Nora membantu Athaya ke kamar mandi dan membersihkan diri di sana. Sambil berkaca di cermin Athaya melihat refleksi dirinya, termasuk Nora yang berdiri di belakangnya sedang mengawasi Athaya dengan tatapan penuh tanda tanya. Athaya sudah menduga pasti setelah ini Nora akan bertanya mengenai banyak hal padanya.“Aya kenapa muntah-muntah begini?” Nora memijit kecil pundak Athaya.Athaya menggelengkan kepalanya seakan memang tidak tahu apa-apa. Ia tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya terjadi pada Nora.“Tunggu sebentar ya Mami ambilin obat dulu, mungkin Aya masuk angin.”Athaya mengangguk pelan sambil tersenyum samar lalu kembali ke kamarnya. Athaya berbaring di sana sambil memijit kecil pelipisnya. Tidak hanya merasa mual, namun kepalanya seakan mau pecah. Apa semua wanita hamil mengalami semua yang dirasakannya saat ini?Beberapa saat kemudian Nora muncul di kamar Athaya membawa sebotol minyak kayu putih serta obat masuk angin dan segelas air putih.“Aya baring dulu di sini nanti
Lenguhan halus meluncur keluar dari bibir Belva ketika jari-jari Rogen menyentuh tepat di inti tubuhnya. Ia tidak akan mengingkari kalau rasanya begitu nikmat. Namun sebelum benar-benar terlena Belva segera menepis tangan Rogen dari pahanya lalu menggelengkan kepala, meminta agar Rogen berhenti melakukannya.“Tadi kamu janji nggak bakal ngapa-ngapain,” katanya mengingatkan.Rogen menekan keinginannya dan menyingkirkan tangannya dari Belva. Ia tidak mau ambil risiko dengan membuat Belva marah lalu perempuan itu benar-benar turun dari mobil. Meskipun saat ini rasa cinta dan hasratnya pada Belva begitu menggila. Setiap berdekatan dengan perempuan itu Rogen tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya.“Sorry,” ucap Rogen pelan lalu kembali meletakkan tangannya di setir dan tidak berkata apa-apa lagi.Selagi Rogen mengemudi Belva duduk di sebelahnya sambil melempar pandang ke arah jalan. Sentuhan Rogen tadi masih terasa membekas. Tidak hanya di kulit namun juga di hatinya. Kenangan ad
Beberapa waktu belakangan hubungan Athaya dan Rogen agak merenggang. Rogen memang beberapa kali meneleponnya tapi hanya untuk menceritakan mengenai Belva. Belva sudah mulai melunak dan perlahan menerima kehadiran Rogen. Lebih tepatnya sejak pertemuannya malam itu dan menginap di apartemen Rogen. Athaya yang tahu diri pun mundur pelan-pelan. Belva tidak langsung menerima permintaan Rogen untuk kembali padanya. Ia hanya mengatakan, “Kasih aku waktu, Gen, ini semua nggak mudah buat aku.”“Kamu butuh waktu berapa lama? Berapa hari, Bel?”“Aku nggak bisa nentuin berapa lamanya. Kalau aku udah ngerasa siap aku akan kasih tau.”“Tapi tolong jangan batasi aku untuk berhubungan sama kamu. Aku mau kita ketemu tiap hari. Kalau pun nggak bisa setidaknya saling kasih kabar.”Belva menyetujui syarat dari Rogen sehingga jadilah mereka kembali dekat meskipun berpisah tempat tinggal.Jika Rogen melalui hari-hari yang bahagia bersama Belva, berbeda d
Athaya mengetuk-ngetukkan buku jarinya ke atas meja sembari matanya berlarian gelisah memindai tempat itu.Saat ini Athaya sedang berada di sebuah café. Di sana ia berjanji akan bertemu dengan seseorang. Namanya Kenzi. Dia adalah anak teman Nora.Setelah pembicaraan serius di suatu pagi tepat tiga hari yang lalu, Athaya memutuskan untuk menikah dengan lelaki pilihan Nora. Nora sudah memberi fotonya pada Athaya. Lelaki itu gagah dan tampak matang sesuai dengan umurnya. Kenzi berusia lima belas tahun lebih tua dari Athaya. Saat ini dia sedang mencari perempuan yang mau menjalani hubungan serius dan bersedia dijadikan istri.Athaya yang pada awalnya menolak pada akhirnya terpaksa menerima tawaran Nora dengan berbagai pertimbangan. Athaya tahu tindakannya ini keterlaluan. Tidak akan adil untuk Kenzi jika harus bertanggung jawab atas perbuatan Rogen padanya. Tapi saat ini Athaya sedang berada di bawah tekanan.Athaya menunduk memeriksa ponsel di meja. Berdasarkan chat sekitar setengah jam
“Adek, ini Mas Kenzi, calon suamiku.” Athaya menegur Rogen yang termangu sementara di hadapannya Kenzi mengulurkan tangan untuk bersalaman. Rogen terkesiap dan balas menjabat tangan pria di depannya. ‘Nggak banget selera lo, Ay.’ Ia membatin. Rogen mengurungkan niatnya untuk menghajar Kenzi. Lagi pula, sejak kapan ia peduli pada Athaya?Terlepas dari perbuatan Kenzi yang telah menodai Athaya, Rogen berkaca pada dirinya sendiri. Ia juga melakukan hal yang sama dengan Belva. Hanya saja Belva tidak sampai hamil.“Mas Kenzi, Adek ini saudaraku, dan ini Belva sahabatku sekaligus calon istrinya Rogen,” kata Athaya menjelaskan.“Adek?” ulang Kenzi tidak mengerti.“Rogen maksudnya. Kalau di keluarga kami dipanggilnya Adek soalnya dulu dia anak bungsu.” Athaya menjelaskan dengan detail.Kenzi manggut-manggut sambil tersenyum.“Mas Kenzi bentar ya, saya pinjam Athaya dulu,” kata Belva menyela.Kenzi mengangguk pelan.Belva kemudian menarik tangan Athaya menjauh. “Ay, lo serius mau nikah sama
Hanya satu minggu setelah perkenalan Athaya dan Kenzi, pernikahan keduanya pun diselenggarakan. Rencana kepindahan Kenzi ke Papua ternyata cukup menguntungkan. Karena dengan begitu mereka jadi punya alasan untuk melaksanakan pernikahan tersebut sesegera mungkin.Pernikahan itu diadakan sebagaimana mestinya. Dalam artian tidak terlalu mewah dan besar-besaran. Jeff bilang bahwa itu hanya akan menghabiskan biaya.Bagi Athaya tidak masalah. Jika perlu tidak perlu ada pesta atau perayaan apa-apa. Cukup akad nikah saja. Yang penting sah secara agama dan diakui oleh negara. Bukankah itu yang lebih penting?Nora masuk ke kamar Athaya memberitahunya. “Aya, ada Belva tuh.”Athaya terkesiap. Sudah sejak tadi ia melamun sendiri setelah perias pengantin mendandaninya.“Belva sama siapa, Mi?” “Sama Rogen.”Deg …!!! Detak jantung Athaya mengencang dalam hitungan detik mendengar nama itu disebut. Lelaki yang dicintainya ternyata datang pada hari pernikahannya. Dan itu tidak mudah untuk Athaya.“Sur
Athaya memandang keluar jendela pesawat. Mereka baru saja memasuki kota Jayapura dan akan mendarat sebentar lagi. Seperti yang dikatakan Athaya pada Rogen, setelah ia menikah akan langsung berangkat ke Papua.Orang-orang terdekatnya melepas Athaya dengan berat hati, terutama Nora. Sedangkan Jeff hanya berbicara pada Kenzi agar menjaga Athaya baik-baik. Jeff tidak mengatakan apa-apa pada Athaya. Athaya bersyukur Rogen tidak ikut melepas keberangkatannya di bandara karena lelaki itu mengatakan padanya harus kerja pada hari tersebut. Kalau ada Rogen Athaya tidak menjamin jika ia akan kuat dan sanggup untuk pergi.“Aya, kita sebentar lagi landing.” Suara Kenzi membuyarkan lamunan Athaya.Athaya mengangguk pelan. Sepanjang penerbangan Kenzi sibuk sendiri membaca buku, sedangkan Athaya larut dalam lamunannya.Semilir angin menyapa halus begitu Athaya turun dari pesawat. Ia dan Kenzi langsung disambut oleh seorang laki-laki yang merupakan perwa
“Saya minta penjelasan dari kamu sekarang. Saya harus tahu semuanya. Karena apa? Karena saya adalah suami kamu. Saya pendamping hidup kamu. Dan terutama saya adalah orang yang bertanggung jawab atas hidup kamu setelah kita resmi menikah, bukan orang tua kamu. Jadi saya minta kamu untuk bicara sejujur mungkin."Suara dingin bernada tegas itu betul-betul membuat Athaya tidak berdaya. Satu-satunya yang harus ia lakukan adalah mengatakan segalanya pada Kenzi.“Pertama, saya mau minta maaf udah bikin Mas kecewa,” ucap Athaya pelan. “Saya memang salah karena nggak bilang semua ini dari awal. Saya nggak akan membela diri. Dan …” Athaya menggantung kalimatnya sembari mengamati ekspresi Kenzi.Lelaki itu masih seperti tadi. Menyorot Athaya dengan tatapannya yang datar dan penuh rasa kecewa.“Dan saat ini saya juga sedang hamil.” Athaya melanjutkan perkataannya dengan suara yang jauh lebih lirih.“HAMIL?” Kali ini Kenzi tidak mampu menyembunyikan r