"Maaf."
Adrian langsung meringis pelan karena tidak sengaja berteriak. Ia hanya terlalu terkejut mendengar syarat yang diberikan Kayla jika dirinya mau dibantu untuk melunasi hutang.
"Bagaimana? " tanya Kayla.
"Ta-tapi kamu serius Kay? Saya jadi suami kamu, begitu?"
"Iya, serius kok. Kita akan menikah. "
"Hahaha saya masih terkejut dengan syarat nya," ucap Adrian sambil tertawa canggung.
Menikah itu bukan pilihan mudah, butuh banyak persiapan lahir batin pastinya. Adrian bahkan tidak menduga jika syarat nya akan seberat itu. Perlahan rasa ragu pun hinggap, padahal sudah memikirkan matang-matang dari semalam.
"Apa syaratnta memang hanya itu? "
"Iya, kenapa? Kamu gak mau jadi suami aku?"
Mana ada laki-laki yang bisa menolak Kayla itu, sosok perempuan cantik dan kaya raya. Adrian saja saat di awal pertemuan langsung terpukau. Selain itu, sifat Kayla pun baik dan tidak sombong. Paket komplit sekali lah pokoknya.
"Bukan gak mau, tapi saya malah bingung. Kenapa kamu memilih saya untuk yang jadi suami kamu?" tanya Adrian balik, "Masih banyak loh, laki-laki yang lebih baik dari saya."
Bukan maksud merendah, tapi Adrian cukup sadar diri. Apalagi dirinya sekarang orang biasa yang tidak punya pekerjaan, selain itu sedang terlilit hutang. Tentu kehidupannya dengan Kayla itu seperti berbanding terbalik.
"Kamu gak perlu tahu alasannya, tapi yang pasti aku pilih kamu juga karena aku sudah yakin kok menemukan yang tepat," ucap Kayla.
"Saya gak tahu."
"Aku tahu ini memang berat, tapi kamu tenang saja. Pernikahan ini hanya kontrak, akan ada perjanjian di atas kertas."
Adrian terdiam beberapa saat, "Jadi maksud kamu pernikahan ini tidak serius?"
"Iya, jadi kamu gak perlu terlalu terbebani."
Kayla belum bisa berterus terang sepenuhnya alasan dirinya menjadikan Adrian suami kontraknya, Ia khawatir pria itu ragu dan tidak mau membantunya. Sekarang saja Kayla sedang berusaha membujuk, terlihat Adrian masih ragu.
"Apa kamu punya pacar Adrian?" tanya Kayla.
"Tidak kok."
"Terus kenapa kamu ragu menerima tawaran dari saya ini?"
"Saya merasa untuk menikah terlalu berat, saya merasa belum siap."
"Aku juga sama kok, tapi aku harus melakukan nya."
Adrian menatap perempuan itu dalam, ingin sekali bisa membaca isi kepalanya itu. Adrian merasa belum puas mendapat jawaban tadi, juga alasan kenapa Kayla itu memilih dirinya untuk menjadi suaminya. Tetapi Adrian juga tidak bisa terlalu banyak tahu, pasti Kayla pun memiliki privasi sendiri.
"Kalau semisal kamu masih ragu, tidak apa pikirkan dulu. Aku akan memberikan kamu waktu," ucap Kayla pengertian.
"Baiklah, aku memang butuh waktu memutuskan ini."
Tetapi Adrian tahu, satu-satunya cara agar dirinya selamat dan bisa membayar hutangnya itu ya dengan bantuan Kayla saja. Apakah itu berarti nanti Adrian akan menerima tawarannya ini?
"Lupakan saja dulu untuk itu, sekarang kamu obati dulu wajah kamu," ucap Kayla.
"Gak perlu, aku gak papa kok."
"Jangan begitu, lukanya lumayan parah loh. Emangnya pas mereka mukulin kamu, kamu gak lawan?"
"Kalau aku lawan, mereka bakalan makin galak."
Walaupun Adrian masih tampan, tapi luka lebam di sekitar rahang dan sudut bibirnya yang robek itu membuat wajahnya jadi tidak semulus saat awal bertemu. Pasti sakit, tapi Adrian tetap berusaha baik-baik saja.
"Mau aku bantu obatin gak?" tawar Kayla.
"Boleh deh, tangan kanan aku kebetulan sakit."
"Kenapa? Apa karena mereka juga?"
"Iya."
"Astaga, apa kita ke rumah sakit aja? Biar lebih detail nyembuhin nya. "
"Enggak usah, cuma luka dikit kok."
Sedikit dari mana, nya? Batin Kayla mendengus.
Dengan baiknya, Kayla pun membantu mengobati luka di wajah Adrian terlebih dahulu. Sesekali pria itu meringis, membuatnya pun jadi harus hati-hati mengobati.
"Pas malam itu, aku pikir bakalan mati," gumam Adrian.
"Memangnya berapa orang yang mukulin kamu?"
"Dua orang, badan mereka besar-besar."
"Apa gak ada yang bantuin kamu saat itu?"
"Ada sih, tapi mereka telat."
"Terus apa mereka bawa kamu ke rumah sakit?"
"Enggak, aku milih diam aja di kontrakan. Sambil mikirin gimana caranya agar aku gak mati di tangan mereka. Dan ya, aku langsung kepikiran kamu aja."
Pandangan mereka pun kembali bertemu, kini posisi keduanya lebih dekat. Bahkan tangan Kayla masih bertengger di sudut bibir Adrian, masih mengobati nya.
"Aku pikir kamu yang Tuhan kirimkan untuk bantu aku keluar dari masalah itu," lanjut Adrian.
"Makanya, kayanya kamu juga gak ada pilihan lagi untuk nerima syarat dari aku."
"Tapi Kay, kamu serius mau nikah sama aku?"
"Ya kenapa enggak? Lagian kan kita juga menikah gak serius."
"Tapi aku sedikit takut kalau mempermainkan ikatan sakral begitu, apalagi aku juga belum tahu alasan kamu mau menikah dengan aku."
Kayla menghela nafasnya, Ia pun sama merasakan seperti Adrian. Saat Abimanyu memintanya pun, Kayla sempat marah tidak terima. Tetapi pria itu terus meyakinkan nya dan dengan bodohnya hatinya ini luluh mau menerima.
Padahal Kayla pun sempat menawarkan untuk berpisah saja kepada Abimanyu, tapi pria itu menolak keras. Entahlah apa Abimanyu memang mencintainya atau tidak. Alasan pria itu sendiri memintanya menikah dengan pria lain, karena tidak mau hubungan gelap mereka ketahuan oleh istri sah nya itu.
"Aku akan cerita, tapi tidak sekarang," ucap Kayla.
"Baiklah, tapi aku harap alasan kamu itu bukan sesuatu yang aneh ya?"
Kayla hanya tersenyum kikuk, langsung merasa tertohok sendiri padahal Adrian saja belum tahu.
"Mana lagi yang sakit?" tanya Kayla.
"Sudah enggak terlalu sih."
"Tadi katanya tangan juga sakit, ya?"
"Cuma kena tendang aja, nanti juga baikan."
"Kamu jangan nyepelein, nanti kalau kenapa-napa gimana?"
Adrian tersenyum kecil, "Kenapa? Kamu kelihatan khawatir begitu. Ingat ya, saya itu belum terima tawaran kamu loh."
Kayla gelagapan sendiri menengar itu, "Ih jangan salah paham deh, aku begini juga cuma kasihan dan peduli. Bukannya sesama manusia harus saling tolong menolong ya?"
"Iya sih, tapi kamu terlalu baik Kay untuk aku yang orang asing begini."
Adrian hanya khawatir dirinya jadi terbawa perasaan mendapatkan perhatian baik dari perempuan cantik itu. Mau bagaimana pun, Ia adalah laki-laki normal yang mudah jatuh hati jika melihat perempuan yang sesuai tipe idealnya.
"Sudah malam, kamu mau pulang sekarang?" tanya Kayla.
"Ah iya, gak kerasa juga ya. Kayanya aku harus pulang sekarang."
"Mau aku antar?"
"Enggak usah, nanti aku bisa pulang pakai taxi aja."
"Ya sudah." Padahal Kayla sudah berbaik hati menawarkan, tapi Adrian sepertinya masih gengsi.
Kayla pun memutuskan mengantar pria itu sampai ke depan apartemen. Sepanjang perjalanan ke bawah, tidak ada obrolan. Mereka terlihat gugup satu-sama lain, entah kenapa suasana tiba-tiba menjadi begini.
"Adrian," panggil Kayla.
"Ya?"
"Hati-hati."
"Iya."
Tidak sadarkah Kayla itu, hanya dengan mengatakan itu saja membuat Adrian jadi berdebar sendiri.
Sepulangnya dari pertemuannya dengan Kayla, Adrian malah diam sejenak di taman yang sepi. Pria itu sedang memikirkan lagi tawaran dari perempuan itu untuk menikah. Ternyata syaratnya sangat berat, tapi hanya itu satu-satunya cara. "Menikah ya?" gumam Adrian. Adrian seperti mendapatkan keajaiban tidak diduga dari doanya agar Tuhan menolongnya. Sepertinya sudah diberikan jalan, tinggal Ia memutuskan menerima atau tidaknya. Tetapi kenapa harus dengan jalan seperti ini? "Tapi kenapa dia mau memilih aku? Kayla kan bisa mencari laki-laki lain yang lebih dari aku."Saat itu mereka bahkan baru bertemu, tapi perempuan itu seperti sudah menemukan orang yang tepat saja. Mereka belum saling mengenal satu-sama lain. Mengajak menikah seperti mengajak pacaran saja, semudah itu. "Ahh sial, kepalaku jadi pusing," dengus Adrian. Melihat waktu yang semakin malam, membuat Adrian beranjak untuk pulang ke kontrakannya. Tetapi sesampainya di sana, Ia bingung melihat tas-tasnya ada di depan pintu kontra
Kayla bangun lebih dahulu, itu karena Ia akan bekerja. Saat keluar kamar tidak menemukan Adrian, mungkin pria itu masih tidur di kamarnya. Kayla pun memutuskan membakar roti dahulu dan membuat susu untuk sarapan. "Hei Adrian, selamat pagi," sapanya melihat pria itu memasuki dapur. "Iya pagi juga, maaf ya kesiangan. ""Gak papa, gimana tidur semalam? ""Gimana apanya?" tanya Adrian balik. "Katanya kalau orang tidur di tempat orang lain itu susah tidur, kamu ngerasain begitu juga, gak?""Enggak, aku malah nyenyak banget tidur di sini.""Bagus deh, aku ikut lega." Kayla lalu membawa dua piringnya, "Kita sarapan dulu. ""Hm."Dengan perhatiannya, Kayla juga membuatkan roti bakar untuk pria itu. Tidak lupa menuangkan susu ke gelasnya, setelahnya baru duduk di kursinya sendiri. "Kalau nanti kamu lapar, di bawah ada tempat makan kok," ucap Kayla. "Iya gak papa.""Apa kamu ada uang?""Hah? A-ada," bohong Adrian. Ia terlalu malu kalau jujur, nanti kelihatan kere banget. "Untuk bayarannya
Makan malam dengan Abimanyu itu lumayan lama, pria itu benar-benar ingin menghabiskan waktu dengannya di luar jam kantor. Di pukul sembilan malamnya, Kayla pun baru pulang. "Akhirnya kamu pulang juga."Kayla langsung menatap Adrian yang seperti menyambutnya, hampir lupa jika pria itu masih berada di apartemennya. Apakah Adrian menunggunya dari tadi? Tidak mungkin, kan? "Apa hari ini sibuk? Kamu sampai pulang larut malam begini," tanya Adrian. "Enggak terlalu, tapi tadi ada sedikit acara di luar.""Oh gitu, aku kira kamu bakalan lembur." Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Em kamu sudah makan belum Kay?""Sudah kok, kenapa?"Kayla mengernyitkan keningnya menyadari senyuman di bibir pria itu menghilang setelah Ia menjawabnya tadi. Tetapi hanya sebentar, karena Adrian kembali tersenyum walau terkesan terpaksa. "A-aku belum," jawab Adrian. "Loh kenapa? Apa kamu gak ada uang?""Bukan, masih ada kok uangnya. Cuman..""Cuman apa?""Cuma tadi aku nunggu kamu pulang, tadinya mau
"Gimana sama penampilan aku? Apa sopan untuk ketemu Ibu kamu?"Kayla tersenyum lalu mendekati Adrian, dengan santainya Ia mengancingkan bagian kedua kemeja itu. Menurutnya jika sudah memakai baju rapih dan formal begini, Adrian terlihat makin tampan. "Bagus kok, kamu cocok pakai baju begini," jawab Kayla, "Tadinya aku mau beliin, tapi ternyata kamu juga punya banyak ya?""Iya ada beberapa, tapi lebih banyak baju biasa sih.""Memangnya dulu pas jadi koki pakai baju apa?""Ada baju khusus untuk koki, sudah di siapin.""Aku jadi penasaran kamu pakai baju koki begitu."Adrian terkekeh kecil, "Kamu mau lihat?""Iya," angguk Kayla cepat. "Aku punya fotonya sih.""Aku pengen lihat langsung kamu pakai baju itu," celetuk Kayla. "Tapi aku malu.""Kenapa malu?""Ya takut aja dianggap berlebihan, ini juga kan bukan di tempat kerja.""Gak papa dong, kan yang lihat juga cuma aku. Nanti deh, pengen sekalian lihat kamu masak langsung juga.""Ya sudah deh," desah Adrian pasrah, merasa tidak sanggup
"Ibu sudah makan?" tanya Adrian. Hana menggeleng, "Belum, kamu mau makan?""Tidak, bukan saya. Apa saya boleh masak untuk makan siang?""Boleh kok, Ibu juga mau nyobain masakan buatan koki tampan ini."Adrian terkekeh kecil mendapatkan pujian itu, membuatnya jadi malu sendiri. Adrian bukan bermaksud sombong, hanya saja dengan dirinya masak dan membuat makan siang mungkin bisa membuat Ibu Kayla itu semakin menyukainya. "Biar aku bantuin ya," ucap Kayla. "Kamu kan gak bisa masak Kay, nanti malah repotin pacar kamu.""Gak papa bu," sela Adrian, "Saya malah senang kalau Kayla ikut masak, bisa sekalian saya ajarin juga.""Begitu ya, ya sudah kalau kamu gak merasa di repotkan. Adrian, Ibu titip Kayla ya. Ajarin dia masak, kan sebentar lagi mau menikah.""Iya Bu."Kayla lalu mengajak Adrian untuk ke dapur sekarang, untung saja bahan makanan di kulkas pun banyak. Ibunya tidak ikut, memberikan pasangan kekasih itu waktu untuk bersama. "Maaf ya kalau Ibu aku banyak bertanya dan buat kamu ga
Cukup lama Adrian dan Kayla berada di rumah itu, bahkan setelah makan pun sempat melihat hutan pinus di belakang rumah. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, tiba-tiba sudah sore saja. "Beneran gak akan nginep?" tanya Hana. Kayla menggeleng, "Enggak Bu, aku dan Adrian juga kan besok harus kerja lagi.""Gak papa deh, tapi nanti kalau sudah jadi suami istri sering-sering nginep di sini ya?"Kayla dan Adrian sempat bertatapan, mereka pun melemparkan senyuman satu-sama lain. Kalau sudah digoda seperti pasangan sungguhan itu merasa malu sendiri, apalagi keduanya pun baru dekat tidak lama ini."Iya Bu, nanti kita pasti akan sering berkunjung," ucap Adrian, "Ibu jaga kesehatan selalu ya.""Iya nak Adrian, kamu juga. Kamu tinggal dimana? Apa gak jauh dari apartemen Kayla?""Em itu.. I-iya, gak jauh." Kayla lah yang menjawab, tapi terpaksa harus berbohong. Masa saja Ia jujur kalau mereka sudah tinggal bersama? Yang ada detik itu juga Ibunya akan menikahi mereka. "Kalau tidak jauh, Ibu t
Keluar dari kamarnya, Kayla langsung disambut wangi masakan yang enak. Tersenyum melihat Adrian yang sedang menyimpan sepiring nasi goreng di meja makan. "Selamat pagi," sapanya. "Hai selamat pagi Kay, ayo sarapan dulu. " "Iya, kamu yang masak?" "Iya dong, kalau bukan aku siapa lagi?" "Bener juga, tapi bisa aja kamu beli terus pindahin ke piring." "Haha enggak lah, repot banget. Kan aku juga bisa masak, buat sendiri lebih enak." "Masa sih? Coba nanti cicip rasanya seenak apa." "Silahkan Nona, beri nilai juga kalau bisa." Keduanya lalu duduk saling berhadapan, menikmati nasi goreng dengan topping telur mata sapi itu. Saat nasi goreng itu masuk ke mulutnya, kepala Kayla langsung mengangguk-angguk. "Nilainya berapa?" tanya Adrian. "Sembilan." "Wah besar juga, makasih. Tapi kenapa gak sepuluh?" "Kalau mau sepuluh, kamu bisa masakin aku sesuatu." "Apa memangnya?" "Bebek betutu, bisa gak?" "Itu makanan favorit kamu ya?" "Iya, tapi sudah lama gak makan lagi. Jadi kangen s
Untung saja semua pekerjaan Kayla hari ini selesai, jadi bisa pulang tepat waktu. Sebelum pulang, Ia harus meminta izin dahulu dari Abimanyu. Semoga saja diberikan, apalagi hari ini Kayla ada kegiatan. "Kamu sudah mau pulang?" tanya Abimanyu tanpa menatap. "Iya Mas, apa tidak papa?""Kenapa buru-buru? Kangen ya sama calon suami kamu itu?" sinis Abimanyu. "Bukan Mas, hari ini aku mau fitting gaun sama Adrian. Pernikahan kita kan sebentar lagi.""Sudah berapa persiapan?""Tujuh puluh persen an.""Bagus, nanti kalau butuh bantuan kabari saja aku.""Iya Mas, kalau gitu aku permisi pulang.""Hm, hati-hati.""Iya."Padahal tadi pagi mereka sempat ribut karena Abimanyu yang salah paham, tapi sore itu sifatnya kembali tenang. Memang pria itu tidak mudah sekali ditebak, jadi Kayla pun harus menjaga sikapnya dan jangan sampai menyinggung. "Hallo Adrian, kamu dimana sekarang?" tanya Kayla pada seseorang di sebrang sana. ["Aku di apartemen kamu, kamu sudah pulang Kay?"]"Iya ini baru pulang,
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu