"Kenapa Ibu tahu sih?" kesal Kayla sambil mengusap wajahnya kasar. "Kayanya ini salah aku."Kayla langsung menatap suaminya itu, "Maksudnya?""Aku lupa nyimpan kontrak itu di sana, sampai gak dibawa pas pindahan.""Gimana kamu sampai lupa sih? Kan itu barang penting, kamu aja selalu ingetin aku takut ada yang ketinggalan.""Aku minta maaf.""Ibu sudah tahu sekarang, dan dia gak mau dengerin penjelasan apapun dari kita. Sekarang harus bagaimana?"Adrian lalu berdiri dari duduknya, "Aku akan bicara berdua dengan Ibu, semoga saja dia berkenan.""Kamu yakin?""Iya Kay, Ibu harus tahu kalau sekarang kita sudah menjadi pasangan sungguhan.""Aku minta bantuan kamu untuk yakinkan Ibu ya Adrian.""Iya."Adrian yakin Ibu mertuanya itu ada di kamarnya, membuatnya langsung kesana untuk bertemu. Setelah mengatur nafasnya beberapa kali, Adrian pun baru memberanikan diri mengetuk pintu. "Siapa?" tanya Hana dari dalam dengan suara seraknya. "Ini saya Bu, saya ingin bicara.""Tidak ada, tinggalkan
Kayla menjatuhkan tubuhnya di ranjang sambil menangis terisak. Rasanya sedih sekali karena menganggap Adrian terlalu mudah melepaskannya, Kayla ingin di pertahankan dan di perjuangkan. Perempuan itu jadi meragukan, apakah pria itu benar mencintainya? "Hiks padahal aku sudah jatuh cinta pada dia, tapi.. Tapi kenapa jatuh cinta harus sesakit ini?" isaknya. Padahal mereka sudah merencanakan banyak hal di masa depan, hidup bersama dengan bahagia sebagai pasangan suami istri. Memang selalu saja ada cobaannya, sebelum-sebelumnya tidak pernah sampai serumit ini. Tok tok! "Kay, aku boleh masuk?"Tangisan Kayla malah semakin keras mendengar suara Adrian di luar kamar. Untuk meredam suara tangisannya itu, Kayla sampai menutup wajahnya dengan bantal. Perempuan itu sampai tidak sadar jika Adrian sudah masuk dan duduk di sebelahnya. "Kay, aku minta maaf," ucap Adrian lirih. Melihat perempuan itu yang langsung menghentikan tangisan saat mendengarnya, membuat Adrian dilanda rasa gugup. Apakah
Saat terbangun, Kayla merasakan pusing di kepalanya. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas siang, ternyata Ia lama juga tidur. Kayla lalu bangun menjadi duduk sambil menyenderkan punggungnya. "Astaga mataku sampai bengkak," ringisnya melihat bayangan wajah sendiri di cermin. Bagaimana tidak bengkak jika terus menangis, bahkan dari semalam pun tidak berhenti. Sepertinya baru kali ini Kayla menangis karena cinta, kalau di bandingkan dengan saat bersama Abimanyu tentu tidak ada bandingannya. "Adrian dimana yah?" tanyanya seorang diri, "Huh kenapa juga aku memikirkan dia?"Seharusnya kan Kayla bersikap acuh dan tidak peduli, Ia akan bersikap dingin menghadapi pria itu nanti. Kayla keluar kamarnya sambil memperhatikan rumahnya yang sepi, berharap di dalam hati semoga tidak bertemu dulu dengan Adrian. "Kamu dari mana saja?"Perlahan Kayla menoleh ke asal suara, terlihat Ibunya yang baru keluar kamar. Kayla berusaha mengabaikan dan melanjutkan langkahnya menuju dap
"Kamu kenapa di luar? Ayo masuk, waktunya makan."Kayla hanya menoleh sekilas melihat Ibunya itu, tanpa berniat mendengarkan perintahnya. Entah sudah berapa lama Kayla duduk di bangku depan rumahnya, Ia hanya menunggu seseorang. "Memangnya Adrian gak ngabarin ke kamu dia kemana?" tanya Ibunya yang duduk si sebelahnya. "Enggak.""Ya sudah, kamu aja kalau gitu yang hubungi dia.""Gak mau.""Kenapa?"Tentu saja Kayla gengsi jika harus menghubungi Adrian lebih dulu, nanti terkesan khawatir dan takut ditinggalkan. Bukankah laki-laki itu yang seharusnya lebih peka? Bukan dirinya. Kayla ingin dihubungi duluan. "Nanti juga Adrian pasti pulang, percaya sama Ibu.""Hm.""Kamu dari kemarin cuek banget sama Ibu, masih marah ya?""Enggak tuh! ""Masa? Terus kenapa nada bicaranya ketus gitu?""Biasa aja."Hana menghela nafasnya sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap putrinya. Ia tahu Kayla pasti sedikit marah kepadanya karena meminta berpisah dengan suaminya itu. Tetapi Hana juga kan m
Walaupun kamar yang Adrian tempati sangat bagus dan nyaman, tapi tidak membuat pria itu dengan mudah terlelap tidur. Setiap memejamkan mata, yang selalu dipikirkannya adalah Kayla. Kira-kira istrinya menunggunya tidak ya? "Aku gak ngabarin apapun ke Kayla, semoga dia gak nungguin aku."Adrian tidak mau terlalu percaya diri menganggap Kayla sedang menunggunya pulang. Toh Ia kan sudah membuat perempuan itu menangis karena mereka akan berpisah. Tetapi semoga saja Kayla itu tidak sampai ke tahap benci kepadanya. "Padahal nanti juga kita akan bersama lagi, tapi kenapa Kayla tidak mau berpisah sebentar ya?" gumam Adrian, "Seharusnya kan aku yang khawatir jika dia ke lain hati."Melihat waktu yang sudah menunjukan pukul dua belas malam, membuat Adrian memaksakan diri untuk tidur. Awalnya cukup sulit, tapi akhirnya Ia bisa juga terlelap. Di besok paginya pukul tujuh an, Adrian baru bangun. "Hoam enak juga tidur di sini," ucap Adrian sambil menguap lebar. Adrian memang masih mengantuk, tap
"Terima kasih kepada semuanya yang sudah berkumpul di sini, menyisihkan pekerjaannya sejenak," ucap Agung membuka pertemuan. Beberapa pria paruh baya yang berada di ruangan itu mengangguk pelan sambil tersenyum. Tentu mereka akan selalu menuruti perintah dari atasannya itu, sepertinya pertemuan tiba-tiba ini pun penting. "Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian, di luar tentang pekerjaan."Terlihat kebingungan dari mereka semua yang berkumpul di sana, jika di luar pekerjaan lalu apa? Tetapi ada juga beberapa yang bisa menyimpulkan saat melihat seorang pria muda yang duduk bersebelahan dengan Agung. Dari tadi dibuat bingung, Kira-kira siapa pria muda itu? "Adrian, ayo kenalkan diri kamu," perintah Agung. Adrian mengangguk lalu berdiri dari duduknya sambil sedikit merapihkan jas. Ia berdehem pelan menghilangkan gugup, kini dirinya lah yang menjadi pusat perhatian di ruangan itu. Adrian harus bersikap tenang dan profesional. "Perkenalkan nama saya Adrian Bagaskoro, mohon
Memasuki kontrakannya yang sepi, membuat Kayla menghela nafas berat. Padahal Ia sempat menduga jika Adrian ada di sini, membuatnya memutuskan pulang dari rumah Ibunya. Tetapi ternyata harapannya terlalu tinggi. "Dia sebenarnya dimana sih?" tanya Kayla kesal sendiri. Tidak ada kabar juga dari Adrian, sekedar pesan ataupun telpon, membuat Kayla frustasi. Kayla juga tidak mau menghubungi pria itu duluan, Ia terlalu gengsi. Lagi pula yang seharusnya minta maaf kan Adrian. "Apa ini?" tanya Kayla melihat sesuatu di atas ranjang. Ia pun duduk di sana sambil membaca tulisan di kertas itu. [Ini adalah keputusan yang berat untuk kita berdua, tapi percayalah hanya sebentar saja. Tunggu aku ya, kita pasti akan bersama lagi. Terima kasih untuk semuanya, bertemu dengan kamu adalah takdir terindah yang pernah aku temui. Percayalah Kay, aku pergi bukan karena tidak mau memperjuangkan cinta kita. Aku akan kembali, semoga hati kamu masih tetap untuk aku. Aku mencintaimu.]Perlahan kedua mata Kayla
Sudah sepekan lamanya Kayla menjalani hari sendirian, tidak ada lagi ada Adrian di sampingnya. Surat gugatan cerai yang pria itu berikan pun sudah di proses, sebentar lagi Ia dan Adrian benar-benar akan berpisah. "Terima kasih banyak Pak karena saya sudah diberikan kesempatan untuk bekerja di sini. Saya akan bekerja dengan baik dan rajin," ucap Kayla semangat. "Sama-sama, apalagi pengalaman kerja kamu sangat bagus. Semoga betah ya bekerja di sini.""Iya."Setelah melamar bekerja ke berbagai tempat, Kayla memutuskan bekerja di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Ia terbilang cukup mudah diterima, bahkan lamaran pekerjaannya pun diterima semua. Tetapi Kayla tentu harus memilih-milih mana yang paling terbaik. "Besok mulai kerja lagi, ayo semangat Kayla," gumamnya. Saat sedang asik menyemil jajanannya, perhatian Kayla teralih mendengar nada pemberitahuan penting di ponselnya. Itu dari bank yang memberitahu jika ada uang masuk ke kartu ATM nya senilai lima juta rupiah. "Ini pasti d
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu