Saat jam makan siang, Kayla beranjak untuk istirahat. Tetapi saat akan pergi, Abimanyu keluar ruangannya dan memanggil namanya. Untung saja di sana tidak ada orang, Teman-teman nya yang lain sudah pergi lebih dahulu. "Mau kemana kamu?" tanya Abimanyu. "Mau makan siang Mas," jawab Kayla. "Kenapa kaya buru-buru begitu? Jangan-jangan kamu mau makan siang di tempat kerja suami kamu ya?" tanya Abi sinis. "Itu--""Kamu ini memang aktingnya terlalu profesional ya, sampai buat saya kalap dan cemburu.""Enggak Mas, ini kan bagian dari peran. Mas sendiri yang bilang aku dan Adrian harus terlihat meyakinkan sebagai pasangan suami istri.""Yaya saya tahu, tapi kamu juga harus ingat kalau ini hanya pura-pura.""Iya Mas." Kayla melihat jam tangannya, "Kalau gitu, aku pergi dulu.""Hm."Kayla pergi ke restoran tempat Adrian kerja dengan menaiki mobilnya. Walaupun jaraknya memang tidak jauh, tapi kalau jalan kaki tetap saja lama. Seperti biasa, saat jam makan siang begini selalu ramai. "Mbak Kay
Sepulang bekerja, Adrian langsung membersihkan diri. Ia juga sedang bersiap-siap apa saja barang yang akan dibawanya nanti saat menginap di rumah mertuanya. Memang hanya semalam, tapi Adrian cukup gugup. Ceklek! Mendengar pintu utama terbuka, membuat Adrian keluar kamar untuk melihat. Ternyata benar itu Kayla, sepertinya baru pulang bekerja. Saat pandangan mereka bertemu, langsung membalas senyuman satu-sama lain. "Kita berangkat jam berapa?" tanya Adrian. "Setengah jam lagi ya, aku mau mandi dulu.""Oke, oh iya Kay, apa aku bawa baju?""Untuk tidur aja ya, baju santai.""Oke, kamu juga mau bawa?""Kayanya enggak deh, aku ada beberapa baju di rumah Ibu.""Pantesan. Aku sudah siap sih, aku nunggu sambil nonton TV ya.""Iya, sebentar."Adrian keluar kamarnya sambil menggendong tas hitamnya. Ia duduk di sofa sambil menonton tayangan bola. Kalau dipikir, sudah lama juga tidak melakukan hobinya, salah satunya bermain bola. Selama ini terlalu sibuk dengan masalah pribadinya. "Maaf, apa
Adrian dan Kayla saat ini sedang di meja makan untuk makan malam. Tidak ada yang lain lagi, hanya mereka berdua di sana. Beberapa saat saling fokus dengan makanannya masing-masing, belum ada obrolan. "Adrian, jangan dibawa perasaan ya perkataan Ibu tadi," ucap Kayla memulai. "Hm maksudnya yang mana? ""Itu yang bahas aku untuk berhenti kerja karena sudah punya suami.""Oh itu, gak papa. Malahan yang dibilang Ibu kamu kan bener, sudah jadi kewajiban untuk aku membiayai kamu.""Iya sih tapi kan--""Tapi aku sedikit khawatir kalau semisal kamu berhenti kerja, aku.. Aku takut gak bisa penuhi semua keinginan kamu. Sedangkan gaji aku jadi koki di sana aja gak sebesar itu.""Aku gak terlalu suka beli barang-barang mewah begitu sih, kadang kalau beli juga kalau pas butuh atau pengen banget aja."Adrian mengangguk-anggukan kepalanya percaya jika Kayla memang tidak termasuk orang yang boros. Mungkin pacarnya itu memang royal karena banyak uang, tapi sepertinya Kayla tidak matre dengan terus m
Sekitar pukul lima pagi, Adrian bangun lebih dahulu. Walaupun hari libur, tapi bukan berarti Ia bermalas-malasan. Adrian akan jogging di sekitar perumahan ini, sekalian melihat daerah itu. Kayla sendiri masih tidur, memilih tidak membangunkan karena kasihan. "Hah capek juga ya," desah Adrian sambil mengatur nafasnya yang memburu. Tepat pukul enam paginya, pria itu kembali ke rumah. Ternyata pemandangan di sekitar daerah itu lumayan bagus, Orang-orang pun ramah dan sering menyapanya, padahal kan Ia tidak tinggal di sini. "Adrian, kamu sudah bangun ternyata," ucap Hana menyambutnya. Adrian langsung tersenyum, "Iya Bu, sekitar jam lima an," jawabnya. "Kamu dari mana memangnya?""Selesai jogging sekitar perumahan ini, sekalian lihat-lihat juga.""Rajin sekali ya, apa Kayla ikut?""Enggak Bu, dia masih tidur tadi.""Ya ampun dasar, Ibu kira dia ikut kamu jogging. Tapi memang kalau hari libur, dia suka bangun siang sih.""Tadi aku juga gak tega bangunin dia, kasihan.""Ibu mau ke dapur
"Kalian mau kemana?"Adrian dan Kayla yang baru keluar kamar langsung ditanyai seperti itu oleh Hana. Mereka sempat bertatapan dan melemparkan senyuman satu sama lain. Adrian tiba-tiba menggandeng tangannya, membuat Kayla bingung. "Saya dengar ada danau di dekat sini, pengen lihat ke sana Bu," jawab Adrian. "Oh iya memang ada, di sana seru sudah kaya tempat wisata saja. Kayla ajak suami kamu jalan-jalan ke sana ya.""Iya Bu, ini juga mau.""Ibu mau ikut?" tawar Adrian. Hana menggeleng, "Enggak ah, Ibu mah sudah bosen ke sana. Sudah kalian saja berdua, biar romantis hehe.""Ya sudah, kita berangkat sekarang.""Iya hati-hati, jangan lupa naik bebek-bebekan ya di sana."Setelah keluar dari rumah itu, Adrian baru melepaskan genggaman tangan mereka sambil berdehem pelan menghilangkan canggung. Melihat Kayla yang menatapnya dalam, membuat Adrian memilih menjelaskan. "Kita harus terlihat romantis di depan Ibu kamu," bela Adrian. "Oh aku kira kamu lagi cari kesempatan," ledek Kayla mengg
Adrian lah yang bertugas mendorong trolli, sedangkan Kayla yang memilih apa saja yang dibutuhkan untuk stok di apartemennya. Mumpung hari libur juga, apalagi ada yang menemani. "Kamu mau cemilan yang mana? Ambil aja sendiri ya," ucap Kayla. "Aku gak terlalu suka nyemil sih sebenarnya.""Gak papa, takut nanti lagi lapar aja.""Ya sudah, kamu juga."Selain cemilan, juga tentu yang paling utama adalah bahan makanan. Kali ini Adrian lah yang lebih banyak bekerja, ya karena pria itu yang paling tahu. Kayla memperhatikan saja sambil tersenyum-senyum sendiri. "Kamu sering ke pasar gak Adrian?" tanya Kayla tiba-tiba. "Sering, kenapa?""Aku jadi bayangin, apa kamu pernah tawar harga sama Ibu-Ibu?""Suka kok, kenapa memangnya?""Haha pasti lucu banget, terus kamu suka menang gak?""Kadang kalah, apalagi aku orangnya gak tegaan. Tapi untungnya masih bisa lah harganya sedikit turun.""Jadi penasaran, soalnya aku belum pernah tawar harga di pasar begitu. Nanti kapan-kapan kita belanja di sana
Saat Kayla sedang mencari dokumen di rak, perempuan itu terkejut merasakan seseorang berdiri di belakangnya. Sanking dekatnya sampai tubuh mereka bersentuhan. Kayla menoleh dan ternyata itu adalah Abimanyu, membuatnya menelan ludah kasar. "Mas, a-ada apa ya?" tanyanya gugup. Bukannya menjawab, Abimanyu malah memeluknya dari belakang sambil menghirup rakus wangi di rambutnya yang tergerai. Sesekali Kayla melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka, khawatir ada yang tiba-tiba masuk. "Mas, lepasin. Nanti ada yang lihat," pinta Kayla. "Biarkan saja.""Apa?""Kalau ada yang lihat, memangnya mereka mau apa?""Jangan begitu, kalau ada yang lihat bisa bahaya. Mas pasti takut kalau Bu Bella tahu."Abimanyu mengecup sekilas puncak kepala perempuan itu, "Habisnya aku tuh gemes banget sama kamu, pengen rasanya aku gigit aja."Kayla terpekik pelan merasakan telinga kanannya yang digigit kecil, untungnya tidak kuat dan hanya terasa geli saja. Sungguh Kayla tidak nyaman dengan suasana intim ini,
Setelah Kayla menghidangkan makanannya di meja makan, Abimanyu baru datang dan langsung duduk di kursinya. Hampir semua adalah makanan kesukaan Abimanyu, membuat pria itu tidak sabar mencicipi. "Kayla ayo duduk, kita makan sekarang. Saya sudah lapar," perintah Abimanyu. Kayla menoleh ke arah kamar Adrian, "Sebentar ya, aku panggil Adrian dulu.""Untuk apa?""Hah?""Ngapain kamu ajak dia makan bareng?" tanya Abi tidak suka. Memangnya sikap Kayla salah ya? Lagi pula jika makan lebih dahulu tanpa mengajak Adrian, rasanya tidak enak sekali. Tetapi Kayla pun merasa tidak berdaya melihat tatapan tajam Abimanyu. "Sudah duduk saja, tidak perlu sok perhatian begitu kamu sama dia!" ketus Abi. "Baiklah," desah Kayla pasrah. Kayla membawakan dahulu makan untuk Abimanyu, porsi makan pria itu malam ini lebih banyak, mungkin karena sedang lapar. Setelahnya Kayla pun membawa untuk diri sendiri. "Mas, memangnya Bu Bella gak tanyain kamu pulang telat?" tanya Kayla. "Saya bilang ke dia akan lemb