Keluar dari kamarnya, Kayla langsung disambut wangi masakan yang enak. Tersenyum melihat Adrian yang sedang menyimpan sepiring nasi goreng di meja makan. "Selamat pagi," sapanya. "Hai selamat pagi Kay, ayo sarapan dulu. " "Iya, kamu yang masak?" "Iya dong, kalau bukan aku siapa lagi?" "Bener juga, tapi bisa aja kamu beli terus pindahin ke piring." "Haha enggak lah, repot banget. Kan aku juga bisa masak, buat sendiri lebih enak." "Masa sih? Coba nanti cicip rasanya seenak apa." "Silahkan Nona, beri nilai juga kalau bisa." Keduanya lalu duduk saling berhadapan, menikmati nasi goreng dengan topping telur mata sapi itu. Saat nasi goreng itu masuk ke mulutnya, kepala Kayla langsung mengangguk-angguk. "Nilainya berapa?" tanya Adrian. "Sembilan." "Wah besar juga, makasih. Tapi kenapa gak sepuluh?" "Kalau mau sepuluh, kamu bisa masakin aku sesuatu." "Apa memangnya?" "Bebek betutu, bisa gak?" "Itu makanan favorit kamu ya?" "Iya, tapi sudah lama gak makan lagi. Jadi kangen s
Untung saja semua pekerjaan Kayla hari ini selesai, jadi bisa pulang tepat waktu. Sebelum pulang, Ia harus meminta izin dahulu dari Abimanyu. Semoga saja diberikan, apalagi hari ini Kayla ada kegiatan. "Kamu sudah mau pulang?" tanya Abimanyu tanpa menatap. "Iya Mas, apa tidak papa?""Kenapa buru-buru? Kangen ya sama calon suami kamu itu?" sinis Abimanyu. "Bukan Mas, hari ini aku mau fitting gaun sama Adrian. Pernikahan kita kan sebentar lagi.""Sudah berapa persiapan?""Tujuh puluh persen an.""Bagus, nanti kalau butuh bantuan kabari saja aku.""Iya Mas, kalau gitu aku permisi pulang.""Hm, hati-hati.""Iya."Padahal tadi pagi mereka sempat ribut karena Abimanyu yang salah paham, tapi sore itu sifatnya kembali tenang. Memang pria itu tidak mudah sekali ditebak, jadi Kayla pun harus menjaga sikapnya dan jangan sampai menyinggung. "Hallo Adrian, kamu dimana sekarang?" tanya Kayla pada seseorang di sebrang sana. ["Aku di apartemen kamu, kamu sudah pulang Kay?"]"Iya ini baru pulang,
Pilihan keduanya jatuh pada dua gaun dan jas yang serasi. Setelah pulang dari butik itu, Kayla dan Adrian memutuskan makan di luar. Mereka benar-benar terlihat sedang kencan saja. "Aku hampir lupa, gimana sama lamaran kamu di restoran itu? " tanya Kayla. "Lancar, aku langsung di interview hari itu juga," jawab Adrian. "Wah kayanya mereka memang percaya sama bakat kamu. Aku yakin, pasti akan diterima."Adrian terkekeh kecil, "Makasih do'a nya, aku juga berharap bisa diterima kerja di sana.""Adrian, tapi sebenarnya kamu masih bisa loh kerja di restoran berbintang begitu. Apa sudah pernah lamar ke tempat makan mewah begitu?""Belum sih, selesai dipecat dari kapal pesiar itu ya nganggur.""Terus kenapa malah lamar ke restoran biasa? Memang sih sudah terkenal dan selalu ramai, tapi kan bukan termasuk restoran mewah.""Kalau aku sih kerja dimana saja sebenarnya Kay, yang terpenting sekarang dapat kerjaan dulu."Jawaban yang terkesan dewasa itu, mampu membuat Kayla tersenyum dan merasa k
Hari yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, hari ini adalah hari pernikahan Kayla dan Adrian. Banyak para tamu yang hadir ikut meramaikan acara bahagia itu. "Kamu cantik banget sayang, gak kerasa ya anak Ibu ini sudah besar juga. Sebentar lagi akan ada yang jagain kamu, Ibu jadi gak akan khawatir lagi."Kayla ikut berkaca-kaca melihat Ibunya yang mengatakan hal manis itu sambil menangis. Tetapi sekuat tenaga Ia tidak menangis dan tetap terlihat tegar."Bu, makasih ya untuk semuanya. Maafin Kayla belum bisa jadi anak yang baik dan bahagiain Ibu.""Tidak, kamu selalu menjadi anak yang baik untuk Ibu. Kamu juga selalu buat Ibu bahagia, bahkan kehadiran kamu di sisi Ibu adalah hal terbaik.""Makasih, aku sayang Ibu.""Ibu lebih sayang sama kamu."Seseorang memasuki ruangan itu, memberitahu jika akad akan segera dimulai. Mereka pun membantu Kayla keluar dari ruangan itu menuju dimana tempat akad berlangsung. Saat keluar, Kayla tersenyum melihat ba
Hana mendekati anak-anaknya itu sambil membawa sepiring nasi, bibirnya dari tadi terus melengkungkan senyuman karena sedang bahagia. Ya siapa juga yang tidak bahagia melihat putrinya menikah. "Kalian makan berdua saja ya, bareng-bareng," ucapnya. Adrian dan Kayla saling bertatapan sebentar, mereka hanya tersenyum canggung. Ini akan sangat memalukan karena harus berakting romantis, tapi mereka kan pasangan pengantin baru dan bagi orang hal wajar. "Iya Bu, biar nanti saya suapin Kayla," ucap Adrian. "Makasih ya nak, kamu juga jangan lupa makan. Ini minumnya Ibu simpan di sini juga.""Bu, kok cuma segelas aja?" tanya Kayla, "Untuk aku mana?""Kalian minum berdua juga, biar romantis hehe." Setelah mengatakan itu, Ibunya pun pergi dari sana. Kayla menghela nafasnya, "Maaf ya?""Gak perlu minta maaf, aku ngerti kok. Malahan aku malah takut kamu gak nyaman.""Gak papa, kita kan yang orang lain tahu pengantin baru.""Iya."Adrian menyendokan sedikit nasinya dengan sedikit potongan daging
"Hai, kamu baru mandi?" tanya Abimanyu sambil tersenyum lebar. Kayla sempat melirik Adrian, terlihat sekali raut bingung di wajah suaminya. Ia pun mendekati dua laki-laki itu. Suasana di sana tiba-tiba menjadi canggung dan menegangkan. "Pak Abi kenapa ada di sini?" tanya Kayla. "Pak? Kok panggilnya Pak sih? Kaya biasa aja pas lagi berdua."Maksudnya? Batin Adrian penuh tanya. "Lagian aku bebas dong mau kesini, memangnya gak boleh ya sayang?"Adrian terkejut mendengar panggilan dari Abimanyu yang tertuju pada Kayla tadi. Ia tidak salah dengar, kan? Adrian lalu memperhatikan pria itu yang mendekati Kayla dan tanpa malu merangkul bahunya. "Selama acara berlangsung, aku dibuat kesel dan marah. Gak terima aja lihat kamu berduaan dengan dia di pelaminan. Tapi ya untungnya aja kalian menikah cuma pura-pura."Keterkejutan Adrian semakin bertambah mendengar itu. Tunggu, dari mana Abimanyu tahu jika dirinya dan Kayla hanya menikah pura-pura? Bukannya ini katanya rahasia ya? Abimanyu juga k
"Sepertinya saya sudah menghancurkan malam pertama kalian ya." Suara Abimanyu lebih terkesan bernada mengejek. Kayla menghela nafasnya, "Mas mending pulang.""Hm kamu mengusir saya?""Bukan begitu, tapi.. Sekarang aku butuh waktu dengan Adrian.""Memangnya kalian mau apa? Bermesraan?!""Bukan, menjelaskan tentang semuanya lagi. Aku gak mau dia tiba-tiba membatalkan semuanya.""Kenapa?" Jangan bilang Kayla mulai nyaman dan tidak mau ditinggalkan Adrian? Batin Abimanyu kesal. "Mau bagaimana pun, yang orang lain tahu kan aku dan Adrian baru menikah. Masa saja kami langsung berpisah, tidak enak menjadi perbincangan orang lain. Apalagi Ibu, aku.. Aku gak mau dia tahu."Abimanyu terdiam beberapa saat, sebenarnya enggan pergi karena Ia masih ingin berduaan dengan kekasihnya itu. Tetapi alasan yang diberikan Kayla cukup masuk akal, memang perempuan itu harus bicara dengan Adrian. "Baiklah, kamu yakinkan dia," ucapnya. "Iya Mas.""Padahal tadinya aku mau menginap karena tidak mau membiarka
Pagi itu, suasana masih canggung. Kejadian semalam memang sangat membekas, membuat hubungan keduanya pun terasa menjadi renggang. Tetapi Kayla dan Adrian sama-sama berusaha bersikap biasa. "Hari ini kita berangkat, semua gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Kayla. "Enggak kok, kalau kamu?""Aku juga sudah cek kok, gak ada yang ketinggalan.""Ya sudah, ayo kita berangkat sekarang. "Acara jalan-jalan bagi pasangan pengantin baru itu tidak jauh, hanya pergi ke Lombok. Ada pantai yang indah, banyak sekali orang yang datang ke sana untuk berlibur dan refresing. "Untung aja kita gak ketinggalan pesawat ya," ucap Adrian yang duduk di sebelahnya. "Iya, tadi pas macet takut banget telat.""Kenapa pilih jam terbang di pagi begini?""Soalnya besok kita sudah pulang lagi, jadi di sana cuma semalam aja.""Memangnya kamu dikasih izin cuti sebentar?""Iya," angguk Kayla, "Cuma empat hari.""Begitu ya."Tetapi Adrian juga sama, hanya diberikan waktu cuti sebentar. Apalagi dirinya masih termasuk
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu