"Kamu centil banget ya sama laki-laki," sindir Abimanyu sinis. "Enggak, dia temen aku.""Sampai pegang-pegang begitu?"Kayla menghela nafas melihat sikap pria itu yang sinis lagi karena sedang cemburu. Untung saja Abi tidak memperpanjang dan memilih melenggang pergi meninggalkannya. Tidak enak juga kalau sampai ada karyawan lain yang mendengar. "Kenapa masih di sana? Ke ruangan saya sekarang!""I-iya Pak." Tidak mau membuat pria itu semakin marah, Kayla segera mengikutinya. Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa sudah jam waktunya pulang. Kayla meregangkan badannya yang terasa pegal, entah kenapa hari ini terasa lebih melelahkan dari biasanya. Padahal pekerjaannya pun sama saja setiap harinya. "Tumben Kay pulang cepet," ucap seorang temannya. "Iya, tugas juga sudah selesai semua sih.""Kalau aku belum, kayanya mau lembur.""Ya ampun, semoga tugasnya cepet selesai ya. Semangat.""Hehe iya Kay, makasih."Tetapi sebelum pulang, seperti biasa Kayla harus ke ruang kerja Abimanyu un
Raka menggaruk kepalanya mengelilingi rak di mini market itu. Ia tidak tahu pembalut ada di bagian mana, pusing sekali dari tadi mencarinya. Karena tidak menemukan juga, Raka pun memutuskan bertanya saja pada karyawan di sana. "Mbak bisa minta tolong gak?" tanyanya. "Boleh, ada yang bisa saya bantu?" tanya karyawan perempuan itu ramah. "Ada.. Pembalut gak?""Maaf?""Itu loh, buat perempuan yang sedang datang bulan. Di sini dijual gak?"Melihat karyawan perempuan itu yang sepertinya sedang berusaha menahan tawa, membuat Adrian menjadi malu sendiri. Tetapi untungnya di arahkan, membuat Adrian pun akhirnya menemukan juga. "Anda butuhnya yang bagaimana? Berbeda ukuran, ada yang pakai sayap juga enggak.""Aduh saya gak tahu, bingung.""Maaf memangnya untuk siapa ya?""Untuk istri saya.""Ah begitu, anda romantis sekali.""Tidak juga," elak Adrian malu-malu. Ia hanya membantu, kasihan juga Kayla kalau beli sendiri. "Apa ini hari pertama istri anda datang bulan?""Sepertinya begitu.""K
Adrian pun menjatuhkan tubuhnya di sebelah Kayla, "Kalau semisal takut, kenapa gak bilang? Mungkin tadi kita bisa nonton film lain.""Kamu kayanya suka film horror ya Adrian?" tanya Kayla balik. "Suka sih lumayan, tapi paling suka film thriller.""Eh beneran? Kok kamu bisa sih nonton film serem begitu? Malahan lebih serem dari film horor.""Gak tahu, tapi menurut aku biasa aja sih. Jadi beneran kamu takut nonton film horor?""Iya lumayan, tapi kalau ada temen gak terlalu.""Jadi pas tadi aku tinggal kamu takut ya?" goda Adrian dengan seringai di bibirnya. "Iya deh, aku takut," desah Kayla pasrah. "Ya sudah, nanti kita jangan nonton film horor lagi. Kamu sukanya film genre apa memangnya?""Romantis sama komedi, action juga lumayan suka.""Romantis ya? Kebanyakan cewek kayanya emang suka film begitu, padahal menurut aku membosankan.""Enak aja, seru tahu genre romantis itu.""Iya deh."Karena waktu juga sudah malam, keduanya memutuskan untuk istirahat dan pergi ke kamarnya masing-mas
Saat jam makan siang, Kayla beranjak untuk istirahat. Tetapi saat akan pergi, Abimanyu keluar ruangannya dan memanggil namanya. Untung saja di sana tidak ada orang, Teman-teman nya yang lain sudah pergi lebih dahulu. "Mau kemana kamu?" tanya Abimanyu. "Mau makan siang Mas," jawab Kayla. "Kenapa kaya buru-buru begitu? Jangan-jangan kamu mau makan siang di tempat kerja suami kamu ya?" tanya Abi sinis. "Itu--""Kamu ini memang aktingnya terlalu profesional ya, sampai buat saya kalap dan cemburu.""Enggak Mas, ini kan bagian dari peran. Mas sendiri yang bilang aku dan Adrian harus terlihat meyakinkan sebagai pasangan suami istri.""Yaya saya tahu, tapi kamu juga harus ingat kalau ini hanya pura-pura.""Iya Mas." Kayla melihat jam tangannya, "Kalau gitu, aku pergi dulu.""Hm."Kayla pergi ke restoran tempat Adrian kerja dengan menaiki mobilnya. Walaupun jaraknya memang tidak jauh, tapi kalau jalan kaki tetap saja lama. Seperti biasa, saat jam makan siang begini selalu ramai. "Mbak Kay
Sepulang bekerja, Adrian langsung membersihkan diri. Ia juga sedang bersiap-siap apa saja barang yang akan dibawanya nanti saat menginap di rumah mertuanya. Memang hanya semalam, tapi Adrian cukup gugup. Ceklek! Mendengar pintu utama terbuka, membuat Adrian keluar kamar untuk melihat. Ternyata benar itu Kayla, sepertinya baru pulang bekerja. Saat pandangan mereka bertemu, langsung membalas senyuman satu-sama lain. "Kita berangkat jam berapa?" tanya Adrian. "Setengah jam lagi ya, aku mau mandi dulu.""Oke, oh iya Kay, apa aku bawa baju?""Untuk tidur aja ya, baju santai.""Oke, kamu juga mau bawa?""Kayanya enggak deh, aku ada beberapa baju di rumah Ibu.""Pantesan. Aku sudah siap sih, aku nunggu sambil nonton TV ya.""Iya, sebentar."Adrian keluar kamarnya sambil menggendong tas hitamnya. Ia duduk di sofa sambil menonton tayangan bola. Kalau dipikir, sudah lama juga tidak melakukan hobinya, salah satunya bermain bola. Selama ini terlalu sibuk dengan masalah pribadinya. "Maaf, apa
Adrian dan Kayla saat ini sedang di meja makan untuk makan malam. Tidak ada yang lain lagi, hanya mereka berdua di sana. Beberapa saat saling fokus dengan makanannya masing-masing, belum ada obrolan. "Adrian, jangan dibawa perasaan ya perkataan Ibu tadi," ucap Kayla memulai. "Hm maksudnya yang mana? ""Itu yang bahas aku untuk berhenti kerja karena sudah punya suami.""Oh itu, gak papa. Malahan yang dibilang Ibu kamu kan bener, sudah jadi kewajiban untuk aku membiayai kamu.""Iya sih tapi kan--""Tapi aku sedikit khawatir kalau semisal kamu berhenti kerja, aku.. Aku takut gak bisa penuhi semua keinginan kamu. Sedangkan gaji aku jadi koki di sana aja gak sebesar itu.""Aku gak terlalu suka beli barang-barang mewah begitu sih, kadang kalau beli juga kalau pas butuh atau pengen banget aja."Adrian mengangguk-anggukan kepalanya percaya jika Kayla memang tidak termasuk orang yang boros. Mungkin pacarnya itu memang royal karena banyak uang, tapi sepertinya Kayla tidak matre dengan terus m
Sekitar pukul lima pagi, Adrian bangun lebih dahulu. Walaupun hari libur, tapi bukan berarti Ia bermalas-malasan. Adrian akan jogging di sekitar perumahan ini, sekalian melihat daerah itu. Kayla sendiri masih tidur, memilih tidak membangunkan karena kasihan. "Hah capek juga ya," desah Adrian sambil mengatur nafasnya yang memburu. Tepat pukul enam paginya, pria itu kembali ke rumah. Ternyata pemandangan di sekitar daerah itu lumayan bagus, Orang-orang pun ramah dan sering menyapanya, padahal kan Ia tidak tinggal di sini. "Adrian, kamu sudah bangun ternyata," ucap Hana menyambutnya. Adrian langsung tersenyum, "Iya Bu, sekitar jam lima an," jawabnya. "Kamu dari mana memangnya?""Selesai jogging sekitar perumahan ini, sekalian lihat-lihat juga.""Rajin sekali ya, apa Kayla ikut?""Enggak Bu, dia masih tidur tadi.""Ya ampun dasar, Ibu kira dia ikut kamu jogging. Tapi memang kalau hari libur, dia suka bangun siang sih.""Tadi aku juga gak tega bangunin dia, kasihan.""Ibu mau ke dapur
"Kalian mau kemana?"Adrian dan Kayla yang baru keluar kamar langsung ditanyai seperti itu oleh Hana. Mereka sempat bertatapan dan melemparkan senyuman satu sama lain. Adrian tiba-tiba menggandeng tangannya, membuat Kayla bingung. "Saya dengar ada danau di dekat sini, pengen lihat ke sana Bu," jawab Adrian. "Oh iya memang ada, di sana seru sudah kaya tempat wisata saja. Kayla ajak suami kamu jalan-jalan ke sana ya.""Iya Bu, ini juga mau.""Ibu mau ikut?" tawar Adrian. Hana menggeleng, "Enggak ah, Ibu mah sudah bosen ke sana. Sudah kalian saja berdua, biar romantis hehe.""Ya sudah, kita berangkat sekarang.""Iya hati-hati, jangan lupa naik bebek-bebekan ya di sana."Setelah keluar dari rumah itu, Adrian baru melepaskan genggaman tangan mereka sambil berdehem pelan menghilangkan canggung. Melihat Kayla yang menatapnya dalam, membuat Adrian memilih menjelaskan. "Kita harus terlihat romantis di depan Ibu kamu," bela Adrian. "Oh aku kira kamu lagi cari kesempatan," ledek Kayla mengg