Share

Bagian 80

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pangeran Heydar perlahan membuka mata. Seberkas cahaya terasa menyilaukan, tetapi tak memerlukan lama hingga dia beradaptasi. Pepohonan sudah tak tampak, tergantikan dinding kayu yang kokoh. Tak ada hiasan apa pun di dinding, hanya sebingkai jendela dengan kain putih sebagai tirai. Sementara tubuhnya terasa berbaring di sesuatu yang empuk dan hangat.

“Akhirnya, kau sadar juga, Tuan,” sapa seseorang dari sisi kanan, dari suaranya terdengar seperti seorang gadis.

Pangeran Heydar mencoba mengalihkan pandangan. Dia seketika tersentak. Wajah tak asing tertangkap mata. Harapan sempat terbit bahwa semua pengkhianatan dan kenyataan tentang kekasihnya seorang peri setengah iblis hanyalah mimpi. Namun, rasa sakit luka di dadanya menyadarkan. Pangeran Heydar mengerahkan tenaga untuk menarik si gadis dan mencekal lehernya dengan lengan.

“Apa lagi rencanamu, Ghumaysa? Kau ingin berbuat apa lagi setelah gagal membunuhku?” cecar Pangeran Heydar dengan s

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kesatria Mawar   Bagian 81

    “Hatsuyy! Hatsuy!”Debu berterbangan saat lantai di sapu menyebabkannya bersin berkali-kali. Tak ingin menjadi beban, Pangeran Heydar tengah mencoba membersihkan rumah yang tak seberapa luas itu. Dia cukup patuh untuk tidak nekat memotong kayu bakar. Shirin memang melarangnya karena khawatir luka akan kembali terbuka. Sang pangeran pun terus berjibaku dengan alat-alat pembersih dalam waktu yang cukup lama.“Akhirnya selesai juga.”Pangeran Heydar melemaskan otot setelah mengelap meja. Dia pergi ke halaman belakang untuk merendam lap kotor di dalam ember. Namun, baru saja kakinya hendak melangkah kembali ke rumah, firasat buruk melintasi benak. Wajah Shirin membayang.“Ada yang tidak beres .... Ah! Aku harus bergegas.”Pangeran Heydar mengobrak-abrik dapur. Dia mendesah berat ketika hanya menemukan pisau daging di sana. Sebagai pengguna pedang, senjata yang lebih pendek cukup menyulitkan. Namun, Pangeran Heydar ta

  • Kesatria Mawar   Bagian 82

    Pangeran Heydar menatap Shirin dengan penuh harap. Keresahan merasuki hatinya melihat gadis pujaan terdiam lama, seolah-olah tak mampu melanjutkan ucapan. Debaran jantung cukup keras hingga terdengar samar oleh telinga.Waktu yang berlalu terasa mencekik. Pangeran Heydar menggigit sudut bibir. Namun, dunia seakan runtuh saat dia melihat Shirin menggeleng lemah. Entah kenapa patah hati kali ini jauh lebih menyakitkan daripada pengkhianatan Ghumaysa. Pangeran Heydar semakin menyadari rasa di antara dia dan si peri iblis tak lebih dari hasrat akan godaan kecantikan.“Maaf, aku tidak bisa menjadi kekasihmu, Heydar.” Suara Shirin bergetar hebat.Pangeran Heydar benar-benar tak mengerti. Dia sangat meyakini gadis itu memiliki perasaan yang sama. Pipi merona, sering salah tingkah, sorot mata penuh perhatian selalu ditunjukkan Shirin. Bukankah menjadi tidak wajar jika pernyataan cinta berujung dengan penolakan?Saat memikirkan hal itu, Pangeran Heydar

  • Kesatria Mawar   Bagian 83

    Waktu berlalu tanpa terasa. Hubungan Shirin dan Pangeran Heydar masih agak canggung. Meskipun berada di bawah satu atap, mereka malah saling menghindar. Shirin menyibukkan dirinya dengan membuat berbagai jenis ramuan obat. Sementara Pangeran Heydar kembali melatih ilmu bela diri dan teknik berpedangnya. Dia bahkan membuat pedang dari kayu untuk menunjang latihan.“Ha! Hyat!”Pedang kayu terus dipukulkan ke boneka latihan. Keringat membasahi tubuh kekar Pangeran Heydar. Namun, wajahnya tak tampak letih sedikit pun. Dia memang petarung hebat dari sejak lama. Sungguh sayang, petarung sehebat dirinya pernah terperdaya akibat cinta.Bruk! Bruk! Krak!Boneka kayu latihan patah. Begitu juga dengan pedang kayu di tangan Pangeran Heydar. Dia tersenyum puas. Hasil latihan terakhir cukup baik.

  • Kesatria Mawar   Bagian 84

    Tes Tes TesRintik hujan mengecup bumi. Shirin tersentak, lalu refleks mendorong Pangeran Heydar. Pipinya yang merona sangat menggemaskan, membuat sang pangeran terkekeh."Rupanya, langit cemburu dengan kita," canda Pangeran Heydar.Wajah Shirin semakin memerah. Dia mencubit lengan kokoh itu dengan gemas. Pangeran Heydar seketika tergelak."Sudah! Sudah! Jangan bercanda! Kita harus segera masuk ke rumah atau akan basah semua."Pangeran Heydar menyeringai nakal. "Hmm ... sepertinya basah semua tidak buruk juga. Tubuh kekarku akan semakin seksi."Wajah Shirin sudah seperti kepiting rebus. Dia mengibas-ngibaskan tangan di atas kepala, seperti mengusir sesuatu. Sementara rintik hujan sudah membuat titik-titik kecil di rambut mereka.Pangeran Heydar menjadi semakin semangat untuk menggoda. "Bukankah akan romantis berciuman di bawah hujan?" ledeknya.Shirin sudah tidak tahan lagi. Wajahnya benar-benar cemberut, meskipu

  • Kesatria Mawar   Bagian 85

    Aroma khas seketika menyeruak saat pintu perpustakaan dibuka. Barisan rak penuh buku yang terawat memanjakan mata. Bentuknya dibuat dengan unik. Raja dua generasi di atas Atashanoush merancangnya sendiri karena begitu mencintai buku-buku. Putri Arezha menghela napas berat. Gadis itu tak pernah cocok dengan sesuatu yang berkaitan dengan belajar. Namun, entah kenapa hari ini dia begitu ingin mengunjungi perpustakaan. Mungkin alasannya adalah kesepian. Sang ibu mogok bicara karena masih merajuk setelah mengetahui kematian Putri Kheva. Ratu Azanie menyalahkan Pangeran Fayruza yang tak ikut serta. Akhirnya, mereka menjadi perang dingin. Tinggallah Putri Arezha dan Raja Faryzan pusing tujuh keliling mendamaikan keduanya. "Syukurlah, mereka benar-benar di sini!" seru Putri Arezha riang begitu melihat Kyra dan Ava duduk berhadapan di meja paling pojok. Mereka memang tujuannya. Sejak Gulzar Heer tak sadarkan diri, mereka memang terus berjibaku mencari jalan ke

  • Kesatria Mawar   Bagian 86

    “Shirin ... Kayvan ...."Suara merdu, tetapi beraksen tegas itu mengusik pendengaran Shirin. Kehangatan melingkupi tubunya, melenyapkan segala rasa sakit yang sebelumnya merajam. Perlahan, dia membuka kelopak mata. Shirin terperenyak.Wajah cantik yang familiar terpampang di depan mata. Sewaktu kecil, dia sangat mengagumi wanita itu. Ratu terbaik yang pernah dimiliki Kerajaan Asytar, berhati lembut dan selalu welas asih terhadap rakyat.Shirin refleks mengepalkan tangan. Dia teringat bagaimana Ghumaysa membuat ratu mereka menderita, hingga bunuh diri di Lembah Mawar. Shirin memang masih berusia 5 tahun saat itu. Namun, dia memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan dapat menyadari masalah yang tengah membebani orang tuanya.Setelah insiden Ratu Daria di Lembah Mawar, amarah Raja Atashanoush meledak. Dia hampir menghancurkan seluruh negeri. Kayvan terpaksa membelenggu sang raja untuk sementara sampai dapat menenangkan diri. Kerajaan Asytar dibayangi k

  • Kesatria Mawar   Bagian 87

    Pusaran cahaya terus menyeret Shirin. Begitu menyilaukan sampai-sampai dia harus menutup mata. Perlahan, rasa hangat yang melingkupi tubuh memudar dan tersisa di telapak tangan, lebih tepatnya terasa seperti genggaman dari sesuatu yang kokoh."Shirin, kumohon bertahanlah."Suara maskulin yang selalu membuat jantungnya berdebar menyentak kesadaran. Shirin perlahan membuka mata. Wajah cemas Pangeran Heydar menyambutnya. Mata elang yang berkaca-kaca terasa mengiris hati. Dengan susah payah, dia mengangkat tangan, lalu menyeka buliran bening di pipi Pangeran Heydar."Heydar, aku baik-baik saja ...," desisnya lemah.Pangeran Heydar tersentak. Dia mempererat genggaman di tangan kanan Shirin. Sementara itu, tangan kirinya mengusap lembut pipi gadis pujaan hati dengan sedikit gemetar. Dada terasa sesak. Rasa bahagia yang meluap-luap terkadang bisa menjadi sangat menyakitkan.“Kau tahu, Shirin? Selama 2 hari kau tidak sadar, aku ... aku takut sekali.

  • Kesatria Mawar   Bagian 88

    Mendengar teriakan tuannya, Alizeh yang tengah berlatih di halaman istana melesat cepat ke atas. Tak memerlukan waktu lama hingga dia berdiri di balkon kamar Ghumaysa. Meskipun rasa gugup bercampur takut menyelimuti hati, gadis pengendali angin itu tetap mengetuk kaca jendela dengan tempo tertentu.“Saya di sini, Nona Ghumaysa,” salamnya santun.Prang!Alizeh meringis. Meskipun sudah berusaha membuat perisai angin, beberapa keping serpihan kaca terlambat dihindari dan menancap di kaki dan lengannya. Dia menggigit sapu tangan, lalu mulai mencabuti stu per satu pecahan kaca. Rasa perih teramat menyiksa, hingga lelehan air mata menuruni pipinya.Namun, Alizeh tak bisa berlarut-larut meratapi rasa sakit. Suara langkah kaki yang khas terdengar mendekat, terasa mengintimidasi. Alizeh seketika melakukan salam penghormatan dengan posisi berlutut. Untunglah, dia sempat menyingkirkan pecahan kaca di lantai dengan embusan angin.Tak

Latest chapter

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

  • Kesatria Mawar   Bagian 92

    Meskipun sudah melarikan diri sekuat tenaga, para siluman tetap berhasil memblokade jalan. Kini, Shirin dan Pangeran Heydar sudah terkepung. Sekeliling mereka telah dipenuhi siluman dengan seringaian jahat. Gigi-gigi tajam yang meneteskan air liur berbau bangkai meremangkan bulu kuduk."Percuma saja kalian kabur," desis siluman ular dengan lidah menjulur-julur."Heydar, aku akan menarik pedang siluman paling depan itu, bersiaplah untuk menangkapnya," bisik Shirin.Pangeran Heydar mengangguk kecil. Shirin mulai memusatkan manna di telapak tangan kanan, hingga membentuk benang yang sangat tipis. Dengan gerakan cepat, dia melesatkan pisau angin menggunakan tangan kiri ke arah siluman kadal untuk mengalihkan perhatian.Berhasil, siluman kadal terpancing dan mulai menebaskan pedang. Saat itulah, Shirin menggerakkan benang tipis dari manna untuk mengikat gagang pedang si siluman. Meskipun tipis, benang itu memiliki ketahanan dan kekuatan

  • Kesatria Mawar   Bagian 91

    Ghumaysa dan pasukannya bergerak semakin cepat. Mereka telah berada di perbatasan hutan dengan desa terdekat. Namun, hawa keberadaan Shirin dan Pangeran Heydar malah terbagi ke dalam tiga arah.Arah pertama berbelok ke kanan menuju pedesaan. Arah kedua lurus ke depan melewati pegunungan. Arah ketiga justru terasa kuat di sepanjang Sungai Lispen berbalik ke pusat kota.Ghumaysa mendengkus. Dia sadar bahwa Shirin lagi-lagi melakukannya pengecohan. Hanya ada satu arah yang benar. Ghumaysa memutuskan membagi pasukan menjadi dua kelompok. Satu pasukan ikut dengannya menyusuri pegunungan. Sisanya akan menggeledah desa-desa terdekat. Dia memberi bola kristal kecil yang bisa mendeteksi Pangeran Heydar. Selain itu juga, dia mengirimkan pesan kepada para penjaga untuk menghadang siapa pun yang mencoba memasuki pusat kota.Pengejaran dilanjutkan. Terjalnya jalan, hawa dingin pegunungan, dan gelapnya malam tidak menyurutkan langkah. Ketahanan siluman yang berbeda deng

  • Kesatria Mawar   Bagian 90

    Kaili memusatkan manna di telapak tangan. Meskipun mungkin tidak akan menyebabkan luka fatal, paling tidak dia bisa memberi kesempatan kepada Ava dan Kyra untuk melarikan diri. Kayvan pernah menceritakannya tentang pengorbanan beberapa pengendali hebat di masa lalu. “Mungkin kali ini adalah giliranku,” gumam Kaili dalam hati. "Kenapa kau bisa ada di sini, Kaili?" Suara merdu yang terdengar tegas dan sedikit ketus membuyarkan konsentrasi Kaili. Bola manna di tangannya seketika terpecah. Serpihannya terlempar ke sembarang arah, membekukan sebagaian rerumputan. Meskipun begitu, ketegangan dan ketakutan sudah raib. Kaili mengenal suara itu. Dia cepat berbalik. Benar saja, wajah cantik Houri sudah menyambutnya. Kaili mengenggam tangan sang peri dan menatap dengan sorot mata memelas. Ava dan Kyra hanya bisa terbengong-bengong menyaksikan hal itu. Mereka memang belum pernah bertemu Houri. "Peri Houri, tolong kami!" pinta Ka

DMCA.com Protection Status