Sudah dua hari berlalu, selama itu juga Adrian sendirian di apartemen. Pria itu selalu menatap ponselnya, berharap Kayla sekedar mengirim pesan kepadanya. Tetapi sayangnya tidak ada. Adrian pun waktu itu sudah bilang tidak akan mengganggu. Ternyata mereka sama-sama gengsian. Ceklek!Saat sedang menonton bola di TV, Adrian terkejut mendengar pintu apartemen terbuka. Keterkejutan nya bertambah melihat kedatangan Kayla, tanpa bisa ditahan senyuman langsung terukir di bibir Adrian. "Kayla, kamu sudah pulang?" tanyanya sambil menghampiri. "Hehe iya, sengaja gak bilang soalnya kejutan.""Ya ampun, akhirnya ya kamu pulang juga.""Kenapa? Kamu kesepian ya di apartemen gak ada aku?" gurau Kayla sambil terkekeh kecil. "Iya."Tawa Kayla terhenti mendengar jawaban yang terkesan jujur itu, bahkan Ia bisa melihat hanya lewat tatapannya saja. Padahal tadi Kayla sedang bergurau, tapi tidak diduga Adrian tidak malu mengungkapkannya. "Em dimana pacar kamu itu?" tanya Adrian mengalihkan. "Dia suda
Keluar dari kamarnya, Kayla langsung disuguhi wangi masakan enak. Ia segera pergi ke meja makan, di pantri terlihat Adrian yang sedang memasak. Terlihat profesional sekali, memang seorang Koki dan orang biasa sangat berbeda saat memasak. "Lagi buat apa?" tanya Kayla. "Nasi goreng, kita sarapan sama ini ya.""Iya, terserah sama apa saja."Merasa nasi gorengnya sudah matang, Adrian pun langsung memindahkannya ke piring. Ia membawanya ke meja makan dimana Kayla menunggu dari tadi. Sepiring untuknya dan seporsi lagi untuk Kayla. "Wah kelihatan enak," puji Kayla. "Kamu suka daging kambing gak?" tanya Adrian. "Gak terlalu, kenapa emangnya? Jangan-jangan.. ""Iya, itu nasi goreng kambing."Kayla kembali melirik nasi gorengnya, Ia sampai mengangkat piringnya itu untuk mencium wanginya yang enak, termasuk memastikan sesuatu. Kayla lalu mencoba menyuapkan nasi dan potongan kecil daging itu. "Em enak," ucap Kayla sambil memberikan jempol tangannya, "Kamu pinter banget masak.""Gimana? Bau
Untung saja saat kembali dari rumah sakit, Adrian tidak dimarahi Manajer nya. Teman-teman nya pun dapat mengerti dengan alasannya yang malah dianggap sangat baik. "Adrian, itu di depan ada yang nyariin kamu," teriak salah satu temannya memberitahu. "Siapa? Apa Kayla?""Bukan, laki-laki. Badannya besar, kaya bodyguard gitu."Adrian tidak tahu itu siapa, tidak mau terlalu penasaran membuatnya ke depan untuk melihat langsung. Walaupun di depan sedang banyak pengunjung, tapi Adrian langsung bisa melihat ciri fisik seseorang yang katanya sedang mencarinya itu. "Maaf, apa anda yang mencari saya?" tanya Adrian mendekat. Pria tinggi itu berbalik menghadap nya, Adrian tanpa sadar menelan ludah kasar karena aura pria itu terlihat kuat. Pakaiannya rapih sekali, serba hitam dengan kaca mata se warnanya juga. Malahan tingginya pun lebih darinya. "Apa kamu yang bernama Adrian?""I-iya, anda kenal saya?" tanya Adrian balik. "Kamu yang tadi pagi menyelamatkan Pak Agung Bagaskoro?""Betul.""Say
"Lalu Ibu kamu dimana?" tanya Agung yang terlihat ingin banyak tahu. "Kedua orang tua saya sudah meninggal. ""Begitu ya, tapi sekarang kamu tidak kesepian karena ada istri kamu.""Iya," jawab Adrian sambil tersenyum. "Katanya kamu bekerja di restoran menjadi Koki?""Betul.""Apa betah bekerja di sana?""Sejauh ini saya nyaman.""Kamu ingin mendapatkan pengalaman baru?""Tentu ingin, tapi maksud anda bagaimana?""Apa kamu sudah mengetahui sedikit latar belakang saya?"Adrian lalu cerita jika waktu itu Ia terpaksa mencari identitas Agung di tasnya, Ia pun sempat menduga jika pria paruh baya itu adalah orang terpandang di dunia bisnis. Adrian tentu tidak lupa mengucapkan maaf karena tindakan tidak sopannya itu. "Saya adalah Direktur Utama di perusahaan Kapal Pesiar itu," ucap Agung. "Saya merasa terharu karena bisa kenal dan bertemu langsung dengan orang hebat seperti anda. ""Mungkin kita di pertemukan karena sudah takdir, ya kan?""Betul Pak.""Kamu pernah bekerja di Kapal Pesiar
Tok tok! Ketukan pintu kamarnya membuat Kayla beranjak untuk membukakan, tersenyum tipis pada Adrian. Ia tidak mengatakan apapun, tapi sebelah alisnya terangkat seolah menanyakan apa maksud kedatangan pria itu. "Dulu kamu pernah bilang pengen bisa masak, tapi jarang banget ada waktu untuk belajar. Malam ini, mau coba buat untuk makan malam?""Iya juga, aku belum sempat lagi belajar masak. Boleh, yuk.""Aku sudah siapin bahan-bahannya."Keduanya berjalan menuju dapur, benar ternyata terlihat ada beberapa bahan dan bumbu yang sudah disiapkan di atas meja pantri. Saat sedang memperhatikan bahan-bahan, Kayla terkejut merasakan sentuhan di belakang. "Aku pakain dulu apron ya, biar baju kamu gak kotor," ucap Adrian. "I-iya."Adrian tahu Kayla pasti terkejut dengan sikap beraninya ini, tapi Adrian lakukan juga kan karena sedang berusaha membuat perempuan itu nyaman dan lebih terbuka dengannya. Setelah selesai, Adrian pun berdiri di sebelah Kayla. "Jadi malam ini kita mau makan sama apa?
Di tengah asik obrolan, perhatian mereka teralih mendengar suara pintu yang diketuk terus menerus. Sebelum Kayla beranjak, Adrian mengatakan yang akan membukakan pintu. Gentle sekali memang. Kayla sendiri tetap melanjutkan makan. Ceklek!Baru saja membuka pintu, Adrian terkejut melihat Abimanyu yang melenggang masuk. Pria itu bahkan sempat menatapnya tajam dan menyenggol bahunya. Adrian menghembuskan nafasnya kasar merasa tidak senang dengan kehadiran pria itu. "Kayla," panggil Abimanyu. Kayla langsung beranjak terkejut, "Loh Mas kok di sini?" tanyanya. "Memangnya kenapa? Tidak suka lihat saya kesini?""Bu-bukan gitu, tapi kan ini sudah malam."Abimanyu tidak mempedulikan dan malah duduk dengan kasar di sofa, menyender sambil memejam kan kedua matanya. Terlihat deru nafasnya yang teratur. Entahlah apa pria itu tertidur atau tidak. "Sepertinya dia mabuk," ucap Adrian mendekati Kayla. "Hah? Kamu tahu dari mana?""Tadi pas lewat, aku gak sengaja cium alkohol dari tubuhnya."Pantas
Mendengar Kayla yang ternyata tidak memiliki perasaan yang sama dengannya, membuat Adrian hanya bisa tersenyum kecut. Padahal Ia sudah mencoba bersikap biasa saja, karena mengerti jika mungkin dirinya belum bisa diterima, tapi tetap saja sakit. "Kayla itu cintanya sama saya, dia tidak mungkin suka dengan laki-laki miskin seperti kamu," ucap Abimanyu meledek, "Dia itu selalu butuh saya, sampai kapan pun tidak akan pernah meninggalkan saya.""Saya tahu, tapi saya juga tidak akan menyerah.""Apa maksud kamu?" tanya Abimanyu bingung. "Lagi pula hubungan di antara kalian itu salah, saya yakin pasti suatu saat nanti pun akan terbongkar. Ada orang yang lebih berhak atas kamu, Abimanyu.""Maksud kamu Bella?" Abi tersenyum sinis, "Saya tidak mencintai dia, yang saya cintai itu hanya Kayla.""Anda yakin cinta pada Kayla? Bukan terobsesi pada dia?"Kernyitan terlihat di kening Abimanyu. "Padahal kamu sendiri tahu jika menjalin hubungan dengan Kayla itu salah. Berbagai cara kamu lakukan agar b
"Sudah malam, ayo masuk," ajak Adrian. "Tapi Abimanyu masih di apartemen.""Dia belum pulang?""Belum, dia katanya mau tidur di apartemen. Gimana dong?"Helaan nafas berat keluar lewat celah bibir Adrian, jadi merasa kesal mendengar itu. Memang sih Abimanyu yang membayar apartemen itu, jadi bebas mau tidur di sana juga. Tetapi Adrian tidak suka karena nanti Abi akan terus mendekati Kayla. "Kamu mau tidur berdua dengan dia?" tanya Adrian. "Aku gak mau, aku selalu gak nyaman kalau berduaan dengan Abi," ungkap Kayla jujur, "Saat di Surabaya juga, aku gak tahu kalau ternyata dia hanya pesan satu kamar.""Terus apa yang terjadi saat kalian tidur satu kamar?" Adrian tidak mau terus dihinggapi rasa penasaran dan cemburu, jadi lebih baik ditanyakan langsung saja. "Kami gak ngelakuin apa-apa, hanya memang tidur seranjang."Kayla menatap wajah Adrian, bisa melihat sorot matanya yang menjadi sendu. Kayla kali ini yang membawa tangan Adrian dan menggenggamnya erat, Ia tahu pasti berat bagi Ad