Hanzero tidak terpikir kalau Ellena akan secanggung itu. Tidak peduli mau Ellena lebih canggung malam itu atau sekarang, semuanya membuat Hanzero merasa terkejut. Dia teringat kejadian malam itu dan tersadar kalau itu adalah pertama kalinya untuk Ellena. Ellena dan Reno sudah berhubungan selama bertahun-tahun, tapi kenapa dia masih begitu canggung saat berhubungan intim? Hanzero merasa kalau dia pasti sangat sulit jika ingin menahan diri untuk tidak menyentuh Ellena, sampai dia tidak percaya kalau Reno memiliki kontrol diri yang sangat baik.Ellena menenangkan jantungnya dan mengatur napas. Dia menatap sepasang mata hitam gelap yang masih menatapnya. Lalu, dia berkata dengan malu-malu, "Gimana kamu bisa...""Tentu saja aku bisa." Hanzero mengulurkan tangan dan menyelipkan rambut Ellena ke belakang telinga. Kemudian, bibir tipisnya berbisik, "Ellena, aku suamimu. Kita sudah menikah sekarang, tapi kamu masih nanya apa aku bisa atau nggak? Kamu sebaiknya cepat beradaptasi denganku. Kesab
"Kalau kamu kekurangan sesuatu, kamu bisa langsung bilang. Nanti akan ada orang yang menyiapkannya untukmu."Ellena terdiam dan berpikir, Apa semuanya sudah disiapkan? Dia merasa... Hanzero memang sudah sejak awal mempertimbangkan dan memintanya untuk tinggal di rumahnya.Mobil meluncur di tengah jalan, dan selama perjalanan, Ellena tidak bisa menahan rasa kantuknya hingga akhirnya dia tertidur di dalam mobil. Dia menyandarkan kepalanya ke jendela, mungkin karena dia tidak nyaman tidur dalam posisi seperti itu. Tubuhnya selalu menegang ketika dia tidur. Kepalanya beberapa kali terbentur ke kaca jendela sampai menimbulkan bunyi.Hanzero sedang mengurusi beberapa email di notebook-nya. Dia mendengar gerakan di sampingnya dan menoleh untuk melihat Ellena yang mengerutkan kening dalam tidur nyenyaknya.Dia segera menutup notebook-nya, lalu mengulurkan tangan dan mengusap alis gadis itu sambil berbisik, "Paman Dio, pelan sedikit mengemudinya.""Eh, iya, Tuan."Hanzero menyingkirkan noteboo
Paman Dio menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajah Ryan pun melunak. "Saya pikir masalah ini tidak sepele. Tuan Besar... dan Nyonya Besar, saya takut..."Paman Dio dan Ryan memikirkan hal yang sama. Keduanya kompak mengerutkan kening. Tidak mudah untuk memasuki pintu kediaman keluarga Brahmana begitu saja, untuk orang luar.Hanzero memeluk Ellena dan menggendongnya masuk ke ruangan. Semua pelayan terkejut hingga bola mata mereka hampir loncat keluar.Jelas saja mereka terkejut melihat tuannya yang tidak pernah mendekati wanita tiba-tiba pulang sambil menggendong seorang wanita. Mereka menunggu hingga Hanzero naik ke atas karena mereka tidak sabar untuk membicarakannya."Apa barusan ada yang salah dengan mataku? Aku benar-benar melihat Tuan menggendong seorang wanita?”"Matamu nggak salah! Aku juga melihatnya!""Bukankah Tuan alergi terhadap wanita? Kenapa sekarang sebaliknya, dia bisa memeluknya? Siapa dia? Tuan bahkan menggendongnya pulang ke kediaman kedua!"Salah satu pelayan lain d
Dia berjalan sejenak, lalu menengok dan melihat sekeliling. Dia melihat bangunan mewah di depannya yang ternyata adalah Kediaman Hanzero. Awalnya, dia mengira itu adalah vila atau semacamnya.Tapi, sekarang dia menyadari jika kemiskinannya benar-benar membatasi imajinasinya. Rumah ini seperti benteng tua, tetapi jauh lebih besar dari vila."Apa Hanzero masih di rumah?" tanya Ellena. Setelah dia melihat jam, dia mengira Hanzero sudah pergi ke perusahaan.Ryan tertegun saat mendengar Ellena langsung memanggil Hanzero dengan namanya, tetapi wajahnya segera kembali ke ekspresi normal dan dia mengangguk, “Tuan masih di rumah. Sekarang sedang sarapan.”“Oh." Ellena mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, saya ingin menemuinya. Maaf merepotkan Anda, tapi tolong tunjukkan jalannya."Ryan berkata dengan canggung, "Nyonya, Anda nggak perlu terlalu sungkan begitu. Saya ini bawahan Anda."Ellena hanya mengangguk sambil tersenyum sopan, lalu berjalan selama beberapa menit sebelum akhirnya mencapai
Beberapa pelayan yang berdiri di ruang makan merasa terkejut dengan adegan ini. Wanita muda itu tampaknya sangat dicintai oleh Tuan mereka. Walaupun dia cantik, dia masih sangat muda. Mereka sungguh tidak menyangka Tuan mereka akan menyukai gadis seusia itu.Tapi, mereka merasa lega. Tuan mereka ternyata benar-benar sembuh dari penyakitnya.Hanzero tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia mengangkat dagu Ellena dan mengelusnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu semalam memelukku sampai pagi. Sekarang aku gantian memelukmu kok nggak boleh?”Ellena membuka matanya lebar-lebar. "Aku... Aku tadi malam...""Ya." Hanzero menyentuh pipi Ellena dengan ujung jarinya dan bergumam pelan."Tau nggak, kamu semalam seperti gurita yang nggak mau melepaskan mangsanya. Kamu tidur dengan sangat nyenyak, sementara aku nggak bisa tidur sepanjang malam."Wajah Ellena semakin memerah. Mungkin semalam dia kecapean sampai tertidur di mobil Hanzero dan tidak mengingat apapun lagi setel
"Hm." Ellena mengangguk. "Aku turun ya? Emm, itu... sampai jumpa," ujarnya dengan malu dan ragu. Ellena kemudian hampir membuka pintu dan bersiap untuk keluar."Apa aku sudah mengizinkanmu pergi?"Suara Hanzero terdengar samar-samar dari belakang Ellena. Tapi itu tetap membuat Ellena berhenti dan menoleh lalu bertanya, "Apa ada hal yang lain?"Pria tampan itu mengerutkan kening dan tampak sedikit tidak senang. "Kemarilah sebentar."Ellena ragu-ragu untuk menggerakkan tubuhnya. Begitu dia mendekat, Hanzero menariknya ke dalam pelukannya. Sebelum dia sempat bereaksi, ciuman panas pria itu jatuh ke bibirnya.Ellena seperti hampir pingsan dan membuat Hanzero tersadar lalu segera melepaskannya. Jari Hanzero menempel di bibir Ellena, dan dia berkata, "Maaf. Ini cuma untuk ciuman perpisahan."Ellena hanya bisa menarik napas panjang dan nggak tahu mau bicara apa, lalu dia bergerak untuk turun.Saat dia sudah keluar dari mobil, kakinya masih lemas. Dia menutupi pipinya yang merah, lalu melirik
Ellena hanya menatap Reni dengan dingin. Saat Reni bergegas mendekatinya, Ellena dengan santai mengulurkan satu kakinya dan menjegal Reni."Ah!" Reni jatuh ke lantai dengan keras, hidungnya membentur lantai hingga hampir mengeluarkan air mata.“Dasar kamu, Ellena! Beraninya kamu melakukan ini sama aku dan Vira! Aku nggak akan melepaskanmu!" Teriaknya dengan penuh amarah.Vira, yang masih merasa pusing setelah jatuh, perlahan menyentuh dahinya yang berdarah. Dia terkejut dan semakin murka. "Ellena, beraninya kamu... Wanita jalang! Apa kamu pikir Reno masih mau melindungi kamu sekarang? Kamu tunggu saja. Aku akan buat kamu malu di kampus!""Kamu tunggu saja, Ellena! Kami akan buat kamu nyesel!" bentak Vira dengan penuh kebencian.Vira dan Reni bangun dari lantai, wajah mereka penuh amarah. Setelah melontarkan sumpah serapah, keduanya buru-buru keluar kamar.Melihat kejadian itu, Yunita langsung panik. "Ellena, bagaimana ini? Vira dan Reni kenal dekat sama kakak senior itu. Dia generasi
Suara itu seperti seutas tali yang menggelitik hati Ellena dengan lembut. Dia merasa tenang. Saat ini Ellena benar-benar merasa beruntung memiliki seseorang yang bisa diandalkan.Dia tampaknya telah menemukan pelabuhannya, sehingga dia tidak perlu lagi khawatir terkena angin dan hujan lagi. Dia belum pernah merasakan kedamaian dan ketenangan hati seperti ini.Setelah menutup telepon, Ellena menyimpan ponselnya dan berjalan menuju kamar tidur. Dia merapikan kembali barang-barangnya yang dilempar oleh Vira ke lantai.Melihat Ellena kembali ke kamar, dua teman sekamar yang lain saling memandang dan bertanya, "Ellena, kamu benar-benar nggak mau bersembunyi untuk sementara waktu?""Ellena, kamu masih punya waktu untuk pergi sekarang," kata Yunita yang masih sangat khawatir.Ellena berjongkok di lantai dan mengembalikan barang-barangnya satu per satu ke tempat tidur. Dia berkata pada Yunita dengan tenang, "Yunita, kapan kamu melihatku menderita?"Yunita memikirkannya. Ellena memang terlihat
“Kimmy, maaf ya, agak lama menunggu,” kata Intan, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandi. “Oh, tidak kok.” Kimmy menjawab dengan sedikit gugup. Entah kenapa melihat Intan dan tahu jika Intan sedang hamil, dia menjadi gugup. “Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tunggu sebentar ya?” Intan melangkah menghampiri lemari. Sedangkan Kimmy menunggu dengan jantung yang berdebar. Intan pasti akan menunjukkan hasil lab atau USG dari dokter. Memikirkan hal itu Kimmy semakin berdebar. Dia tidak tahu harus bicara apa nantinya. Dia sibuk merangkai kata terlebih dahulu. Dia sedikit tercengang ketika melihat Intan menghampirinya dengan membawa sebuah gaun. “Menurutmu apa gaun ini bagus?” Intan menunjukkan gaun itu ke depan Kimmy. “Selama pacaran, baru malam ini kita akan pergi kencan. Jadi aku sedikit gugup untuk memilih gaun. Aku memintamu datang untuk memberi pendapat tentang gaun ini. Aku tidak ingin membuatmu malu.” Intan adalah gadis yang berkelas, tetapi di
Sekarang tidak ada lagi namanya keresahan ataupun kegelisahan dan kekhawatiran. Baik untuk Hanzero, Ellena, maupun untuk Evelyn sang Nyonya besar Brahmana.Keluarga Brahmana semakin sejahtera dan juga bahagia. Hanya tinggal menunggu sang penerus terlahir dari rahim Ellena.Semua berjalan normal.---Keluarga Lewis sudah menerima karmanya. Meskipun Tiara dan Revan Lewis masih bersama, tetapi kehidupan mereka semakin sulit dan penuh pertengkaran. Sekarang bukan hanya Villa keluarga Lewis yang telah diambil alih oleh Ellena, tetapi perusahaan Lewis pun telah diakuisisi oleh Hanzero.Usut punya usut, perusahaan tersebut dulu pernah mengalami kemunduran yang sangat berat bahkan hampir bangkrut ketika masih ada di tangan Tommy Lewis. Lalu perusahaan itu bisa bangkit kembali karena adanya Clarissa. Meskipun dia adalah seorang anak yatim piatu, tetapi ternyata Clarissa mempunyai aset besar yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Setelah dia menikah dengan Revan, pada akhirnya Clarissa pun memban
Mendengar kata-kata Nyonya besarnya, Roy langsung menghela napas lega. “Nyonya benar-benar orang yang baik. Semoga keluarga Brahmana selalu dalam kesejahteraan. Kalau begitu, saya pergi dulu.”Evelyn mengangguk, mempersilakan Roy untuk pergi.Agak lama Evelyn termenung, lalu ketika dia baru saja hendak berdiri, dia mendengar suara lembut dan manis memanggilnya dari ujung sana.“Ibu.”Dia melihat Ellena sudah berjalan menghampirinya.“Kamu sudah pulang, Nak?” tanya Evelyn.“Kami baru saja pulang, tapi Hanzero langsung pergi ke kantor lagi.”“Kenapa kamu malah kemari? Bukannya pergi ke kamar dan istirahat?”“Tadi aku mencari Ibu. Kata Paman Fatih, Ibu sedang ada di taman belakang. Aku mengkhawatirkan Ibu karena seharian ini kami pergi. Maafkan aku ya, Bu. Pergi dari pagi baru pulang sore hari. Ibu pasti kesepian.”Evelyn tertegun, hatinya berdesir saat Ellena mengambil tangannya dan mencium tangannya dengan keningnya. Dia menatap wajah cantik dan lembut menantunya itu. Terbayang bagaima
Setelah mendengar penjelasan dari Paman Fatih, Evelyn mengepalkan tangannya erat-erat. Kemudian dia langsung berdiri dan segera pergi ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Paman Fatih. Paman Fatih merasa sedikit heran, tetapi karena dia tidak tahu apa-apa, Paman Fatih hanya diam meskipun dia merasa jika sepertinya ada yang salah.Sampai di kamarnya, Evelyn langsung menghubungi seseorang.“Nyonya besar, tumben sekali Anda menelponku?” tanya orang di ujung telepon itu dengan sopan.Setelah menarik napas panjang, Evelyn kemudian berkata, “Aku memerlukan bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang. Aku membutuhkannya secepatnya.”“Baik, Nyonya besar. Saya akan melakukannya sebaik mungkin dan segera melaporkannya pada Anda.”Begitu Evelyn selesai menelpon, dia langsung mengirim sebuah foto sekaligus nama Ellena pada seseorang tersebut.Evelyn terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan beberapa kali mengusap wajahnya dengan kasar.Dia sudah bisa menebak jika
Diam-diam sekarang Kimmy mulai berterima kasih pada Resta. Jika bukan karena kehadiran Resta yang telah berhasil mendapatkan hati Hanzero, mungkin Intan juga tidak akan pernah melirik kehadirannya.Hari kembali berlalu.Semua berjalan dengan pelan tapi pasti. Biarpun hubungan Kimmy dan Intan yang telah resmi berpacaran tidak seromantis pasangan lainnya. Tetapi Kimmy masih tetap bersyukur, setidaknya hubungannya dengan Intan telah ada kemajuan.Begitu juga dengan hubungan Ellena dan Hanzero. Jika dulu mereka bertemu dan menikah secara kilat tanpa ada perasaan cinta baik antara Hanzero maupun Ellena sendiri, tapi sekarang keduanya sudah saling mengakui jika sama-sama saling menyukai dan mencintai bahkan telah mengucap janji untuk saling menemani dan setia sampai akhir hayat.Operasi Kelvin pun telah berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang positif. Sekarang Kelvin telah tinggal di villa milik Hanzero sedangkan Hanzero dan Ellena sudah tidak diperbolehkan lagi untuk keluar dari rumah b
Membaca balasan Intan yang ini bukan hanya kedua matanya yang terbelalak tetapi jantung Kimmy pun berdebar sangat kuat.Tapi lagi-lagi belum sempat dia menjawab satu pesan kembali masuk.|Kamu tidak perlu buru-buru untuk menjawabnya. Kamu bisa memikirkannya dulu. Aku juga tidak akan memaksamu. Aku tahu selama ini aku banyak menyakiti hatimu, jadi aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu.|Sudah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, bagaimana mungkin Kimmy bisa sesantai itu dan harus berpikir dulu?Pria itu segera mengunci ponselnya dan kembali melemparnya di atas kasur. Dia segera pergi ke kamar mandi dan buru-buru mandi.Dia harus segera menemui Intan dan membicarakan hal ini dengan serius secara langsung.Siang ini Kimmy tidak lagi memikirkan pekerjaan kantor. Dia segera pergi ke rumah Intan untuk menemui Intan. Sampai di sana dia disambut oleh seorang bibi pelayan.Rumah itu terlihat begitu sepi. Orang tua Intan memang sedang berada di luar negeri. Kimmy duduk di ruang tamu menungg
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kamar Kimmy. Saat dia terbangun, dia mendapati dirinya seorang diri di atas tempat tidurnya. Dia melihat ke kanan dan ke kiri, dia tidak menemukan adanya Intan. Lalu dia teringat kejadian semalam. Bukan dia sengaja, tetapi dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Hingga akhirnya malam panas yang panjang ia lalui bersama Intan.Ketika Kimmy menyadari jika Intan sudah pergi dari kamarnya dia benar-benar terkejut. Dia segera bangun mencari handuk untuk membungkus tubuh bagian bawahnya. Kimmy melihat ke arah tempat tidur, ada bercak darah lumayan banyak di sprei berwarna putih itu. Kimmy membeku.Setelah beberapa saat, dia mengepalkan tangannya sendiri dan menggeram marah pada dirinya sendiri. “Sialan! Apa yang aku lakukan?”Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada wanita yang dicintai dan yang selama ini ia jaga? Dia benar-benar bertingkah seperti bajingan yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.Intan sedang patah hati, Intan sedang hancur, dia
Kimmy mendengus. Dia paham jika Intan sedang mabuk. Dia menarik tubuhnya, tapi tiba-tiba Intan justru merangkul pundaknya, membuat tubuhnya menabrak tubuh Intan. Pada saat itu juga, Intan memeluknya dengan sangat erat.“Kimmy, katakan padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak ingin menjadi orang yang bodoh terus-menerus.”Jantung Kimmy bergemuruh. Seumur hidup, hanya saat inilah posisi mereka bisa seperti ini. Jika Intan tidak dalam keadaan mabuk seperti ini, bagaimana mungkin Intan akan memeluknya?“Intan, kamu mabuk. Jangan seperti ini. Tolong lepaskan. Aku akan membuat air jeruk agar mabukmu berkurang.”“Tidak mau,” Intan menggeleng. Dia mengeratkan pelukan.“Aku tahu selama ini aku salah. Tolong jangan tinggalkan aku sendiri. Maafkan aku karena sudah sering menyakiti hatimu.”Kimmy membalas pelukan Intan dengan lembut kemudian dia berkata, “Kamu tidak bersalah, kamu tidak pernah menyakitiku. Jangan bersedih.” Perlahan Kimmy melepaskan pelukan Intan.Intan menatap kedu
Jika Hanzero dan Ellena, mereka tidak pernah menyangka jika penyatuan cinta mereka akan terjadi di rumah besar Brahmana.Lalu di tempat lain, Intan saat ini sedang merenungi semua hal yang terjadi. Dia tidak bicara sepatah kata pun meskipun Kimmy sudah beberapa kali mengajaknya bicara dan berusaha membujuk. Kimmy hanya bisa mendesah, meninggalkan Intan untuk memberikan waktu pada gadis itu sendirian dulu.“Baiklah, sepertinya kamu perlu waktu untuk sendirian dulu. Aku akan pergi keluar sebentar. Jika kamu memerlukan aku, telepon saja. Aku akan segera datang.”Intan tidak mengeluarkan kata apa pun kecuali hanya mengangguk.Kimmy pergi, sedangkan Intan masih merenung di atas tempat tidur milik Kimmy.Setelah dia memutuskan untuk mengirim pesan teks pada Nyonya Besar, dunianya rasanya seperti luruh. Ada penyesalan karena telah mengambil keputusan itu. Tapi dia bisa apa sekarang? Tanpa kehadiran Ellena saja, dia merasa sangat sulit untuk meningkatkan hubungannya dengan Hanzero. Dan sekara