Share

Bagian 73

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kereta yang dikendalikan dengan manna Delaram melayang di atas Lembah Kematian.  Farzam dan Ava menatap awas setiap pergerakan di bawah sana. Mereka tentu tak mau lengah, lalu berakhir dengan ancaman bahaya. Kayvan memang melapisi kereta dengan perisai pelindung yang membuatnya tidak kasat mata, tetapi situasi tak terduga bisa saja terjadi.

Dua hari telah berlalu. Perjalanan masih lancar tanpa hambatan berarti. Mereka menggunakan pola berlawanan dengan kehidupan normal. Jika umumnya, orang-orang bekerja di siang hari dan istirahat di malam hari. Rombongan itu justru sebaliknya. Ketika malam menjelang mereka memulai perjalanan dan mengisi energi ketika matahari terbit. Hal tersebut dilakukan agar tidak perlu bermalam di tengah hutan dalam keadaan gelap dan rawan binatang buas. Hewan-hewan ajaib di Lembah Kematian kebanyakan keluar di malam hari.

Kereta sudah keluar dari Lembah Kematian dan mulai memasuki wilayah Kerajaan Arion. Farzam mengenggam gagang ped

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kesatria Mawar   Bagian 74

    “Apa yang kaupikirkan, Sayang? Sepertinya kau sangat gusar,” bisik Ghumaysa sambil menggayuti Ayzard dengan manja.Dia terus menatap kagum wajah tampan dan tubuh berotot milik Atashanoush. Meskipun jiwa yang mengisi adalah Ayzard, tetap ada kebanggan tersendiri karena telah berhasil memiliki raja tertampan di dunia. Ghumaysa tersenyum puas sambil mengejek Daria dalam hati.“Suamimu yang tampan ini akhirnya menjadi milikku, Daria. Jika kau melihat ini, apa kau akan cemburu dan mati bunuh diri ha ha ha tapi kau kan sudah mati. Jatuh cinta karena ketulusan hati? Ck! Dasar pembohong! Mana ada yang seperti itu!”Senyuman sinis terukir di bibir Ghumaysa. Dia memang tak pernah percaya sang kakak mencintai Atashanoush karena kebaikan hati sang raja. Baginya, itu hanya dalih. Dia lebih percaya pemikirannya sendiri, bahwa Daria juga menggilai ketampanan yang begitu memukau.Ghumaysa terlalu asyik dengan pikirannya. Dia sampai tak me

  • Kesatria Mawar   Bagian 75

    Drap! Drap! Drap!Para penjaga perbatasan mengenggam erat gagang pedang. Mereka termasuk petarung-petarung terbaik di Kerajaan Khaz, juga pernah bertugas sebagai pengintai selama 8 tahun. Telinga mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga bisa mendengar derap langkah kuda mendekat meskipun jaraknya masih cukup jauh.“Bersiaplah,” bisik salah seorang penjaga.Penjaga lainnya mengangguk. Hampir seluruh penjaga segera melompat ke pohon dan bersembunyi di antara rerimbunan daun, hingga menyisakan dua saja. Mereka berniat melakukan serangan kejutan jika rombongan yang mendekat berniat jahat.Drap! Drap! Drap!Rombongan berkuda yang dipimpin Ayzard tiba di perbatasan. Penjaga memberi isyarat untuk berhenti. Ayzard mengangkat tangan, lalu menarik tali kekang. Lari kuda terhenti menyebabkan debu-debu beterbangan.“Sebutkan identitas dan tujuan Anda sekalian!” tegas penjaga.Ayzard men

  • Kesatria Mawar   Bagian 76

    Matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Perjalanan mengantarkan Putri Kheva menuju Kerajaan Khaz kembali dilanjutkan. Kyra merasa sangat lega. Dia sudah bosan dan sering kali tak bisa menahan emosi setiap mendengar keluhan Putri Kheva.Setelah jatuh dari tebing, mereka memang perlu beristirahat selama 2 hari untuk memulihkan energi. Namun, bukannya pengertian dan bersabar, Putri Kheva malah terus menggerutu, juga menyalahkan dan menyesalkan banyak hal, membuat telinga dan hati Kyra menjadi panas. Jika saja bukan karena amanat dari Pangeran Fayruza untuk bersikap baik, gadis itu pasti sudah membuatnya menjadi putri panggang.Untung saja, selama sisa perjalanan, dia tak perlu berada dalam kereta. Dia duduk dengan malas di samping Ava yang tengah berkonsentrasi mengawasi sekitar. Si pengendali tanah tiba-tiba menegakkan punggung. Matanya tampak awas menatap ke bawah.“Ada apa, Ava?” celetuk Kyra.“Ada suara derap kuda, tapi berlawanan arah

  • Kesatria Mawar   Bagian 77

    “Ayo kita pulang! Tak ada gunanya mengkhawatirkan putri menyebalkan itu!” gerutu Kyra.Emosi yang sudah ditahan selama berhari-hari meledak sudah. Dia mendengkus kasar, lalu berbalik dan berjalan cepat menuju kereta. Perjalanan melelahkan hanya berujung kesia-siaan. Menurut perkiraan Kyra, Putri Kheva sudah tidak lagi bernyawa.“Aku pun setuju dengan Nona Kyra. Sebaiknya, kita pulang saja,” timpal Delaram.Dia juga memendam rasa kesal terhadap Putri Kheva sejak melihat wanita itu tega meninggalkan pangeran kecil. Ingatan tentang usaha-usaha kerasnya untuk mendapatkan anak terasa mencekik jika mengingat sikap sang putri. Delaram hampir ikut berbalik ke kereta. Namun, Farzam menahan langkahnya.“Aku akan memeriksa dulu. Kita harus memastikan keadaan Putri Kheva dengan sebenarnya-benarnya. Kalau memungkinkan bisa diselamatkan.”“Biar saya dan Kyra saja, Tuan Farzam. Tekanan sihir hitam di dalam terlalu k

  • Kesatria Mawar   Bagian 78

    Sementara pertarungan antara Kyra dan Ava melawan prajurit Kerajaan Arion berlangsung di luar istana, Ghumaysa tengah bersandar di dada Ayzard dalam kamar. Dia tengah merayu kekasihnya. Sudah lama waktu berlalu sejak kebangkitan raja siluman setengah iblis itu. Namun, Ghumaysa sama sekali belum pernah bisa “tidur” dengannya. Ayzard selalu memiliki alasan untuk menolak.“Malam ini, tidak boleh gagal lagi,” desis Ghumaysa dengan seringaian di sudut bibir.Dia sudah lama mengidamkan tubuh Atashanoush yang begitu menawan. Malam itu, semuanya sudah disiapkan dengan baik. Kamar ditaburi dengan kelopak mawar menciptakan nuansa romantis. Aroma dari parfum khusus dan pencahayaan remang-remang terasa memberikan kesan sensual. Terlebih, energi Ayzard yang terisi penuh setelah penyerangan Kerajaan Khaz membuat Ghumaysa yakin imipannya akan segera terwujud.Namun, saat tangan Ghumaysa memeluk leher Ayzard, lelaki itu malah menurunkannya. Ghumaysa lagi

  • Kesatria Mawar   Bagian 79

    Di sisi lain, Pangeran Heydar telah berhasil keluar dari lorong gelap. Kunang-kunang raib bersama hangatnya sinar mentari. Aroma kayu yang menyegarkan menyapa indra penciumannya. Dia mengedarkan pandangan, hanya ada pepohonan sejauh mata memandang. Beberapa ekor rusa liar merumput, tampak tak terganggu dengan keberadaannya.Pangeran Heydar menjadi penasaran. Dia mendekati rusa dan mencoba menyentuhnya. Aneh, tak terasa bulu yang halus, Pangeran Heydar seperti menyentuh angin.“Di mana ini sebenarnya? Kenapa rasanya tidak asing?”Setelah menimbang cukup lama, Pangeran Heydar memutuskan lanjut berjalan. Dia mengamati pertumbuhan lumut untuk menentukan arah. Namun, baru beberapa langkah, terdengar suara ledakan dari kejauhan. Hewan-hewan liar berlarian dari arah berlawanan.Pangeran Heydar bersiaga. Dia bisa mencium aroma bahaya tak jauh dari tempatnya berdiri. Sayang sekali, tak ada pedang terselip di pinggangnya seperti biasa. Pangeran Heydar s

  • Kesatria Mawar   Bagian 80

    Pangeran Heydar perlahan membuka mata. Seberkas cahaya terasa menyilaukan, tetapi tak memerlukan lama hingga dia beradaptasi. Pepohonan sudah tak tampak, tergantikan dinding kayu yang kokoh. Tak ada hiasan apa pun di dinding, hanya sebingkai jendela dengan kain putih sebagai tirai. Sementara tubuhnya terasa berbaring di sesuatu yang empuk dan hangat.“Akhirnya, kau sadar juga, Tuan,” sapa seseorang dari sisi kanan, dari suaranya terdengar seperti seorang gadis.Pangeran Heydar mencoba mengalihkan pandangan. Dia seketika tersentak. Wajah tak asing tertangkap mata. Harapan sempat terbit bahwa semua pengkhianatan dan kenyataan tentang kekasihnya seorang peri setengah iblis hanyalah mimpi. Namun, rasa sakit luka di dadanya menyadarkan. Pangeran Heydar mengerahkan tenaga untuk menarik si gadis dan mencekal lehernya dengan lengan.“Apa lagi rencanamu, Ghumaysa? Kau ingin berbuat apa lagi setelah gagal membunuhku?” cecar Pangeran Heydar dengan s

  • Kesatria Mawar   Bagian 81

    “Hatsuyy! Hatsuy!”Debu berterbangan saat lantai di sapu menyebabkannya bersin berkali-kali. Tak ingin menjadi beban, Pangeran Heydar tengah mencoba membersihkan rumah yang tak seberapa luas itu. Dia cukup patuh untuk tidak nekat memotong kayu bakar. Shirin memang melarangnya karena khawatir luka akan kembali terbuka. Sang pangeran pun terus berjibaku dengan alat-alat pembersih dalam waktu yang cukup lama.“Akhirnya selesai juga.”Pangeran Heydar melemaskan otot setelah mengelap meja. Dia pergi ke halaman belakang untuk merendam lap kotor di dalam ember. Namun, baru saja kakinya hendak melangkah kembali ke rumah, firasat buruk melintasi benak. Wajah Shirin membayang.“Ada yang tidak beres .... Ah! Aku harus bergegas.”Pangeran Heydar mengobrak-abrik dapur. Dia mendesah berat ketika hanya menemukan pisau daging di sana. Sebagai pengguna pedang, senjata yang lebih pendek cukup menyulitkan. Namun, Pangeran Heydar ta

Bab terbaru

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

DMCA.com Protection Status