bab 69

    "Cieeee ...." Wanita yang tengah kugoda, melirik dengan senyum di bibir. Tangannya sibuk menari di atas keyboard, penampilan yang dulu pernah menghiasi perlahan berubah ke arah yang jauh lebih baik."Anna, kamu sendirian?" tanyanya, sibuk membereskan peralatan kerja. Waktu makan tiba, semua karyawan wajib istirahat."Diantar sopir, Mi. Semenjak aku hamil, Putra makin rewel." Tersenyum getir, entah aku harus bahagia atau sedih. Mendapati kenyataan ini, sedangkan tekanan untuk memiliki anak lelaki seakan tidak memberi suatu ketenangan."Begitu, bagus dong. Itu namanya suami pengertian, beruntung kamu punya dia." Meraih lenganku, kami melangkah beriringan. Memutuskan makan di kantin, berhamburan dengan karyawan lain.Usai memesan dua porsi menu makan dan minum, kami duduk di pojokan. Menghindari keramaian, sedang Papi mungkin masih di ruangan.Kutatap Mami, lekat. Keceriaan tergambar jelas di wajah, amat berbeda dengan Mami yang kukenal

  • Kesayangan Mami   Bab 68

    Kabar bahagia datang, justru ketika sebulan berlalu usai melakukan program kehamilan. Ada calon bayik, yang sudah mengisi perutku seakan menebar berita baik bagi seisi rumah terlebih suamiku Putra.Seperti halnya malam ini, Aya dan Ayi terus berceloteh riang. Sambil memegangi boneka di tangan, bersandiwara layaknya itu adik mereka kelak. Menanggapi itu, aku tersenyum. Menyeka sudut mata, yang terkadang selalu berair."Aku nggak sabar deh, kepengen lihat dedek bayi. Momy, kapan sih dia lahir?" Ayi bertanya dengan bibir merenggut, kepalanya yang miring seakan menambah kesan menggemaskan."Emm, masih lama sayang. Tapi, kalau Ayi sama Aya sabar. Allah, pasti akan memberinya dengan cepat." Tepukan riuh seakan memenuhi langit kamar, istana megah kami tak pernah sepi semenjak hadirnya kedua putri tercinta.Putra yang tampak bahagia, sesekali mencuri pandang. Berkali-kali mengucap terima kasih, atas kehamilan yang sedang kurasa saat sekarang.

  • Kesayangan Mami   Bab 67

    Hari-hari berlalu, dan pikiranku masih berkutat pada Papi. Tentang permintaan dan keluhan yang sempat beliau lontarkan, merasa nggak berguna justru saat dibutuhkan.Tepat jam sepuluh pagi, aku berkutat di taman yang dipenuhi banyak bunga bermekaran. Si kembar tengah bermain, tak lupa ada Ibu yang selalu berada di samping."Maafkan Putra ya, entah kenapa Ibu merasa ... Dia terlalu memaksakan," ucap beliau, mengusap bahuku lembut."Memaksa apa Bu?""Kehamilan, padahal Ibu cukup tahu kamu belum siap lahir batin. Terlebih kedatangan Papimu, seakan membuat kegamangan." Aku mengangguk lemah, mengusap perut yang belum dikaruniai seorang anak juga. Butuh waktu dan kesabaran, itu yang dokter Ratna ucapkan berkali-kali.Mematikan kran yang sedang terpakai, kami duduk di kursi panjang. Kegiatan yang setiap hari dijalani, sambil memantau anak-anak bermain.Aku nggak paham, apa yang mendasari Putra ingin memiliki anak laki-laki. Bukan t

  • Kesayangan Mami   Bab 66

    "Kamu, mantan dokter. Mau-maunya kerja di kantor? Staff biasa lagi." Aku berdecak, menatap Radit dalam stelan kemeja biru polos.Pria itu mengulum senyum, mengangguk hormat. Hidup yang pahit, telah banyak memberi pelajaran untuknya."Teruskan kerjamu, kalau rajin siapa tahu bisa naik jabatan.""Baik, Bu." Formal sekali dia, tanpa menunggu perintah mantanku itu kembali menatap layar besar di depannya. Bekerja serius, seakan menikmati peran baru.Sepanjang jalan menuju ruang suami, aku mulai berpikir untuk membantu pria itu kembali bekerja sebagai dokter. Sesuai stylenya selama ini, memang agak susah untuk membersihkan nama yang tercoreng.Dulu, karena amarah yang membuncah. Kuputuskan untuk melaporkan semua kelakuannya pada kepala rumah sakit, tak pernah berpikir hal itu akan berimbas pada hidupnya kini.Ahh, bukankah itu sesuai dengan perbuatan dia? Hatiku terluka, dan jelas saja aku menginkankan hal sama pada dirinya. Im

  • Kesayangan Mami   Bab 65

    Tubuhku menegang. Menatap pria yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumah, ada angin apa hingga takdir perlu membawanya ke mari? Masih ingat betul, dengan segala pengkhianatan yang pernah ia torehkan. Apalagi, wanita biasa mengingat itu hingga ke detailnya sekalipun. Adanya dia di sini, seakan membuka luka lama. Sekelebat bayang masa lalu, kembali bermunculan. Dulu, kamu gagah dan tampan di balik seragam dokter. Kini, status itu hanya tinggal nama akibat kelakuan yang amat tak bermoral! "Anna, apa kabar?" Memantik senyum di bibir, aku sama sekali tak ada niat untuk membalasnya. Bagiku, Radit sudah mati!"Sangat baik, bahkan semenjak kamu TIDAK ADA!" Menekan kata demi kata, yang kuharap pria itu cukup tahu diri. "Maafkan aku Ann, semua memang salahku.""Ya, kamu memang salah. Dan semua orang tahu itu!" Bibirku bergetar, menatap pria yang sempat kupuja setengah mati. Tak ada bedanya dengan Angga, sama-sama ba***an!Menunduk l

  • Kesayangan Mami   Bab 64

    "Ka-mu ...." Menjerit kecil, netraku seakan menatap tajam pada wanita di depan sana. Sedang yang tengah menjadi sorotan, enteng mengendikan bahu.Harusnya, pagi ini menjadi hal terindah. Melewati sarapan bersama anak-anak, suami, dan mertua. Namun, harapan hanya tinggal harapan.Melangkah cepat, aku terpaksa diam. Tak mau ribut di depan si kembar, yang sempat kaget melihatku menjerit."Pagi Kakak kesayangan," sapanya.Menyunggingkan senyum, "Makanan di sini enak-enak, beda dengan kontrakanku."Aku memutar bola mata malas, mengucap dalam hati bahwa ini kali terakhir ia masuk ke dalam istanaku! "Ya. Pagi juga adik kesayangan, silakan makan yang banyak. Biar tubuh kurusmu, menjadi besar!"Anne mendengkus, aku terkikik. Menikmati sandiwara yang amat menyebalkan, "Mas, rotbaknya mau nambah lagi?" Dahiku mengernyit, berani sekali dia bersikap sok manis.Tangannya bergerak ke sana-ke mari, bagai Nyonya rumah. Aku berdehem,

  • Kesayangan Mami   Bab 63

    "Momy, tadi ada aunty Anne. Dia datang bawa sekotak makanan buat Papa, ituloh kembaran Momy." Ayi berucap riang, menimbulkan emosi di jiwa. Dia lagi? Benar-benar tak tahu malu!Netraku mengitari sekitar halaman, Anne lenyap. Dia sudah berlalu, mungkin untuk menghindari keributan. Sial, wanita itu memang tak pernah bisa menyerah!"Ayi, sini kotak makanan itu buat Momy." Ia memberikan dengan senang hati, sedang aku menggengam dengan rasa tercabik. Kututup pintu, memastikan bahwa Anne benar-benar sudah tidak ada. Hari ini makanan, besok apa lagi?"Kenapa sayang?" Putra menyelidik. Menatapku membawa sesuatu di tangan, baiknya kuapakan makanan ini?Duduk di sampingnya dengan gelisah, aku menaruh barang tersebut pada meja. "Anne, bawain sarapan buatmu."Putra melotot. "Iya, tapi, untuk apa?"Aku mendengkus, "Tentu saja untuk merebut hati suamiku!"Menyilangkan tangan di dada, napasku makin tak beraturan. Harus dengan cara apa

DMCA.com Protection Status