Merasa bosan di rumah terus, siang itu Kayla memutuskan ke Mall besar sekalian belanja bahan makanan yang mulai habis. Ia hanya sendirian, tidak punya banyak teman juga.
"Ibu suka banget buah anggur, aku beli agak banyakan deh," gumamnya.
Setelah pulang belanja, Kayla akan mampir ke rumah Ibunya. Jaraknya memang lumayan jauh, hampir satu jam an. Tetapi Kayla sangat merindukan Ibunya itu, mungkin dengan pelukannya bisa membuat perasaannya membaik.
"Semua totalnya jadi enam ratus tujuh puluh ribu," kata si kasir.
Kayla memilih membayar dengan kartu debit nya. Karena belanjaan lumayan banyak, jadi membawanya dengan trolli ke mobilnya. Mobil putih bagus itu harganya sangat mahal, bukan Kayla yang beli, tapi di hadiahkan seseorang.
Baru saja memakai seatbelt nya, Kayla terkejut karena seseorang tiba-tiba memasuki mobilnya dan duduk di sebelahnya. Kayla repleks menjerit panik, sambil bersikap siaga pada pria asing itu.
"Heh siapa kamu? Ini mobil saya, keluar!" usir nya keras.
Pria itu menoleh, "Aduh maaf banget mbak, saya kira gak ada orangnya."
"Kamu maling ya? Jangan macam-macam atau saya teriak sekarang."
"Jangan mbak, saya bukan penjahat kok," bantah nya cepat.
"Jangan bohong, terus kenapa main masuk mobil orang sembarangan?!"
"Aduh gimana ya mbak jelasinnya, tapi intinya sekarang saya lagi dikejar orang mbak, jadi panik dan berusaha sembunyi."
Tatapan Kayla memicing, merasa tidak percaya, "Bohong, pasti kamu beneran penjahat."
Baru saja Kayla teriak meminta tolong, tapi pria itu dengan cepat membekap bibirnya. Posisi mereka kini sangat dekat, bahkan dengan kurang ajarnya pria itu memeluknya dari belakang.
"Sshtt mbak jangan berisik dong, itu rentenir nya mau lewat kesini. Entar dia tahu lagi saya di sini," ucap pria itu.
"Emmhh mm!" Kayla tidak bisa bicara jelas karena bibirnya di bekap.
Setelah memastikan dua pria berbadan besar itu menjauh, baru lah pria itu melepaskan Kayla. Tetapi pipi kirinya langsung ditampar, membuat wajahnya berpaling. Pria itu mengusap pipinya sambil meringis pelan.
"Dasar laki-laki kurang ajar! Saya bakal laporin kamu ke polisi!" teriak Kayla.
"Maafin saya mbak, tapi saya beneran bukan orang jahat ataupun mesum mbak. Tolong percaya saya, saya ini orang baik-baik kok."
"Saya gak percaya!"
"Aduh saya harus jelasin apalagi nih?" gumam pria itu panik, "Lihat ini identitas saya, takut mbak belum percaya."
"Ngapain? Gak butuh. Mending sekarang kamu keluar, saya masih maafin kamu."
"Tapi saya takut mbak."
"Takut apa?"
"Nanti preman tadi ngejar saya, saya bisa-bisa dihajar."
"Hah?"
"Ceritanya panjang, mbak mau dengerin gak?"
Kernyitan terlihat di kening Kayla, untuk apa juga dirinya mendengarkan cerita pria asing kurang ajar itu? Kayla masih kesal dengan sikapnya tadi, tidak sopan sekali.
"Tolongin saya mbak, bisa nebeng dulu sebentar gak menjauh dari sini," pintanya memelas.
"Tapi kamu beneran bukan orang jahat, kan?" sinis Kayla.
"Astaga bukan mbak, emangnya tampang saya kelihatan orang jahat ya?"
Tidak sih, batin Kayla.
Malahan setelah diperhatikan, pria itu tampan juga. Penampilannya juga lumayan rapih, tidak urakan seperti penjahat lainnya. Tetapi kan Kayla hanya jaga-jaga saja, tidak mau melihat dari luar saja.
"Ya sudah, tapi awas saja kalau kamu macam-macam!"
"Iya mbak, tenang saja. Saya duduk diam di sini, gak bakal ganggu."
Dengan terpaksa, Kayla pun mengemudikan mobilnya itu pergi. Sesekali Ia melirik awas pria yang duduk di sebelahnya ini, khawatir saja jika pria itu bertindak kurang ajar lagi.
"Mau turun dimana?" tanya Kayla sambil tetap fokus menyetir.
"Depan mini market aja deh mbak."
"Oke."
Saat sedang menyetir, perhatian Kayla teralih mendengar suara perut berbunyi di sebelahnya. Ia langsung menoleh terkejut, sedang pria itu menunduk menyembunyikan wajah malunya.
"Maaf mbak," ucapnya pelan.
"Kamu lapar ya?"
"Hah? Enggak kok," bantah nya.
"Terus kenapa perutnya bunyi?"
"Enggak tahu, emang suka begini."
"Nanti pas turun, sekalian aja beli makanan di mini market."
"Saya gak punya uang."
"Jangan bohong, kamu mau meras saya ya sekarang?"
"Terserah mbak deh mau percaya atau enggak, tapi makasih ya sudah nebengin saya sampai di sini."
Kayla terdiam beberapa saat, entah kenapa jadi tidak tega sendiri melihat pria itu. Sepertinya memang dia bukan orang jahat, toh tidak mengancam dan memeras nya. Sebelum pria itu turun, Kayla memanggilnya lagi.
"Siapa nama kamu?"
"Oh iya kita belum sempat kenalan, nama saya Adrian."
"Saya Kayla."
"Sekali lagi makasih ya Kayla sudah anterin saya dan maaf juga atas kejadian tidak sopan tadi," ucap Adrian sambil mengusap tengkuknya.
"Hm, tunggu."
"Ada apa?"
Kayla membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah roti, Ia pun memberikannya pada Adrian. Awalnya pria itu menolak malu-malu, tapi terus Kayla paksa akhirnya menerima juga.
"Tadi kenapa kamu dikejar dua orang itu?" tanya Kayla penasaran.
"Mereka itu rentenir," jawab Adrian yang sedang memakan rotinya rakus.
"Berarti kamu pinjam uang sama mereka ya?"
"Iya dan jumlahnya besar."
"Berapa?"
"Sekarang sudah dua ratus juta."
Kayla tersedak ludahnya sendiri mendengar itu, "Kenapa banyak banget? Emangnya uang sebanyak itu buat apaan?"
"Buat bayar hutang saya."
"Aneh, tapi kan sekarang kamu jadi hutang lagi sama mereka."
"Iya sih, malahan sekarang taruhannya nyawa saya."
Tanpa Kayla duga, Adrian malah bercerita bagaimana dirinya bisa meng hutang. Hanya alasan konyol, yakni yang tidak sengaja memecahkan botol dengan isi wine seharga seratus juta lebih.
"Sungguh? Kamu gak lagi bercanda?" tanya Kayla.
"Iya, cuma gara-gara wine."
Kayla tidak bisa lagi menahan tawanya. Merasa alasan Adrian sampai berhutang sebanyak itu sangat konyol, hanya karena minuman alkohol. Tetapi tawa Kayla perlahan terhenti melihat tatapan kesal Adrian, sepertinya tersinggung.
"Ekhem, bagaimana bisa?"
"Dulu saya kerja di kapal pesiar begitu, khusus perjalanan untuk orang-orang kaya."
"Waw keren juga, kerja di bagian apa memangnya kamu?"
"Koki."
"Hah? Kamu Koki? Kok saya gak percaya ya?"
"Mbak pasti gak percaya cowok ganteng kaya saya bisa masak ya? Tapi saya beneran bisa masak kok, mau dalam ataupun luar negeri," ucap Adrian sombong.
"Terus?"
"Ya terus pas saya lagi sajiin makanan ke salah satu tamu, saya malah gak sengaja kepeleset terus nyenggol wine nya yang mahal itu sampai pecah, padahal belum mereka minum."
"Astaga," ringis Kayla, sekarang sudah mengerti, "Pasti kamu dimarahin ya?"
"Iya, saya juga sempat dimaki-maki dan dimintai tanggung jawab. Huh dasar orang kaya, sombong dan seenaknya pada orang biasa."
Padahal keduanya baru kenal, dengan kejadian tidak terduga juga. Tetapi kenapa sekarang seperti sudah nyaman mengobrol bahkan sampai bercerita panjang?
"Saya bisa bantu kamu untuk lunasi hutang sebanyak itu," ucap Kayla tiba-tiba.
"Beneran mbak?" tanya Adrian berbinar.
"Iya, tapi ada syaratnya."
Entah kenapa, Kayla malah terpikirkan ini. Semoga saja keputusannya tepat, lagi pula Adrian pun sepertinya sedang membutuhkan uang. Bukankah mereka bisa saling membantu?
"Em tapi kayanya gak perlu deh Kay," tolak Adrian, "Hutang saya banyak banget." "Terus kamu mau gimana cara bayar sama mereka? Mau pinjam ke rentenir lain?" tanya Kayla menohok. "Saya juga lagi pikirin, mungkin ke bank?" "Bukan pilihan bagus juga, mending minta bantuan ke saya aja." Adrian memperhatikan perempuan di sebelahnya ini dalam. Dari penampilan dan kendaraannya saja, sudah bisa menebak jika Kayla itu orang berada. Tetapi kan mereka orang asing, kenapa tiba-tiba mau membantunya membayar hutang? "Tadi kamu bilang ada syaratnya, apa susah?" "Lumayan, tapi sepertinya hanya saya yang bisa bantu kamu bayar hutang sebanyak itu. " "Apa syaratnya?" Bukannya menjawab, Kayla malah mengeluarkan kartu namanya lalu memberikan pada Adrian, "Itu kartu nama saya, nanti kalau kamu setuju bisa hubungi saya. " "Apa tidak bisa sekarang saja?" "Saya buru-buru, lagian kamu juga tadi katanya mau pergi, kan?" Benar juga sih, mengobrol di mobil juga kurang nyaman. Adrian juga harus memiki
"Meeting hari ini selesai, terima kasih untuk semuanya. Silahkan untuk melanjutkan pekerjaannya masing-masing." Mendengar interupsi dari atasannya itu, membuat satu-persatu karyawan beranjak keluar dari ruang meeting. Terlihat senyuman di bibir mereka, hampir semuanya merasa lega meeting yang memakan waktu lama itu akhirnya berakhir juga. "Kamu mau kemana Kayla?" Mendengar namanya dipanggil, membuat Kayla menolehkan kepala, "Saya juga mau kembali ke atas Pak." "Kenapa buru-buru? Saya saja masih di sini." "Ah iya, maaf Pak." Abimanyu lalu melirik pintu ruangan yang sedikit terbuka, "Tutup pintunya," perintahnya. Kayla menuruti perintah bosnya itu untuk menutup pintu, setelahnya diam di sana dengan tidak nyaman. Melihat Abimanyu yang terus menatap penampilan nya, membuatnya semakin gugup. "Kemarilah." Setiap perintah dari Abimanyu, selalu tidak bisa Kayla tolak. Saat Ia berdiri di dekat pria itu, Kayla terpekik kecil merasakan tubuhnya ditarik dan sekarang berada di atas pan
Kalau boleh jujur, Kayla juga sebenarnya tidak mau menjadi wanita simpanan bosnya sendiri. Ia tahu ini salah, akan ada hati yang tersakiti. Tetapi Kayla merasa sudah terlanjur, membuatnya pun bingung harus melanjutkan atau tidak. Drrt! Deringan ponselnya, membuat lamunan perempuan itu terhenti. Sebuah nomor asing terlihat, membuatnya bingung. Tetapi karena khawatir dari orang penting, membuatnya pun mengangkat saja panggilan itu. "Hallo, ini dengan Kayla Larasati. Maaf ini dengan siapa ya?" ["Hallo Kayla, ini saya Adrian. Kamu masih ingat tidak?"] "Adrian?" Tentu saja Kayla masih mengingatnya, "Akhirnya kamu menghubungi juga." ["Iya, saya sudah memutuskannya. Sepertinya saya butuh bantuan kamu."] Kayla tidak bisa menahan senyumannya lagi, "Oke, gimana kalau nanti malam kita ketemu?" ["Boleh, dimana?"] "Di apartemen saya saja ya, biar lebih enak ngobrol nya." ["Oke, nanti saya datang. Kamu kirimkan saja alamatnya ya."] "Iya, saya tunggu." Setelah panggilan berakhir, Kayla
"Maaf." Adrian langsung meringis pelan karena tidak sengaja berteriak. Ia hanya terlalu terkejut mendengar syarat yang diberikan Kayla jika dirinya mau dibantu untuk melunasi hutang. "Bagaimana? " tanya Kayla. "Ta-tapi kamu serius Kay? Saya jadi suami kamu, begitu?" "Iya, serius kok. Kita akan menikah. " "Hahaha saya masih terkejut dengan syarat nya," ucap Adrian sambil tertawa canggung. Menikah itu bukan pilihan mudah, butuh banyak persiapan lahir batin pastinya. Adrian bahkan tidak menduga jika syarat nya akan seberat itu. Perlahan rasa ragu pun hinggap, padahal sudah memikirkan matang-matang dari semalam. "Apa syaratnta memang hanya itu? " "Iya, kenapa? Kamu gak mau jadi suami aku?" Mana ada laki-laki yang bisa menolak Kayla itu, sosok perempuan cantik dan kaya raya. Adrian saja saat di awal pertemuan langsung terpukau. Selain itu, sifat Kayla pun baik dan tidak sombong. Paket komplit sekali lah pokoknya. "Bukan gak mau, tapi saya malah bingung. Kenapa kamu memilih s
Sepulangnya dari pertemuannya dengan Kayla, Adrian malah diam sejenak di taman yang sepi. Pria itu sedang memikirkan lagi tawaran dari perempuan itu untuk menikah. Ternyata syaratnya sangat berat, tapi hanya itu satu-satunya cara. "Menikah ya?" gumam Adrian. Adrian seperti mendapatkan keajaiban tidak diduga dari doanya agar Tuhan menolongnya. Sepertinya sudah diberikan jalan, tinggal Ia memutuskan menerima atau tidaknya. Tetapi kenapa harus dengan jalan seperti ini? "Tapi kenapa dia mau memilih aku? Kayla kan bisa mencari laki-laki lain yang lebih dari aku."Saat itu mereka bahkan baru bertemu, tapi perempuan itu seperti sudah menemukan orang yang tepat saja. Mereka belum saling mengenal satu-sama lain. Mengajak menikah seperti mengajak pacaran saja, semudah itu. "Ahh sial, kepalaku jadi pusing," dengus Adrian. Melihat waktu yang semakin malam, membuat Adrian beranjak untuk pulang ke kontrakannya. Tetapi sesampainya di sana, Ia bingung melihat tas-tasnya ada di depan pintu kontra
Kayla bangun lebih dahulu, itu karena Ia akan bekerja. Saat keluar kamar tidak menemukan Adrian, mungkin pria itu masih tidur di kamarnya. Kayla pun memutuskan membakar roti dahulu dan membuat susu untuk sarapan. "Hei Adrian, selamat pagi," sapanya melihat pria itu memasuki dapur. "Iya pagi juga, maaf ya kesiangan. ""Gak papa, gimana tidur semalam? ""Gimana apanya?" tanya Adrian balik. "Katanya kalau orang tidur di tempat orang lain itu susah tidur, kamu ngerasain begitu juga, gak?""Enggak, aku malah nyenyak banget tidur di sini.""Bagus deh, aku ikut lega." Kayla lalu membawa dua piringnya, "Kita sarapan dulu. ""Hm."Dengan perhatiannya, Kayla juga membuatkan roti bakar untuk pria itu. Tidak lupa menuangkan susu ke gelasnya, setelahnya baru duduk di kursinya sendiri. "Kalau nanti kamu lapar, di bawah ada tempat makan kok," ucap Kayla. "Iya gak papa.""Apa kamu ada uang?""Hah? A-ada," bohong Adrian. Ia terlalu malu kalau jujur, nanti kelihatan kere banget. "Untuk bayarannya
Makan malam dengan Abimanyu itu lumayan lama, pria itu benar-benar ingin menghabiskan waktu dengannya di luar jam kantor. Di pukul sembilan malamnya, Kayla pun baru pulang. "Akhirnya kamu pulang juga."Kayla langsung menatap Adrian yang seperti menyambutnya, hampir lupa jika pria itu masih berada di apartemennya. Apakah Adrian menunggunya dari tadi? Tidak mungkin, kan? "Apa hari ini sibuk? Kamu sampai pulang larut malam begini," tanya Adrian. "Enggak terlalu, tapi tadi ada sedikit acara di luar.""Oh gitu, aku kira kamu bakalan lembur." Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Em kamu sudah makan belum Kay?""Sudah kok, kenapa?"Kayla mengernyitkan keningnya menyadari senyuman di bibir pria itu menghilang setelah Ia menjawabnya tadi. Tetapi hanya sebentar, karena Adrian kembali tersenyum walau terkesan terpaksa. "A-aku belum," jawab Adrian. "Loh kenapa? Apa kamu gak ada uang?""Bukan, masih ada kok uangnya. Cuman..""Cuman apa?""Cuma tadi aku nunggu kamu pulang, tadinya mau
"Gimana sama penampilan aku? Apa sopan untuk ketemu Ibu kamu?"Kayla tersenyum lalu mendekati Adrian, dengan santainya Ia mengancingkan bagian kedua kemeja itu. Menurutnya jika sudah memakai baju rapih dan formal begini, Adrian terlihat makin tampan. "Bagus kok, kamu cocok pakai baju begini," jawab Kayla, "Tadinya aku mau beliin, tapi ternyata kamu juga punya banyak ya?""Iya ada beberapa, tapi lebih banyak baju biasa sih.""Memangnya dulu pas jadi koki pakai baju apa?""Ada baju khusus untuk koki, sudah di siapin.""Aku jadi penasaran kamu pakai baju koki begitu."Adrian terkekeh kecil, "Kamu mau lihat?""Iya," angguk Kayla cepat. "Aku punya fotonya sih.""Aku pengen lihat langsung kamu pakai baju itu," celetuk Kayla. "Tapi aku malu.""Kenapa malu?""Ya takut aja dianggap berlebihan, ini juga kan bukan di tempat kerja.""Gak papa dong, kan yang lihat juga cuma aku. Nanti deh, pengen sekalian lihat kamu masak langsung juga.""Ya sudah deh," desah Adrian pasrah, merasa tidak sanggup
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu