Tidak peduli seberapa mahalnya Rolls-Royce itu, Salma mengetahuinya dengan sangat jelas. Dia punya pemahaman yang mendalam tentang semua merek mewah baik itu tas, pakaian dan perhiasan, hingga mobil dan rumah mewah. Dia sangat paham kalau Rolls Royce itu adalah mobil edisi terbatas sedunia dan berharga selangit.Paling pentingnya lagi, nomor plat mobil itu ternyata angka delapan empat kali. Hanya sedikit orang yang mampu membeli nomor plat seperti itu di kota ini.Salma mulanya berpikir kalau Ellena baru aaja mendekati pria kaya. Namun, sekarang... Plat mobil angka delapan empat kali itu menusuk matanya dan membangkitkan kecemburuan di hatinya. Hanya dari nomor plat itu, dia bisa tahu dengan mudah bahwa identitas orang di dalam mobil itu jelas bukan orang biasa. Dia menggigit bibirnya erat-erat sambil menyaksikan Rolls-Royce mewah itu melaju semakin jauh hingga nggak terlihat, kemudian dia berkata, "Reno, apa wanita yang duduk di Rolls-Royce itu tadi kakak?"Reno menutup bibirnya rap
Meskipun Kelvin takut pada Hanzero, dia harus melakukan ini demi kebahagiaan kakaknya. Dia mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya pada Hanzero, lalu berkata, “Kalau kamu berani kecewakan kakakku, aku nggak akan biarin kamu gitu saja!"Hanzero hanya terdiam, padahal dia ingin tertawa. Seumur hidupnya, ini pertama kalinya ada orang yang mengancamnya. Apalagi, dia diancam oleh adik iparnya sendiri. Tapi, dia sama sekali tidak marah karena dia mengerti perasaan kakak-beradik itu.Kelvin bersikap seperti ini karena mengkhawatirkan kakaknya dan takut kakaknya dibohongi. Setelah hening sejenak, sudut bibirnya sedikit terangkat dan ia bertanya, "Kamu mau denger kebenarannya?"Kelvin mengepalkan tangannya. Anak muda yang tampan itu menjawab dari tempat tidur, "Tentu saja!"Hanzero tertawa kecil, kemudian berkata, "Aku dan kakakmu bersama memang bukan karena perasaan. Jadi, kalau kamu tanya apa aku menyukainya atau nggak, aku belum bisa jawab.”Kelvin mengerutkan keningnya dan kini dia
Hanzero tidak terpikir kalau Ellena akan secanggung itu. Tidak peduli mau Ellena lebih canggung malam itu atau sekarang, semuanya membuat Hanzero merasa terkejut. Dia teringat kejadian malam itu dan tersadar kalau itu adalah pertama kalinya untuk Ellena. Ellena dan Reno sudah berhubungan selama bertahun-tahun, tapi kenapa dia masih begitu canggung saat berhubungan intim? Hanzero merasa kalau dia pasti sangat sulit jika ingin menahan diri untuk tidak menyentuh Ellena, sampai dia tidak percaya kalau Reno memiliki kontrol diri yang sangat baik.Ellena menenangkan jantungnya dan mengatur napas. Dia menatap sepasang mata hitam gelap yang masih menatapnya. Lalu, dia berkata dengan malu-malu, "Gimana kamu bisa...""Tentu saja aku bisa." Hanzero mengulurkan tangan dan menyelipkan rambut Ellena ke belakang telinga. Kemudian, bibir tipisnya berbisik, "Ellena, aku suamimu. Kita sudah menikah sekarang, tapi kamu masih nanya apa aku bisa atau nggak? Kamu sebaiknya cepat beradaptasi denganku. Kesab
"Kalau kamu kekurangan sesuatu, kamu bisa langsung bilang. Nanti akan ada orang yang menyiapkannya untukmu."Ellena terdiam dan berpikir, Apa semuanya sudah disiapkan? Dia merasa... Hanzero memang sudah sejak awal mempertimbangkan dan memintanya untuk tinggal di rumahnya.Mobil meluncur di tengah jalan, dan selama perjalanan, Ellena tidak bisa menahan rasa kantuknya hingga akhirnya dia tertidur di dalam mobil. Dia menyandarkan kepalanya ke jendela, mungkin karena dia tidak nyaman tidur dalam posisi seperti itu. Tubuhnya selalu menegang ketika dia tidur. Kepalanya beberapa kali terbentur ke kaca jendela sampai menimbulkan bunyi.Hanzero sedang mengurusi beberapa email di notebook-nya. Dia mendengar gerakan di sampingnya dan menoleh untuk melihat Ellena yang mengerutkan kening dalam tidur nyenyaknya.Dia segera menutup notebook-nya, lalu mengulurkan tangan dan mengusap alis gadis itu sambil berbisik, "Paman Dio, pelan sedikit mengemudinya.""Eh, iya, Tuan."Hanzero menyingkirkan noteboo
Paman Dio menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajah Ryan pun melunak. "Saya pikir masalah ini tidak sepele. Tuan Besar... dan Nyonya Besar, saya takut..."Paman Dio dan Ryan memikirkan hal yang sama. Keduanya kompak mengerutkan kening. Tidak mudah untuk memasuki pintu kediaman keluarga Brahmana begitu saja, untuk orang luar.Hanzero memeluk Ellena dan menggendongnya masuk ke ruangan. Semua pelayan terkejut hingga bola mata mereka hampir loncat keluar.Jelas saja mereka terkejut melihat tuannya yang tidak pernah mendekati wanita tiba-tiba pulang sambil menggendong seorang wanita. Mereka menunggu hingga Hanzero naik ke atas karena mereka tidak sabar untuk membicarakannya."Apa barusan ada yang salah dengan mataku? Aku benar-benar melihat Tuan menggendong seorang wanita?”"Matamu nggak salah! Aku juga melihatnya!""Bukankah Tuan alergi terhadap wanita? Kenapa sekarang sebaliknya, dia bisa memeluknya? Siapa dia? Tuan bahkan menggendongnya pulang ke kediaman kedua!"Salah satu pelayan lain d
Dia berjalan sejenak, lalu menengok dan melihat sekeliling. Dia melihat bangunan mewah di depannya yang ternyata adalah Kediaman Hanzero. Awalnya, dia mengira itu adalah vila atau semacamnya.Tapi, sekarang dia menyadari jika kemiskinannya benar-benar membatasi imajinasinya. Rumah ini seperti benteng tua, tetapi jauh lebih besar dari vila."Apa Hanzero masih di rumah?" tanya Ellena. Setelah dia melihat jam, dia mengira Hanzero sudah pergi ke perusahaan.Ryan tertegun saat mendengar Ellena langsung memanggil Hanzero dengan namanya, tetapi wajahnya segera kembali ke ekspresi normal dan dia mengangguk, “Tuan masih di rumah. Sekarang sedang sarapan.”“Oh." Ellena mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, saya ingin menemuinya. Maaf merepotkan Anda, tapi tolong tunjukkan jalannya."Ryan berkata dengan canggung, "Nyonya, Anda nggak perlu terlalu sungkan begitu. Saya ini bawahan Anda."Ellena hanya mengangguk sambil tersenyum sopan, lalu berjalan selama beberapa menit sebelum akhirnya mencapai
Beberapa pelayan yang berdiri di ruang makan merasa terkejut dengan adegan ini. Wanita muda itu tampaknya sangat dicintai oleh Tuan mereka. Walaupun dia cantik, dia masih sangat muda. Mereka sungguh tidak menyangka Tuan mereka akan menyukai gadis seusia itu.Tapi, mereka merasa lega. Tuan mereka ternyata benar-benar sembuh dari penyakitnya.Hanzero tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia mengangkat dagu Ellena dan mengelusnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu semalam memelukku sampai pagi. Sekarang aku gantian memelukmu kok nggak boleh?”Ellena membuka matanya lebar-lebar. "Aku... Aku tadi malam...""Ya." Hanzero menyentuh pipi Ellena dengan ujung jarinya dan bergumam pelan."Tau nggak, kamu semalam seperti gurita yang nggak mau melepaskan mangsanya. Kamu tidur dengan sangat nyenyak, sementara aku nggak bisa tidur sepanjang malam."Wajah Ellena semakin memerah. Mungkin semalam dia kecapean sampai tertidur di mobil Hanzero dan tidak mengingat apapun lagi setel
"Hm." Ellena mengangguk. "Aku turun ya? Emm, itu... sampai jumpa," ujarnya dengan malu dan ragu. Ellena kemudian hampir membuka pintu dan bersiap untuk keluar."Apa aku sudah mengizinkanmu pergi?"Suara Hanzero terdengar samar-samar dari belakang Ellena. Tapi itu tetap membuat Ellena berhenti dan menoleh lalu bertanya, "Apa ada hal yang lain?"Pria tampan itu mengerutkan kening dan tampak sedikit tidak senang. "Kemarilah sebentar."Ellena ragu-ragu untuk menggerakkan tubuhnya. Begitu dia mendekat, Hanzero menariknya ke dalam pelukannya. Sebelum dia sempat bereaksi, ciuman panas pria itu jatuh ke bibirnya.Ellena seperti hampir pingsan dan membuat Hanzero tersadar lalu segera melepaskannya. Jari Hanzero menempel di bibir Ellena, dan dia berkata, "Maaf. Ini cuma untuk ciuman perpisahan."Ellena hanya bisa menarik napas panjang dan nggak tahu mau bicara apa, lalu dia bergerak untuk turun.Saat dia sudah keluar dari mobil, kakinya masih lemas. Dia menutupi pipinya yang merah, lalu melirik
"Bukankah kamu presiden di perusahaan? Kenapa kamu begitu sibuk sampai masih harus bekerja saat libur?" tanya Ellena tak mengerti.Hanzero tersenyum dan menjelaskan, "Aku baru saja mengambil alih perusahaan belum lama ini dan aku perlu mengurus banyak hal secara pribadi, tapi jangan khawatir. Tunggu setelah selesai dari kesibukan di bulan ini, nanti aku tidak akan begitu sibuk. Aku akan berusaha meluangkan lebih banyak waktu untuk menghabiskan waktu menemanimu.""...Aku tidak bermaksud begitu," gumam Ellena dengan agak malu. Perkataan ini membuat Ellena terdengar seolah sedang mengeluh kalau Hanzero tidak punya waktu untuk menemaninya."Kamu tidak bermaksud begitu, tapi aku ingin lebih sering menemanimu," kata Hanzero sambil menatap Ellena dengan lembut. "Sayang, apa kamu ingin menghabiskan lebih banyak waktu di sisiku dan bersama denganku?"Di bawah tatapan Hanzero yang terfokus dan lembut, jantung Ellena berdegup kencang dan wajahnya mulai memanas. Tanpa menunggu jawabannya, Hanzero
Intan sering masuk ke rumah keluarga Brahmana. Sebelum Hanzero menikah, para pelayan di rumah keluarga ini pada dasarnya menganggapnya sebagai calon nyonya muda. Bahkan, jika Hanzero sudah menikah sekarang, para pelayan ini tetap bersikap sopan padanya.Meskipun Intan bukan Nyonya Muda, ia juga Nona Intan. Karenanya, ketika dia bertanya, pelayan wanita itu langsung menjawab dengan hormat, "Nona Intan, ini air gula merah.""Air gula merah?" Intan tertegun, "Ini dibawa untuk apa?""Sebelum Tuan Muda kembali membawa Nyonya Muda, dia meminta kami merebuskan air gula merah. Ini seharusnya untuk diminum Nyonya Muda," kata pelayan wanita itu sambil tersenyum sebelum ia melihat wajah Intan yang seketika menjadi suram, "Ini minuman untuk meredakan sakit datang bulan wanita.""Iya," jawab pelayan wanita lainnya sambil tersenyum, "Saya benar-benar tidak menyangka bahwa Tuan Muda kami ternyata adalah orang yang begitu peduli dan perhatian. Tuan Muda sangat baik pada Nyonya Muda. Tuan Muda tidak h
"Nenek, aku akan membantumu," kata Intan.Nyonya Tua memang memiliki sedikit masalah di kakinya dan jalannya juga sedikit tidak lancar. Intan bergerak dengan hati-hati untuk membantu Nenek Hanzero itu berdiri dan mengingatkannya dengan lembut, “Nenek, pelan-pelan."Setelah Nyonya tua bangun, dia menoleh dan menatap Intan lagi. Matanya menunjukkan jejak penyesalan dan belas kasihan. Gadis ini sangat baik. Dalam hal latar belakang keluarga, penampilan, dan kemampuan pribadi semuanya sangat cocok dengan cucu kesayangannya. Gadis ini akan mencintai orang dan menjadi berbakti. Mereka sebagai orang tua juga cukup menyukai Intan.Keluarganya dan kerabat jauh Mahendra juga. Para orang tua dari kedua keluarga juga memiliki hubungan yang baik. Dulu, mereka sudah terpikirkan rencana untuk menikahkan kedua anak mereka.Hanya saja... Tidak peduli seberapa inginnya mereka sebagai orang tua, kedua keturunan mereka ini tidak saling menyukai satu sama lain. Mereka sebagai orang tua juga tidak bisa mem
"Itu kamu yang mengatakannya lho. Ibu tidak minta," kata Ibu Hanzero. Ia merasa sedikit lebih nyaman ketika mendapatkan perhiasan itu dan merasakan perhatian putranya."Iya, aku yang mengatakannya."Hanzero mengaitkan bibirnya, menundukkan kepalanya, dan bertanya pada Ellena, "Apa kamu sudah mengantuk? Kamu ingin pergi tidur? Aku akan mengantarmu ke kamar sebentar."Ellena sebenarnya tidak mengantuk, tapi dia masih ingin pindah tempat. Meskipun nenek dan ibu Hanzero terlihat senang berbicara dengan baik padanya, dia masih merasa tidak nyaman berada di depan para orang tua. Karena itu dia membalas dengan lembut, "Hm.""Oke. Kalau begitu, aku akan membawamu ke kamar untuk tidur sebentar."Hanzero mengangkat kepalanya dan berkata pada ibu dan neneknya. "Ibu, Nenek, kalian sudah bertemu Ellena, kan? Karena sekarang sudah tidak pagi lagi, bukankah kalian juga harus tidur siang? Aku agak mengantuk, jadi aku akan pergi tidur sebentar. Tunggu hingga makan malam, baru kalian panggil aku."Sete
“Baik, baik. Kalian memang harus bekerja keras,” kata nenek. Nenek Brahmana melihat Ellena bersandar pada Hanzero. Cucu kesayangannya itu juga menatap cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Pasangan muda ini mempunyai hubungan yang sangat baik, wanita tua itu sangat bahagia di dalam lubuk hatinya. Tampaknya, ada harapan baginya untuk menimbang cicit tahun depan.“Ellena, ikut denganku. Ada yang harus aku kenalkan padamu lagi.” Hanzero berbalik dengan Ellena di pelukannya. Lalu perlahan berjalan ke arah nyonya besar dan berkata dengan lembut, “Ini adalah ibuku, dan ini Intan. Karena kamu sudah bertemu dengan Intan, aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.”Ellena tersipu dan mengangkat kepalanya dari pelukan Hanzero. Saat dia melihat ibu Hanzero, dia sedikit tercengang. Entah ini hanya halusinasinya saja atau bukan, hanya saja, dia baru saja melihat ada sedikit rasa jijik dan marah di mata ibu Hanzero. Tetapi jejak itu tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata.Bibir nyonya besar menu
“Bibi Evelyn, apa aku salah bicara?” Intan meraih tangan nyonya besar dengan gelisah. “Jangan marah, aku juga hanya menduga-duga. Katanya dulu, Bibi sangat kesusahan saat mengandung Hanz. Bibi harus mendapat ratusan suntikan dan berbaring di atas tempat tidur sampai hampir setahun. Hingga akhirnya bisa melahirkan Hanz dengan selamat. Jika anak yang berbakti seperti Hanz, pasti menganggap ibunya sebagai orang yang paling penting.” Wajah nyonya besar terlihat muram dan dia tidak bicara lagi. Setelah Intan melihat jika tujuannya telah tercapai, dia juga tidak ingin mengatakan apapun lagi. Dia hanya melirik ke arah Ellena lagi dan melihat di sana Nenek Brahmana memberi sebuah kotak pada Ellena. Tanpa perlu melihatnya, Intan juga sudah tahu jika pasti itu adalah barang bagus yang berharga. Dalam mata Intan ada banyak sekali kecemburuan, tetapi dia membujuk Nyonya besar dengan lembut. “Bibi, jangan tunjukan jika Bibi sekarang sedang marah. Kalau tidak, Nenek Brahmana akan tidak senang.”
Biar bagaimanapun juga nyonya tua adalah pemegang kekuasaan yang mutlak di keluarga Brahmana sekarang, sejak Evelyn muda hingga saat ini dia telah dipanggil nyonya besar, dia tetap memiliki perasaan takut dan segan terhadap wanita tua itu.Dia tidak berani sembarangan menyinggung nyonya tua yang tidak lain adalah mertuanya itu, tetapi dia masih tidak puas dengan menantu yang tiba-tiba muncul ini.Lalu nyonya besar bertanya pada Intan, “Apa kamu mengenal wanita yang dibawa pulang Hanz itu?”Mata Intan terus mengikuti Hanzero sejak pria itu datang membawa Ellena ke ruang tamu. Dia melihat Hanzero begitu memanjakan Ellena, menyentuh kepalanya dan melihat ke arah Ellena dengan tatapan memanjakan. Hatinya bagai dirobek-robek dan itu benar-benar membuatnya tidak nyaman.Aku tidak mungkin cemburu, pikir Intan. Tapi dia merasa sangat cemburu, hingga tidak masuk akal. Dia adalah wanita yang telah tumbuh bersama dengan Hanzero dan juga satu-satunya teman wanita yang bisa tinggal di sisi Hanzero
Ellena makin merasa sangat gugup. Wanita kecil ini sungguh gugup hingga meremas tangan Hanzero. Hanzero pun balik meremas telapak tangan kecilnya dengan nyaman. Kemudian, dia menggandeng Ellena dan menuntunnya berjalan ke depan Nyonya Tua Brahmana.Hanzero menyentuh kepala Ellena dengan penuh kelembutan di depan umum dan kemudian berkata, "Ibu, Nenek. Ini adalah istriku, Ellena. Kami sudah mencatatkan pernikahan kami. Hari ini aku membawanya kembali untuk bertemu dengan kalian."Ada keheningan selama beberapa detik. Setelah Hanzero selesai memperkenalkan identitas Ellena sebagai istrinya, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Hanzero juga tidak terlalu peduli dan dengan tenang memperkenalkan pada Ellena, "Ellena, ini adalah nenekku."Ellena mengikuti arah pandangan Hanzero dan menatap wanita tua dari keluarga Brahmana itu. Dia seketika terdiam dan menarik napas dalam-dalam, lalu menyunggingkan senyuman manis dari sudut bibirnya dan berbicara dengan manis, "Halo, Nenek."Wanita
Wanita di dalam mobil belum turun, tetapi kepala pelayan tua itu sudah terkejut melihat pemandangan itu. Alasannya adalah karena dia telah berada di rumah keluarga Brahmana selama beberapa dekade dan belum pernah melihat hal seperti ini. Tidak peduli seberapa baik kualitas mentalnya, kepala pelayan tua itu juga tidak bisa tetap tenang.Setelah waktu berlalu beberapa detik lagi, wanita yang berada di dalam mobil akhirnya turun dan muncul di depan kepala pelayan tua yang menatap dengan kaget. Saat kepala pelayan tua itu melihat Ellena, sekali lagi dia kaget luar biasa dan takjub.Bukan sekedar seorang wanita yang berada di dalam mobil Tuan Muda, melainkan seorang gadis kecil yang terlihat sangat muda!Kepala pelayan tua itu memiliki penglihatan yang tajam. Hanya dengan melihat sekilas, dia tahu kalau gadis kecil ini berbeda dari wanita-wanita jalang genit di luar sana. Auranya sangat bersih, sangat segar, dan melihatnya membuat orang menyukainya.Hal yang lebih membuat kepala pelayan tu