Beranda / Romansa / Kepincut Janda Tetangga / 30. Kartu ATM Pelebur Dosa

Share

30. Kartu ATM Pelebur Dosa

last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 17:22:47

Ibu Dewi sudah beberapa kali melakukan panggilan ke telepon suaminya. Namun tidak pernah tersambung. Wajahnya cemas dan dadanya sedikit berdebar. Ke mana suaminya? sudah tiga hari keluar kota tanpa bisa dihubungi. Tidak maksud hatinya untuk curiga yang bukan-bukan, hanya saja ia takut suaminya kecelakaan atau terluka. Sarah tengah memainkan ponselnya, membalas pesan Jono yang menanyakan dia sekarang ada dimana?.

"Suami sok perhatian," gumam Sarah, dengan enggan membalas pesan suaminya. Sarah melihat mama yang sedari tadi gelisah, bolak balik sambil memegang ponsel.

"Ada apa sih, Ma? Mondar-mandir terus." 

"Papa kamu tidak bisa dihubungi, Sar," ucap Bu Dewi dengan nada khawatir. Kini meletakkan punggungnya bersandar di sofa, tepat di sebelah Sarah.

"Dari kapan tidak bisa dihubunginya?" 

"Sejak papa kamu berangkat, cuma menelepon sekali setelah itu tidak tersambung. "

"Mama yakin Papa ga punya rahasia?" 

Bu Dewi menggelen

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
juwi belum hamil devit dah berharap rupanya,lalu gimana kalau malah bu nurmala yang hamil lucu kayaknya klau pas begitu ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kepincut Janda Tetangga   31. Kisah Cinta Bu Nurmala

    Bu Nurmala memandang kartu tipis pemberian suaminya tadi sore, sehabis taraweh di rumah yang dipimpin oleh Devit. Juwi dan Devit sudah kembali ke kontrakannya, rencana pindah ke rumah Devit yang baru selesai renovasi pun diundur, mengingat masih dalam suasana puasa, Devit dan Juwi memutuskan mereka akan pindah rumah, setelah lebaran saja.Hitung -hitung sekalian menemani Bu Nurmala agar tidak terlalu kesepian."Nenek, Caca bobo sama Nenek boleh ga?" suara Salsa di depan pintu kamar Bu Nurmala, gadis kecil itu tersenyum sambil memeluk bonek beruang besarnya. Bu Nurmala ikut tersenyum."Boleh, sini, temani Nenek." Bu Nurmala mengajak Salsa masuk ke kamarnya."Bunda mana?" tanya Bu Nurmala."Bunda sama papa lagi mau distusi.""Distusi apa sih, Nek?" wajah lucu Salsa sangat menggemaskan."Oh, Bunda sama papa Devit sedang membicarakan sesuatu yang penting, anak kecil seperti Salsa tidak mengerti. Jadi Salsa di rumah saja sama Nenek ya," te

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Kepincut Janda Tetangga   32. Sandal Pak Aryo

    Alarm itu berbunyi dua kali, namun sepasang anak manusia yang tengah tidur berpelukan itu, seakan enggan untuk bangun. Keduanya sangat terlelap setelah melakukan perjalanan cukup panjang di atas ranjang."Juwi ... bangun!" suara Bu Nur membangunkan Juwi dan Devit. Mengetuk pintunya beberapa kali. Namun masih tidak ada sahutan."Juwi, Devit, sahur!"Kali ini Bu Nur menggedornya dengan cukup kencang."Huh, dasar! Diskusi apaan sampai susah bangun sahur gini?" gerutu Bu Nur masih terus menggedor kontrakan Devit.CeklekJuwi menggosokkan kedua matanya sambil menguap."Ada apa, Bu? Malam-malam berisik," tanya Juwi masih setengah sadar."Sahur Neng, udah jam empat, ini mau shubuh!" Bu Nur memutar bola mata malasnya."Astaghfirulloh, sahur ya Bu? Ya Allah, Juwi lupa." Juwi menepuk jidatnya. Kenapa ia bisa lupa kalau sekarang bulan puasa?.Bu Nur menggeleng-gelengkan kepalanya."Cepat, nanti lauknya keburu di

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Kepincut Janda Tetangga   33. Rencana Menikah Ulang

    "Papa sendalnya mana?" tanya Bu Dewi dengan alis bertaut. Merasa sangat aneh saat melihat suaminya turun dari mobil sambil nyeker. Pak Aryo hanya menyeringai saat mendengar pertanyaan istrinya."Ini, tadi Papa numpang sholat ashar, eh pas selesai, Papa lihat sendalnya tinggal sebelah," sahut Pak Aryo sambil berjalan ke arah kran air untuk mencuci kakinya sebelum masuk ke dalam rumah."Buka puasa apa kita hari ini, Ma?""Ada kolak pisang, mie goreng sama es timun serut," sahut Bu Dewi sambil tersenyum pada suaminya."Oh, oke. Papa mandi dulu." Pak Aryo masuk ke dalam kamarnya."Eh, iya ini." Pak Aryo mengeluarkan bungkusan plastik bening, berisi risol, tahu, dan lontong isi."Papa beli di mana?" tanya Bu Dewi sambil menerima bungkusan tersebut dan melihat isinya."Tadi pas setelah sholat ashar, Papa lihat kayaknya enak, ya udah Papa minta bungkusin," terang Pak Aryo sembari menutup pintu kamarnya.****"Ibu, Papa ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Kepincut Janda Tetangga   34. Sarah pulang ke rumah orang tuanya

    Sudah sepekan lamanya, Devit tidak satu rumah bersama Juwi. Intensitas bertemunya pun sedikit berkurang. Namun setiap pagi dan malam menjelang tidur, Devit selalu melakukan video call, berbincang dengan Juwi, melepas rasa rindu. Seperti malam ini Devit tengah berbicara dengan Juwi."Jadi ade ga ikut sahur dong, besok.""Iya, Bang. Alhamdulillah bisa sarapan dan makan siang," ucap Juwi sambil tertawa."Huu... Harusnya ga puasa itu sedih, ini malah senang!""Biarin, Wek!""Dari kapan?""Tadi sore pas adzan ashar, Bang.""Mmm ... berarti masih gagal ya?""Gagal apa, Bang?""Kasih dede buat Salsa.""Iya, malah ga papa Bang, status kita gini juga ribet, malah kalau hamil statusnya jadi anak di luar nikah, Bang.""Oh, iya pinter kamu De.""Pinter dong, udah dapat transferan kontrakan, uang bulanan, dapat paket data lagi!"Devit tertawa renyah mendengar ucapan Juwi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Kepincut Janda Tetangga   35. Menikah Kembali

    Juwi sudah memakai kebaya bertudung hijab yang menutupi kepalanya. Hiasan rangkaian bunga melati menambah anggun wajah Juwi. Hiasan yang natural, membuat Juwi tampak cantik dan mempesona. Juwi beberapa kali melotot melihat dirinya di cermin, beberapa kali menyeringai, cemberut kemudian tertawa.Tampak aneka ekspresi yang ia lakukan, tetap saja wajahnya cantik dan ayu. Persis artis korea yang sedang dipakaikan kebaya pernikahan. Ibu masuk ke kamar Juwi."Sudah siap?""Sudah, Bu. Ini ... mmm ... Juwi deg-degan," ucap Juwi sambil menggenggam tangan ibunya. Bu Nur mengusap kedua tangan Juwi."Ga papa, wajar jika kamu merasa deg-degan. Pertama kamu akan malam pertama lagi, setelah dua bulan dilockdown. Kedua, kamu harus siap bertemu dengan mertua kesayangan kamu. Siap-siap dicakar," bisik Bu Nur menakut-nakuti Juwi."Yaah, Ibu kok gitu? Alesan keduanya bikin Juwi mules nih," rengek Juwi memegang perutnya yang tiba-tiba keram."Alesan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Kepincut Janda Tetangga   36. Tragedi Sandal

    Bu Dewi sedang duduk di sofa depan televisi, saat ponselnya berdering, tanda pesan masuk. Suaranya cukup nyaring membuat Sarah yang duduk tidak jauh dari sana ikut menoleh."Mah, HP-nya tuh!" ekor mata Sarah tertuju meja dapur, tempat Bu Dewi meletakkan ponselnya."Iya," sahut Bu Dewi, sambil bangun dari duduknya, berjalan ke dapur.Matanya menatap serius ponsel mahal berlogo apel segigit. Memencet kode layar, lalu membuka pesan gambar yang masuk.Besan Bu LaniNama yang tertera di sana. Namun tanda loading masih berputar. Bu Dewi kembali duduk di sofa."Siapa, Mah?" tanya Sarah penasaran."Mamanya mantan kamu.""Mama Mas Devit, Mah?" pekik Sarah tertahan, wajahnya gembira. Saat mengetahui mamanya dan mama Devit masih berkomunikasi dengan baik."Iya, ini kirim gambar, tapi muter terus. Sinyalnya jelek nih!""Gambar apa, Mah?""Ga tau juga Mama. Paling gambar tas, Mama Devit'kan juala

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Kepincut Janda Tetangga   37. Bu Nurmala dilabrak Sarah dan Bu Dewi

    "Sedang apa, Pa?"Pak Aryo menoleh, dengan wajah bingung."Sepatu papa ga ada, Bu.""Ada tuh, tadi ibu pakai ke warung!" sahut Bu Nur dengan polosnya. Ia meletakkan bungkusan di atas meja kitchen set.Pak Aryo terkekeh."Walah, ga anak, ga istri, ga mantu. Senang banget sih pake sendal atau sepatu Papa.""Sendal Ibu ketinggian, jadi pinjem sepatu Papa tadi," sahut Bu Nur sambil menyeringai. Pak Aryo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya."Ibu sampe diliatin orang, siang-siang pake gamis beling-beling kondangan tapi sepatunya bapak-bapak, kebesaran lagi! Hampir tertinggal tadi saat ibu melangkah," kekeh Bu Nur kembali mengingat hal baru saja ia alami."Sepatu apa batu sih, Pa? Berat bener!""Iya itu makanya, Papa sengaja beli sepatu baru yang berat, biar gak ada yang ambil, eeh...masih kecolongan juga." Pak Aryo terbahak."Ini yang bikin aku gak bisa mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Kepincut Janda Tetangga   38. Perkelahian

    "Mama!"Semua orang yang hadir di sana menoleh kaget ke asal suara menggelegar milik Pak Aryo, mereka saling pandang dan bertanya-tanya, apa kiranya yang terjadi?."Wanita ini memang kurang ajar!" teriak Bu Dewi lagi, sambil terus menarik tangan kiri Bu Nur, sedangkan Pak Aryo menahan tangan Bu Nur yang sebelah kanan."Lepaskan tangan ibu saya!" suara Juwi terdengar lantang dengan kebaya yang ia gulung sampai pinggang, rok batik juga terangkat sampai lutut. Wajah Juwi terlihat memerah, di sampingnya ada Devit yang mencoba menahan.Plaaakk!Sebuah tamparan mendarat di pipi Bu Nurmala, semua tercengang. Termasuk Pak Aryo yang syok. Di luar kendalinya, tiba-tiba tangan Bu Dewi melayang ke pipi Bu Nurmala."Sarah, bawa mama pulang!" Pak Aryo mencoba menahan amarahnya dengan menatap tajam Sarah. Pak Aryo menarik Bu Nurmala kencang, hingga berhasil lepas dari cengkraman Bu Dewi."Papa selingkuh, Papa jahat! dan wanita tua

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28

Bab terbaru

  • Kepincut Janda Tetangga   57. Ekstra part 4

    Devit terduduk lemah di kursi makan, setelah mengeluarkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Bahkan ini adalah kelima kalinya Devit memuntahkan isi perutnya dari mulai pagi. Dua hari sudah ia tidak berangkat ke kampus, karena mengalami morning sick yang luar biasa. Tubuhnya seakan tiada bertulang dan matanya selalu susah diajak untuk terbuka di pagi hari. Berbeda sekali dengan Juwi yang tidak merasakan mual dan muntah. Bahkan Juwi terlihat baik-baik saja. Nafsu makan normal dan bisa mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Meskipun sudah ada Mbak Imah yang membantu, tetap saja Juwi yang memasak untuk keluarganya. "Makan bubur saja ya, Bang?" tawar Juwi pada suaminya. "Enneg, Dik. Abang lagi pengen makan rujak nanas," sahut Devit sambil menenggak salivanya, tergiur membayangkan rujak nanas. "Mana ada tukang rujak malam-malam begini," sahut Juwi sambil mengusap perutnya yang mulai membuncit di usia kehamilan yang keempat bulan.

  • Kepincut Janda Tetangga   56. Ekstrapart 3

    Di sinilah Juwi sekarang, berada di dalam sebuah ruangan, untuk diambil darahnya. Untung saja, tipe darah Juwi dan Sarah sama. Sehingga Juwi bisa ikut mendonorkan darahnya untuk menolong Sarah.Juwi menatap jarum infusan yang tertancap di tangan bagian atasnya. Tepat di lekuk lengan. Darah merah pekat dan kental, tampak mengalir memenuhi selang infus. Jujur, inilah pertama kali ia melakukan donor darah, sempat ragu dan takut. Namun, demi tetehnya, ia mengesampingkan rasa takutnya.Seorang perawat masuk untuk mengecek kondisi Juwi. "Alhamdulillah, sedikit lagi, Mba. Sabar sebentar, Ya?" ujar perawat tersebut sambil terseyum."Teteh saya bagaimana kondisinya, Sus?""Sedang dalam penanganan dokter, doakan semua lancar ya dan ibu Sarah baik-baik saja. Bayinya kembarnya lucu-lucu sekali." ujar sang perawat sambil tersenyum."Iya, saya belum lihat," ujar Juwi menimpali."Saya tinggal ya, Mbak. Suaminya lagi keluar ya?""Iya, Sus

  • Kepincut Janda Tetangga   55. Ekstra part 2

    Dewo dan Salsa sedang berlarian bermain petak umpet di ruang tengah rumah orangtua Devit. Bu Lani memperhatikan keduanya sambil tertawa-tawa. Semangat sehatnya naik berkali-kali lipat, saat menyadari begitu senangnya memiliki anak kecil di dalam rumah."Awas jatuh, Ca!" teriak Bu Lani khawatir Salsa terjatuh."Dewo, mainnya yang bener. Kasian ponakan kamu itu, nanti jatuh," seru Bu Lani lagi memperingatkan anaknya."Iya, Mah.""Iya Oma, Sayang," sahut Dewo dan Salsa bersamaan.Bu Lani tersenyum senang, Dewo dan Salsa melanjutkan permainannya. Hingga tubuh Salsa penuh keringat, karena terus-terusan di kejar Om Ewo."Udah, Om. Stop! ental Caca mati nih, kalena cape." Salsa terduduk di karpet merah depan ruang TV."Hahahaha ... Caca nginep di rumah Om aja selamanya mau gak?" tanya Dewo saat ia juga sedang mengatur napasnya, duduk di samping Salsa."Sampai tiamat?""Hahahahaha..." Dewo dan Bu Lani lagi-lagi terbahak.

  • Kepincut Janda Tetangga   54. Ekstrapart 1

    Udara sore cukup dingin, awan bewarna sedikit gelap menghiasi langit sore yang tampak mendung. Devit melajukan motornya sedikit lebih cepat, karena harus menjemput Juwi. Tepat di perempatan lampu merah, Devit melihat gerobak yang menjual skuteng. Ia teringat akan mamanya yang beberapa hari lalu, sangat ingin minum skuteng. Devit membelokkan motornya, lalu berhenti di depan penjual skuteng. Ia membeli empat bungkus skuteng untuk mamanya dan juga Bu Nurmala, mertuanya.Setelah membayar, Devit melajukan motornya ke rumah. Bukannya langsung ke rumah mamanya. Ia benar-benar lupa harus menjemput Juwi.Devit memarkirkan motornya di pekarangan rumah. Ada Salsa yang tengah bermain boneka di teras depan."Papa, Bunda mana?" tanya Salsa heran karena tidak melihat bundanya pulang bersama Devit."Ya Allah, Ca. Papa lupa." Devit menepuk keningnya cukup keras. Lalu bergegas masuk ke dalam rumah."Lho, Juwi belum dijemput, Vit?" tanya Bu Nur yang saat itu se

  • Kepincut Janda Tetangga   53. Ending

    Devit akhirnya melanjutkan aktifitasnya kembali mengajar. Sedangkan Pak Juna masuk ke kamar untuk beristirahat. Tidak lama setelahnya, Dewo pulang dari sekolah. Setelah mengucapkan salam, ia melangkah masuk melewati dapur. Betapa tergodanya ia menatap aneka lauk terhidang manis di atas meja."Cuci tangan dulu, De," seru Juwi saat melihat Dewo yang begitu antusias dengan hidangan di atas meja."Teteh chef Juwi ya yang masak?""Iya, dong. Enak lho. Udah sana cuci tangan dulu, setelah itu baru makan." Dewo menuruti ucapan kakak iparnya. Melesat ia ke wastafel lalu mencuci tangannya sampai bersih. Bersiap menyantap hidangan di atas meja.Sebulan berlalu dan Juwi masih pulang pergi ke rumah mertuanya. Membantu memasak dan rapi-rapi rumah. Untuk mencuci dan menyetrika, memang Bu Lani selalu menggunakan jasa londry. Juwi juga membantu bu Lani untuk mandi sore, buang air kecil dan buang air besar. Juwi juga yang mengantarkan Bu Lani untuk terapi semin

  • Kepincut Janda Tetangga   52. Mengurus Mertua

    Sepekan sudah Bu Lani dirawat kembali di rumah sakit. Ia terjatuh di kamar mandi, karena serangan jantung yang tiba-tiba. Pintu kamar mandi dirusak oleh Dewo dan beberapa tetangga untuk membantu Bu Lani keluar dari dalam kamar mandi yang terkunci.Devit dan papanya sampai setengah jam kemudian di rumah sakit. Dan selama sepekan juga, Devit dan papanya serta Dewo bergantian menunggui bu Lani."Uuwah owe uang bewom?" tanya Bu Lani pada Devit. Anak sulungnya itu menatap sedih wajah mamanya. Akibat serangan jantung, mamanya menjadi lumpuh kaki bagian kiri. Mulutnya juga miring ke kiri, sehingga mamanya sangat susah untuk berkomunikasi dengan baik.Dokter menyarankan agar rutin terapi dan senam ringan untuk segera mempercepat proses penyembuhannya."Ini lagi nunggu papa balik dari administrasi, Ma. Sabar ya?" Devit berusaha menenangkan mamanya, sambil memberikan senyuman tipisnya."Mama mo muwang bebet," ujar Bu Lani tidak sabar. Ia terus sa

  • Kepincut Janda Tetangga   51. Kuncilah Kamar Saat Berdua Saja dengan Suami

    Devit memeluk tubuh istrinya yang bergetar hebat karena menangis. Ia sangat paham kegundahan hati Juwi, pasti mamanya mengucapkan kalimat sakti yang membuat istrinya menjadi seperti ini."Abang sayang, Abang cinta, bagaimana adanya Juwi saat ini. Jadi tolong, jangan pernah ucapkan kata itu lagi ya!""Banyak hal yang sudah kita lalui, untuk sampai pada tahap ini. Abang tidak mau, kamu menyerah. Abang tidak mau durhaka kepada mama, tapi Abang juga gak boleh zolim sama istri Abang. Jadi adik gak perlu risau, Abang gak kemana-mana. Jangan pikir yang aneh-aneh ya!"Devit mengecup kedua mata basah istrinya, turun ke hidung, kemudian pipi. Juwi masih diam saja, tanpa reaksi. Masih ada sisa-sisa sesegukan yang terdengar mengisi ruang kamar mereka. Devit menatap lekat Juwi, hanya beberapa senti saja jarak keduanya. Juwi tidak berani menatap wajah suaminya, ada rasa malu sekaligus kegundahan yang masih menyelimutinya."Kok nunduk? sini

  • Kepincut Janda Tetangga   50. Tuduhan Bu Lani

    Juwi masih terpekur sedih menatap langit-langit kamar perawatannya. Menyesali yang telah terjadi. Kenapa sampai ia tidak tahu, kalau saat ini sedang ada janin di dalam perutnya. Pipinya basah, matanya pun membengkak merah karena terus saja menangis, menyesali keteledorannya.Jika ia tahu lebih awal, pasti suaminya akan lebih hati-hati saat bercumbu dengannya. Ini semua adalah kesalahannya. Benar-benar kesalahannya. Berkali-kali Juwi mengusap pipi yang basah dengan tangannya. Apa dosa yang telah aku perbuat ya Allah, sehingga Engkau kembali mengambil bayi dalam perut hamba. Gumamnya lirih tanpa menghiraukan sekeliling.Pelan ia meletakkan telapak tangannya di atas perut yang kini benar-benar kempes. "Astaghfirulloh," ucapnya lirih, sambil merasakan kembali air mata yang tak kunjung turun membasahi kedua pipinya."De," panggil Devit dengan suara lemah. Ia pun sama seperti Juwi, merasa begitu bersalah. Lelaki itu baru tiba dari kantin. Kedua tangannya membawa

  • Kepincut Janda Tetangga   49. Ternyata Hamil

    Semenjak acara syukuran empat bulanan kehamilan Sarah. Juwi jadi kebanjiran job membuat kue. Mulai dari brownies, bolu tape, donat, pie buah, risol bahkan lontong isi dan kue cucur. Teman-teman Sarah dan juga teman mama Sarah yang banyak memesan kue kepada Juwi.Terkadang ia sampai bergadang menyiapkan pesanan kue tersebut. Respon mereka cukup baik, enak kalau kata ibu-ibu yang sudah pernah order. Malahan, papa Juwi menyarankan agar Juwi membuat label sendiri untuk kue brownies dan aneka bolunya.Seperti sore ini, Pak Aryo tengah menikmati teh hangat ditemani oleh beberapa potong kue bolu yang bahan dasarnya terbuat dari talas bogor. Bu Nur ikut duduk bersama suaminya di depan teras rumah Juwi. Salsa juga tengah asik bermain bersama kelinci bewarna coklat yang baru saja dibelikan oleh Devit."Anak kita pintar bikin kue, ya. Bu." Pak Aryo terseyum menatap istrinya."Siapa dulu ibunya," sahut blBu Nur yang diikuti seringai manis."Lah, Bu. Kala

DMCA.com Protection Status