Malam berganti pagi, ayam berkokok menguatkan Indra pendengaran agar sang empu bangun.
Kringgggg… kringgg. Jam alarm Nisa berbunyi keras, sampai-sampai Nisa kaget dari tidurnya.
"Ya, ampun masih jam 5 ternyata, Masi ada waktu buat tidur lagi. Sebelum tidur mending sholat dulu deh." Lalu Nisa menuruni kasur dan menuju kamar mandi, untuk mengambil air di bilik, yang hanya tersisa sedikit, lalu melaksanakan kewajiban.
Hampir 5 menit, nisa sangat khusyuk. Tidak lupa setelah sholat berdoa kepada sang pencipta. Agar doa-doanya dikabulkan.
"Aamiin." Setelah selesai sholat, mata dan pikiran sedikit tenang. Ia ingin melanjutkan tidur, tetapi tidak bisa.
"Dek, bangun. Jangan tidur lagi kita ngambil air di sumur buat mandi." Gebyar ka chellyn membuka pintu dengan keras.
"Ih kakak Nisa kaget, tadi Nisa mau tidur lagi tau. Ngantuk banget."
"Ga ada tidur-tiduran. Perempuan perawan harus bangun pagi, biar rezekinya ga dipatok ayam. Biar dapet suami yang mapan. Nanti sekalian kita bikin sarapan ya." Tegas chellyn.
"Emang ayam bisa ngambil duit ya ka? Terus suami emang yg nentuin ayam ya kak?. Mau bikin sarapan apa nih?."
"Haduh ni anak, udah-ah jangan banyak tanya. Buruan ayo nanti telat ambil air ga jadi mandi."
"Iya-iyaa berangkat" dengus kesal Nisa
Mereka berdua keluar dari rumah, dan membawa jerigen untuk mengisi air, lumayan satu jerigen untuk mandi bersih.
Menuju sumur lumayan jauh, melewati alas dantanah basah, karena hujan dan ada kabut yang tersisa. Tapi tak perlu risau atau takut, semua orang-orang desa pun juga melewatinya. Kadang sesama tetangga berjalan bareng agaar suasana tidak mencekam.
"Masi jauh ya ka?" Tanya Nisa.
"Sebentar lagi, hati hati tanah basah jangan ke pinggir pinggir, jatuh kamu kejurang." Jelas chellyn.
"Iya-iya tenang aja."
"Nduk Lin, niku sinten loh? Adine sampean to? "Lin, itu siapa? Adik kamu ya?" Mbah marjo menyapa chellyn, ketika berpapasan.
"Oh, nggih Mbah. Niki sing dari Jakarta niku. "Oh. Iya Mbah. Ini yang dari Jakarta itu." Tutur chellyn pada Mbah marjo.
"Oh, Songko Jakarta. ayu, Podo mbakyu. "Oh, dari Jakarta, cantik, seperti mbaknya." Canda Mbah marjo
"Nduk, Mugi Ning kene kerasan ya. Urip mung kene Rodok susah banyu, tapi nak panganan Ning kene nomor siji jos. Ogak usah tumbas, Karek metik." ( "Nak, semoga disini betah ya. Hidup disini emang susah air tapi kalo masalah makanan nomor satu, tinggal metik dibelakang rumah.") Jelas Mbah marijo, mengancungkan jempol, ditambah lekuk senyum yang keliatan gigi.
Nisa hanya manggut manggut dan ditambah senyuman, ia sedikit paham tidak paham yang diomong Mbah marijo. Kebiasaan Nisa hanya menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa kasar.
Tujuan sumur sudah sampai, lumayan banyak orang yang menimba. Ada yang mandi secara langsung setelah mandi tinggal menimba untuk kebutuhan rumah.
"Kak mending kita mandi disini aja gimana?" Sahut Nisa agar tidak lama menanti.
"Husst, kamu ga malu? Tutupan badan cuman dari anyaman bambu yang udah patah? Jangan disamain sama nenek-nenek. Mereka sudah tua, jadi mereka tidak malu." Jelas chellyn.
"Tapi, ka. Kalo kita nungguin yang lain lama loh sampe rumah? Apalagi ngelewatin tanah basah." Keluh Nisa
"Udah, diem. Mending kamu ikut Kaka aja, gausah banyak omong!" Gertak chellyn agar adiknya tidak rewel.
Nisa seketika diam, ia kaget dan menjadi kikuk. "Iya ka."
Sekarang giliran mereka berdua yang ngambil air, menanti menimba. Hampir 4 ember timba, hampir penuh jerigen chellyn. Chellyn membantu Nisa untuk segera cepat selesai.
"Udah ka, jangan penuh-penuh. Nanti berat gabisa bawa." Jerigen Nisa hanya punya setengah.
"Yaudah, udah selesai. Jadi kita harus otw cepat, udah mau jam 6. Belom bikin sarapan juga."
Mereka langsung menuju rumah, dengan pelan-pelan dan tertatih, agar tidak jatuh.
Memakan waktu 20menit, apalagi melewati alas. Lumayan susah untuk berjalan.
Apalagi ada anjing yang menggogong, badan Nisa getar dan takut, bila anjingnya mengigit. Ia penuh hati-hati agar si hewan tidak terganggu.
Sempat sekali Nisa memikirkan bahwa anjing menggonggong ada hantu di sekitar. Ia bergidik ngeri dan meremang di lehernya.
Nisa mempercepat jalannya, agar tidak ketinggalan di belakang chellyn
Waktu memakan 20 Menit.
Tiba sampai di belakang rumah.
Mereka berdua mendengus capek, dan kesal.
"Haduh, capek juga ya ka." Nisa menepis keringat yang berada di keningnya. Padahal ia takut dengan hewan tadi.
"Gapapa dek, sesekali olahraga pagi. Tapi capek juga." Sambat chellyn.
"Udah yu, ka. Katanya mau bikin sarapan. Sekalian biar keringat cepet kering." Ajak Nisa.
"Dek lauknya cuman tempe mendoan sama tahu terus bikin sambel kecap."
"Kukira roti selai. Hehe" gumam hati Nisa.
"Oh, gapapa Kak. Enak tau itu apalagi sama nasi anget."
"Nasi udah masak di ricekooker sama bude marni" jelas chellyn, membuka bungkus tempe.
"Dek, kamu ngupas bawang sama potekin cabe ya. Kaka motong tempe sama tahu, terus bikin adonan tepung." Perintah chellyn
"Iya kak siap," lalu nisa mengambil sejumput bawang dan cabai.
Mereka berdua melakukan tugas masing-masing. Tak perlu lama, semua bahan-bahan sudah siap. Tinggal menggoreng didalam wajan yang panas.
"Kamu mandi gih Nis, ini Kaka tinggal goreng." Suruh chellyn.
Tanpa aba-aba Nisa menuju kamar mandi yang bertutupan dengan bambu yang menjulang.
Nisa mengambil handuk di kamar, dan peralatan mandi. Ia buru-buru karena jam sudah menepatkan 06:10.
Nisa menuangkan air ke guci besar, yang terbuat dari tanah liat.
Setelah itu Nisa melakukan ritual mandinya, ia tidak peduli berkali kali menyabuni badannya, cukup sekali dan wangi Nisa mengguyur air dibadannya.
Lalu Nisa keluar dari kamar mandi, angin menusuk relung tulangnya itu sampe ia menggigil.
Nisa buru-buru ke kamar mengganti pakaian seragam.
Dibalik itu chellyn sedang sibuk menggoreng bagian tempe tahu. Belom membuat sambal yang diulek yang cukup memakan waktu.
Hampir 10menit Nisa dikamar, ia sudah siap dengan penampilan sekolah, tidak lupa menyisir rambut dikucir satu, ditambah polesan wajah agar cantik dan lipblam tidak pucat.
"Kak, Nisa sudah selesai. Bumbunya mending Nisa aja yang ngulek, Nisa bisa kok."
"Bener kamu bisa ngulek?"
"Bener kak, dah kakak mandi aja udah mau jam set7 belom lagi nanti sarapan."
Lalu Nisa mengambil ulekkan, sebelum bumbu diulek, dicuci. Setelah itu Nisa menuangkan bawang dan cabe nya serta bumbu penyedap rasa.
Ia mengulek sebisa mungkin meskipun sedikit susah di tangannya.
"Hampir halus bumbunya. Sebentar lagi selesai. Tinggal tuang kecap sachet an."
Nisa memindahkan cabai tersebut ke wadah mangkok kecil dan ia tabur dengan kecap tidak lupa di aduk.
"Akhirnya selesai, tinggal ngambil nasi deh."
Tidak menunggu lama Nisa mengambil piring dan nasi, lalu tahu tempe dan sambal seujung sendok.
Ia memakan dengan lahap, betapa nikmatnya sarapan pagi itu, apalagi cuaca dingin seperti ini.
"Widih, adek udah makan aja. Lape dek." Chellyn terkekeh kecil melihat adiknya sedang sarapan, yang mulut penuh tersimpul di pipi kanan kirinya.
Nisa hanya mengacungkan jempol.
Tak perlu waktu lama, untuk ia sarapan. Hanya mengambil sedikit, agar perut tidak kosong.
Sambil menunggu kakanya sarapan. Nisa membuka handphonenya itu sekilas.
Pesan dari rain yang memenuhi logo hijau itu.
"Cepetan berangkat Nisa."
"Bujed, lama amat ni anak. Oiyyy Cantika mantulitiii."
"Mau bel Nis, masa lu ga masuk."
Nisa hanya menjawab pesan singkat, padat dan jelas, toh nanti ia bakal tukar cerita dengan rain. "iya Rain." Send
Tiba-tiba ada pesan asing, ia membuka pesan dari nomor asing yang misterius.
"Saya hari ini tidak melihat dirimu?"
"Selamat, pagi nona? Apa kamu baik-baik saja?"
"Hai nona cantik, jangan lupa melirik ku sekilas".
Nisa tak menggubris pesan asing itu, ia hanya membaca pesannya tanpa harus membalas.
chellyn yang tengah asik menyatak sarapan. Ia melihat Nisa dengan raut wajah serius.
"Kenapa dek? Serius amat."
Siapa orang ini? Padahal nomorku sangat privasi, yang mempunya nomor ku saja hanya ada 10. Bahkan kontakku tak genap 20.
Aku hanya menyimpan nomor yang penting-penting saja. Bahkan teman sejoli Rain tidak mempunyai.
Bukan bermaksud sombong, aku tidak ingin menambahi nomor asing yang tidak ada urusannya denganku.
Apa ini nomornya Marko? Aku sering sekali melihat sekilas, disaat banyak kegiatan. Tapi apa iya? Kalo Marko seharusnya ia melihat mataku dengan seksama disaat menatapnya sekilas.
Mana mungkin Marko. Ah, sangat ke GR an. Dia kan cowok diam dan dingin.
Astaga Nisa ngampain mikirin no asing ga jelas ini. Lebih baik aku memikirkan tugas ku yang segunung. Mana lagi semalem cuman 3 pelajaran doang.
Huffftt, dengus Nisa.
"Ayo dek berangkat, udah hampir masuk nih." Nisa mengeluarkan motor berwarna merah itu.
"Oh, i-iya kak. Nisa ngambil tas dulu."
Mereka berdua tidak lupa berpamitan dengan orang tua, ya bude marni. Hanya ada bude marni saja, karena bapak sudah pergi ke sawah.
"Hati-hati nduk, jaga adikmu ya." Bude marni melambaikan tangan di samping itu.
"Iya, buk sudah tenang aja."
Menuju dan melaju ke sekolah dengan hati-hati, karena jam segini sudah padat orang yang mengendarai motor dan mobil, apalagi dijalan raya besar.
Sesampai sekolah chellyn dan Nisa langsung masuk kelas, dikarenakan bel sudah berbunyi."Kak aku duluan, Babay." Nisa langsung menuju kelas bawah.Disaat Nisa menuju kelasnya, Nisa tak sengaja berpapasan dengan pria itu lagi? Nisa tak menggubris laki-laki itu. Ia harus cepat-cepat menuju kelas."Ya ampun akhirnya sampai" gumam hati Nisa.Nisa memasuki kelas yang tadinya rame menjadi sepi. Ia menuju bangku belakang, untuk duduk dan menghampiri teman gesreknya."Tumben, lu Nis telat?" Sapa Maudy."Eh, iya dy. Hehe ga sengaja telat."
Ketua kelas langsung berdiri dari bangku, ia langsung menarik kertas-kertas teman-temannya, ia tidak peduli rengekkan teman-temannya bahwa ada yang belom selesai.Tidak butuh waktu lama semua sudah terkumpul. Meskipun sebagian ada yang belom mengerjakan."Hitung jumlahnya ada berapa, dan siapa yang belom mengumpulkan, tulis di kertas merah ini!" Suara berat nan tegas itu membuat siswa diem ditempat tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.Waktu hampir 2menit untuk mengoreksi yang sudah mengumpulkan."Pak sudah selesai semua" ketua kelas mengangkat tangan, dan menuju meja guru sangngar itu."Baik anak-anak semua jumlah dari si
Nisa memberhentikan langkah kakinya menuju pintu depan. Ia langsung menoleh ke arah yang memanggil."Pak Ramli manggil saya? Ada apa ya pak""Em, gapapa saya hanya reflek manggil kamu. Maaf ya, yaudah silahkan lanjut lagi ke kelas" pak Ramli menggaruk tengkuknya yg tak gatal, yang sedang salah tingkah."Oh,iya pak permisi." Nisa langsung menuju kelas tanpa aba-abaSetiba Nisa didepan pintu kelas semua murid tertuju pada Nisa. Tatapan yang tak mengenakkan dan sinis, apalagi belum dengan cibirannya.Nisa acuh tak acuh, menuju tempat duduk yang dimana tepat disamping rain.Ia hanya duduk nun
Hai teman-teman perkenalkan namaku Nissa rahma, asalku dari metropolitan. Niatku pindah disini dikarenakan orang tua ku dipindahkan tugas ke kota ini. “Baik Nisa, kamu silahkan duduk disana bersama rain.” tutur Bu Darin“Baik anak-anak kita akan melanjutkan pelajaran sejarah yang minggu lalu.” “Baik bu.” serempak siwa didalem kelas. “Eh Nisa, boleh kenalan gak?” Rain menyodorkan tangan agar berjabat tangan dengan nisa. “Oh boleh banget kok, namamu siapa?”
***Nisa sedang mengingat pelajaran yang pernah dipelajari sewaktu di sekolah lama. “Emm, ini hampir sama kaya di pelajaran dulu tapi gw lupa Rain” tanpa salah Nisa menggaruk keningnya.“Ya Udah mending kita kerjain bareng-bareng aja Nis gimana?”Mereka berdua mencari cara di handphone maupun di buku, agar memudahkan jawaban yang ia cari. 5 menit kemudian Nisa menemukan cara pythagoras “Rain gw nemu nih caranya, sapa tau aja bisa ketemu jawabanya Rain.”“Yasudah ayo kita cari, mau salah atau betul yang penting dah usaha Nis” Rain dengan semangat untuk mengerjakan matematika. Ia tetap optimis dari raut wajahnya pun sudah kelihatan.“Alhamdulillah Nis jawaban ketemu, ini berkat lu yang nyariin caranya. Makasih banyak ya Nis.”“Iya Rain sama-sama, yg penting usaha dulu iya kan?”“Yaudah Nis kita tunggu saja gurunya sampe masuk, eh btw namanya pak yatno Nis. orangnya ga terlalu galak kok kadang bis
Rainn jangan cemberut dong ayo semangat lagi, udah biarin aja omongan mereka jangan didengerin yang tadi, gimana nanti istirahat yang kedua kita main kekelas sebelah?” “Gw ga mood Nis, salah gw juga, gw ga ngasih tau ke teman-teman kalo ada Pr matematika.”“Lu ga salah kok, seharusnya mereka intropeksi dong. Dah ah Rain yuk senyum lagi.” Nisa membujuk Rain agar bisa tersenyum kembali. “Iya-iya gw senyum ni, ciss” Rain sambil senyum lebar.“Nah gitu dong. Rain kan tambah cantik. Btw habis ini mapelnya Ipa Nis.” “Oala
Lah sok berani lu vin, di ajak berantem nanti nangis” ejek tasya “Ya engga dong gw mah berani disamain ma lu semua”Hi...hi lucu sekali kamu Vin. Rain tiba-tiba ketawa kecil “nah gitu dong ketawa kan cantik, daritadi kenapa Rain kalo ketawa mah, eh sebelum istirahat sholat dzuhur dulu yuk. setelah itu kita beli makanan pedas mie pedas bakso pedas di mang soleh.” “Setujuuuuu” semuanya pun pada bersorak, setuju dengan ajakan Tasya. Kecuali Vina, ia beragama kristen protestan vina hanya menunggu di depan parkiran masjid sampai teman-temannya pada selesai sholat.“Vin, mending lu duluan aja ke kantin mang soleh, daripada nunggu kita lama nanti.”
“Eh ayo foto ntar aku jadiin album semasa disini, nah nanti fotonya kukirim ke orang tuangku yang masih ada di metropolitan sana.” Ajak nisa, agar suasana cair seperti semula. Sedari tadi mereka ber4 fokus ke hp masing-masing. Yang berbunyi hanya sentuhan Hp.” “Oh, yaudah ayo Nis, lagian hp lu juga paling bagus kok diantara kita makanya kita ga berani ngajak foto duluan hehe.” siapalagi kalo bukan rasya, rasya mempunyai rasa malu besar dia lebih memilih diam ketimbang ramai, biarkan teman-teman mereka yang ramai percuma toh mau ngelawak pun gabisa.“Ya ampun sama aku santai kok, aku ga milih-milih dari segi hp kalian, gunanya hp kan buat komunikasi.” “Yaudah ayokk ciss cekrekk na