Home / Romansa / Kemilau Senja / Pindah ke Rumah Suami

Share

Pindah ke Rumah Suami

last update Last Updated: 2021-09-07 19:41:05

Setelah sarapan pagi, kami pun bergegas untuk segera berangkat ke rumah Mas Nando yang ada di Jakarta, takut di jalan terjebak macet, jadi kami memutuskan untuk berangkat pagi.

Aku pun pamit dan menyalami ayah dan ibu angkatku serta Paman Sam,

"Ayah, Ibu, Nandini pamit tinggal di rumah Mas Nando ya," ucapku sembari menyalami mereka.

Mas Nando pun melakukan hal yang sama denganku

"Iya, Nandini. Hati-hati, Nak. Ibu akan selalu berdoa semoga keberkahan selalu tercurahkan di kehidupan rumah tangga kalian," ucap Ibu sembari memelukku erat.

"Iya, Ibu. Terima kasih banyak, Ibu telah menyayangiku, nandini pasti akan merindukan Ibu."

"Iya, Nak. Ibu juga pasti akan selalu merindukan kamu, seringlah datang ke sini untuk sekadar mengunjungi kami ya, Nak, ajaklah suamimu untuk ikut serta," ucap Ibu sembari membelai hijab yang kukenakan.

"Iya, Bu itu pasti, saya pasti mengizinkan Nandini untuk sering ke mari, bahkan saya yang akan mengantarnya saat Nandini merindukan kalian," sahut Mas Nando yang menjawab ucapan ibu. Benarkah begitu atau ini hanya sandiwaranya. Entahlah aku tidak ingin larut memikirkan hal itu.

"Paman Sam, Nandini pamit ya, Nandini pasti juga akan merindukan Paman," ucapku sembari mengulurkan tanganku bersalaman dengan Paman Sam.

"Iya, Nandini. Kamu jadi istri yang nurut ya, jangan membantah apa pun perintah suamimu, asalkan itu perintah yang sesuai dengan syari'at," ujar Paman Sam menasihatiku.

"Iya, Paman, terima kasih ya. Nandini pasti juga akan rindu dengan bubur ayam buatan Bibi," ucapku dengan lembut sembari tersenyum mengingat pasti aku akan rindu masakan ibu dan bubur ayam buatan bibi. 

"Kamu ini, kalau rindu ya kamu bisa datang ke rumah Paman, pasti Bibi kamu akan siap membuatkan bubur ayam kesukaanmu itu," ujar Paman sembari tersenyum lebar.

"Iya, Paman Sam, insyaallah Nandini akan sering mengunjungi Paman di rumah," ucapku dengan tersenyum semringah.

"Nak Nando, jaga putri Ayah baik-baik ya, jangan sakiti putri Ayah," ujar Ayah yang berharap Mas Nando bisa memperlakukanku dengan baik.

"Iya, Ayah, pasti Nando jagain Nandini dengan sebaik mungkin, Nando juga tidak akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti hati Nandini. Nando pamit membawa Nandini  tinggal di rumah Nando ya Ayah," ucap Mas Nando. Entah apa perkataannya itu dari hati ataukah hanya pelengkap sandiwaranya saja.

"Iya, Ayah nitip Nandini ya, Nak Nando," ujar Ayah sembari mengusap air matanya. Aku tahu ayah pasti berat melepasku untuk tinggal bersama Mas Nando.

"Baik, Ayah. ya sudah Nando sama Nandini berangkat dulu ya Ayah, Ibu, Paman Sam. Assalamualaikum ...."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

Kami pun memasuki mobil milik Mas Nando yang sudah terparkir di depan rumah, sembari melambaikan tangan ke arah keluargaku. Aku pun terdiam, begitu juga dengan Mas Nando yang tidak mengucapkan sepatah kata pun. 

Selama perjalanan menuju rumah Mas Nando pun kami hanyut dalam diam, hanya terdengar suara musik yang sedang Mas Nando putar.

Sesampai di Rumah Mas Nando, aku langsung merebahkan diriku di atas sofa, Bi Inah pun menyodorkan minuman untukku.

"Terima kasih banyak ya, Bi," ucapku lembut.

"Iya, sama-sama Non," jawab Bi Inah singkat sembari kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Sementara itu Mas Nando yang duduk di sebelahku. Namun, agak menjauh, memandang ke langit-langit rumah sembari mendesah, apa yang sedang ia pikirkan.

"Oh ya, Nandini. Nanti kamu minta bantuan Bi Inah saja ya, untuk membawa semua barang bawaan kamu ini ke dalam, tadi aku sudah bilang Bi Inah untuk memasukkan barang-barang bawaan kamu ini ke kamar yang akan kamu tempati," ujar Mas Nando sembari beranjak berdiri.

"Iya, Mas, memangnya Mas Nando mau pergi ke mana?" tanyaku penasaran.

"Masa baru saja sampai rumah sudah mau pergi lagi," gerutuku dalam hati.

"Ada urusan sebentar di luar, saya akan segera kembali, kamu nanti langsung istirahat saja dan jangan lupa makan, kamu bisa minta tolong Bi Inah untuk membuatkan makanan kesukaan kamu, anggap saja rumah ini seperti rumah kamu sendiri ya. Saya pergi dulu. Assalamu'alaikum," ujar Mas Aldo yang langsung melangkahkan kakinya ke luar rumah.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati, Mas."

Aku pun menanyakan letak kamarku ke Bi Inah dan Bi Inah pun dengan sigap langsung menunjukkan letak kamarku dan membantuku membawa barangku yang cukup banyak ini.

"Terima kasih banyak ya, Bi. Sudah bersedia membantu saya memasukkan barang-barang saya ini ke kamar," ucapku dengan lembut.

"Iya, sama-sama Non," ucap Bi Inah.

"Bi, tunggu sebentar,"  ucapku mencegah Bi Inah yang telah melangkahkan kakinya untuk ke luar dari kamar.

"Iya, ada yang bisa Bibi bantu lagi Non?" tanya Bi Inah.

"Jangan panggil saya dengan sebutan Non, ya, Bi. Panggil saja saya Nandini  atau bisa juga Mbak Nandini," ucapku dengan lembut, enggan diriku dipanggil dengan sebutan yang asing kudengar. Aku tidak terbiasa dengan panggilan itu.

"Baik Mbak Nandini, kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk memanggil Bi Inah ya, selamat istirahat ya."

"Iya, Bi, terima kasih ya sudah membantu," ucapku dengan lembut.

"Iya, sama-sama Mbak, Bi Inah lanjutin pekerjaaan Bi Inah dulu ya, Mbak, nanti kalau Mbak nandini merasa lapar tinggal panggil saja Bi Inah ya," ucap Bi Inah seraya pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Iya, Bi, sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya."

"Iya sama-sama," ucap Bi Inah sembari meninggalkanku sendirian di kamar yang cukup besar ini.

Aku pun mengemasi semua barangku dan menatanya rapi, memasukkan semua pakaianku ke dalam lemari yang cukup besar.

Setelah itu aku bergegas mandi, salat Dhuhur baru istirahat.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 16.00 sore. Aku pun bergegas bangun untuk mandi dan salat Ashar, setelah itu aku ke luar kamar untuk ke dapur, karena perutku sudah mulai lapar.

Aku pun berjalan menuju dapur, kumencari letak dapur, kucoba perhatikan sekeliling, dan kulihat suatu pemandangan yang membuat hatiku terasa nyeri sekali, kudapati Mas Nando duduk berdekatan sembari berpelukan dan sesekali kulihat Mas Nando mencium pipi wanita itu, hatiku terasa sakit sekali.

Wanita itu pasti Alesha, kenapa Mas Nando mengajak Alesha ke rumah, hatiku seketika itu hancur lebur berubah menjadi kepingan-kepingan yang tak ternilai harganya. Hatiku sakit melihat mereka bersama.

Padahal hari ini pertama kali memasuki tempat tinggal Mas Nando, tetapi dia tidak memperlakukanku dengan baik, bahkan dia sekarang malah tengah asyik bermesraan dengan wanita lain di depanku. Mas Nando sungguh sangat keterlaluan, aku merasa tidak terima diperlakukan seperti ini.

Bi Inah yang melihatku termenung pun mencoba mendekatiku.

"Mba Nandini," ucap Bi Inah dengan lembut mengagetkan lamunanku.

"Iya Bi," jawabku dengan nada bicara yang penuh dengan kesedihan.

"Mbak Nandini mau makan, pasti sudah lapar 'kan?" tanya Bi Inah sembari menawarkan diriku untuk makan.

"Tidak Bi, rasanya sudah tidak lapar lagi," ucapku dengan lembut sembari menahan air mata yang seakan ingin segera keluar.

Tadi memang aku lapar, tapi melihat Mas Nando bersama Alesha membuat perutku sudah tidak merasakan rasa lapar lagi, hanya kesedihan yang mendalam lah yang kini tengah aku rasakan. Hatiku bagai dihujam tombak yang tepat mengenai sanubariku.

Nafsu makan pun jadi hilang. Aku pun memutuskan untuk kembali ke kamar, untuk apa aku masih berada di sini melihat mereka pamer kemesraan.

"Aku ke kamar dulu ya, Bi," ucapku sembari beranjak kembali ke kamar.

"Loh Mba Nandini tidak jadi makan?" tanya Bi Inah yang mengerti akan kesedihan yang melanda hatiku.

"Tidak Bi, nanti saja," jawabku singkat sembari mempercepat langkahku kembali ke kamar.

Related chapters

  • Kemilau Senja    Perhatian Annisa

    Di dalam kamar air mata ini pun terasa tumpah, hatiku benar-benar hancur, mungkin tidak akan seperti ini rasanya, jika aku tidak mencintai Mas Nando, tapi aku mencintai suamiku, entah kapan cinta ini mulai tumbuh dan bersemi di hatiku aku pun tidak tau hal itu. mungkin saja saat ijab qobul terucap, ataukah karena semalam di perlakukan dengan baik oleh Mas Nando. atau bisa jadi karena senyumannya. entahlah apa yg membuatku bisa mencintai suamiku.Yang pasti saat ini aku benar - benar kecewa dengan perilaku Mas Nando. Dia tidak menghargaiku sama sekali. bahkan pertama kali aku masuk rumah ini pun harga diriku merasa diinjak-injak dengan ulahnya yang membawa perempuan itu kerumahnya, padahal di sini ada aku. Dia anggap apa aku ini.Mas Nando sama sekali tidak bisa menjaga perasaanku, untuk apa aku tinggal di sini, untuk melihat mereka yang pamer kemesraan. Aku harus pergi dari sini, tapi aku akan pergi ke mana? kembali ke rumah Ayah, itu tidak mungkin. Masalah ini akan me

    Last Updated : 2021-10-16
  • Kemilau Senja    Menahan Lapar Demi Harga Diri

    "Aku kangen sama kamu Nis.""Iya sama Kei, aku juga udah ngerasa kangen aja nih sama kamu, bisa nggak kalau kita besok ketemu?" ujar Annisa mengajakku ketemuan. Ya, mungkin dengan bertemu Annisa bisa membuatku kembali bersemangat."Ketemu di mana Nis?" tanyaku."Ya, di tempat biasa aja, kamu bisa 'kan. Mas Nando tidak mengekang kamu 'kan Nandini?" ucap Annisa yang khawatir Mas Aldo melarangku pergi bertemu Annisa."Tidak kok, Nis. Mas Nando tidak akan melarangku untuk bertemu dengan siapa pun, apalagi 'kan dia tau kalau kamu sahabat terbaikku, ya pasti dizinkan," ujarku mencoba menjelaskan, agar Annisa tidak curiga dengan Mas Nando."Bagus deh kalau gitu, berarti kita bisa ketemu kapan aja dong ya," ucap Annisa yang kelihatan sangat gembira, aku dan Annisa akan segera bertemu lagi."Iya Nis, itu pasti," ucapku dengan lembut."Oke deh, Nandini, besok aku tu

    Last Updated : 2021-10-17
  • Kemilau Senja    Perubahan Sikap Mas Nando

    Sampai pada suatu pagi, dimana langit cerah, matahari pun menampakkan senyumnya.Aku yang duduk di tepi ranjang masih terasa enggan untuk keluar kamar. malas sekali rasanya kalau aku harus bertemu dengan Mas Nando pagi ini, membuat moodku yang tadinya sudah terkondisikan, bisa membuat mood kembali hancur.Terdengar suara Bi Inah yang mengetuk pintu dan memanggilku untuk sarapan pagi, aku pun masih enggan membuka pintu itu, pasti di bawah sana ada Mas Nando yang tengah menungguku, kekesalanku saja belum hilang. aku harus tenangin dulu hatiku. baru siap menemuinya.Terpaksa aku hiraukan panggilan dari Bi Inah. Namun, aku tetap berbicara dengannya."Iya, Bi, Nandini lagi nggak pengen keluar, nanti saja, bilang aja ke Mas Nando kalau Nandini masih males makan," ujarku masih di dalam kamar tanpa membukakan pintu."Jangan begitu, Mbak Nandini harus makan walaupun sedikit, 'kan Mbak Nandini sejak kemarin siang belum makan, nanti bisa sakit perutnya,

    Last Updated : 2021-10-19
  • Kemilau Senja    Curhat Dengan Annisa

    Hati yang mulai kembali membaik. Hatiku yang mulai merasa tenang, aku pun bersiap untuk pergi bertemu sahabatku Annisa, di sebuah restoran seefood tempat favorit kami, restoran Star Food yang menjadi pilihan kami sejak 5 tahun ini, bukan hanya karena harganya yang terjangkau. Namun, juga makanan di sana sangat enak, tempatnya juga sangat nyaman, terkadang mereka juga mengadakan diskon yang pasti banyak diminati oleh pengunjung.Aku pun berpamitan dulu dengan Bi Inah. "Bi, saya keluar dulu menemui teman saya, nanti juga sekalian mau mampir ke rumah orang tua saya, kemungkinan saya akan kembali ke rumah sore hari," ujarku dengan lembut seraya melempar senyum ke arah Bi Inah yang sedang mencuci piring."Iya, Mba, hati-hati ya, Mba Nandini naik apa kesananya?" tanya Bi Inah."Naik Grab car saja, Bi, saya sudah memesannya barusan," ucapku dengan lembut."Oh begitu, Mbak Nandini hati-hati ya.""Oh ya, mau dimasakin apa buat nanti makan malam Mbak?" tanya

    Last Updated : 2021-10-19
  • Kemilau Senja    Ide Terbaik

    "Gimana Nandini, sudah siap buat cerita?" tanya Annisa. "Iya, Nis. Aku memang harus siap menceritakan masalahku ini ke kamu," ucapku dengan nada sedih. "Iya jangan dipendam sendiri, Nandini, siapa tau saja aku bisa bantu kamu selesaikan masalah yang sedang kamu hadapin itu," ujar Annisa. "Iya, Nis. Makasih ya, kamu selalu bisa membuatku sedikit lebih tenang," ucapku "Iya, Nandini. Kita ini bukan sekadar sahabat, tapi kamu sudah aku anggap sebagai saudaraku, jadi masalah yang sedang kamu hadapi itu juga masalahku, sedangkan kebahagiaan yang kamu rasakan itu juga kebahagiaan yang aku rasakan. Aku nggak bisa lihat kamu sedih, Nandini. Kamu ini kan pengantin baru, seharusnya kamu bahagia, bukan malah sedih kayak gini," ucap Annisa yang mampu membuat hatiku sedikit lebih tenang. "Iya, Nis." "Apa kamu sedang bertengkar dengan Mas Nando, Nandini?" tanya Annisa. "Iya, Nis," jawabku dengan tertunduk, berusaha menata hati agar tidak samp

    Last Updated : 2021-10-21
  • Kemilau Senja    Berkunjung ke Rumah Ayah

    "Maksud kamu, aku harus perhatian gitu ke Mas Nando?""Iyalah, Keisya. Kamu masakin makanan kesukaan dia, atau kamu bisa rebusin air hangat untuk mandi saat dia pulang kerja, atau kamu cuci pakaiannya, memasangkan dasi, mengambilkan semua keperluannya saat kerja. hal sepele yang kamu lakukan itu pasti bisa meluluhkan hati suami kamu.""Apa kamu yakin hati Mas Nando bisa luluh, hanya karena diperhatikan seperti itu?" tanyaku sedikit ragu."Ya bisalah, asalkan kamu melakukannya dengan ikhlas." ujar Annisa mencoba meyakinkanku."Iya, Nis, kamu benar. Memang itulah yang seharusnya aku lakukan, tapi Mas Nando telah membuat kesepakatan, kalau aku dan dia akan terus menjadi seperti orang asing yang tidak saling kenal. Aku urusin keperluan dan kebutuhanku sendiri, begitu juga dengan dia. dan aku pun tidak berhak ikut campur urusan pribadinya," ucapku menjelaskan keraguanku tadi."Sudahlah, jangan mikirin kesepakatan, lagian 'kan Mas Nando yang membuat kese

    Last Updated : 2021-10-21
  • Kemilau Senja    Suamiku Mencintai Mantan Pacarnya

    Sesampai di rumah aku memberi salam dan tidak ada yang menjawabnya, mungkin Bi Inah sedang sibuk di belakang. Aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur, sembari memikirkan lagi tentang saran dari Annisa tadi.Apakah aku harus mengikuti saran dari Annisa dan mengabaikan semua kesepakatan yang dibuat oleh suamiku, ataukah aku harus tetap menuruti kesepakatan itu?"Kamu peduli padaku, tapi mencintai wanita lain."Mas Nando terlihat sangat memperdulikan aku, yang kulihat tiada kebencian yang dia rasakan. aku paham perasaanya, meski ego ini seakan menolak kebenaran yang nampak di mataku.Aku bingung dengan semua pikiran yang semakin membuatku kacau, ketakutan dan kegelisahan sering menghampiriku.Kali ini aku tidak akan tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu yang membuat Mas Nando bisa melihatku yang sungguh-sungguh mencintainya. Aku pikirkan, aku cerna kembali setiap perkataan dan saran dari Annisa. Aku pikir saran

    Last Updated : 2021-10-22
  • Kemilau Senja    Kelepasan Bermesraan

    Aku hanya bisa diam, tak kusadari air mata ini pun terjatuh dan Mas Nando mengetahui hal itu, aku langsung mengusap air mataku. Saat aku mulai mengarahkan telapak tanganku tiba-tiba Mas Nando menghentikan tanganku lalu ia turunkan tangan ini di pangkuanku. Ia mengusap air mataku yang jatuh dengan tangannya, ia sapu lembut sampai tak tersisa lagi bekas air mata ini."Nandini, kenapa kamu menangis?" tanya Mas Nando lembut.Aku masih terdiam."Apa ada perkataanku yang melukai hatimu?" tanya Mas Nando sembari menatapku dengan lembut.Aku hanya menggelengkan kepala."Ngomong dong Kei, jangan buat aku khawatir, aku baru pulang kerja, aku kan juga ingin saat aku pulang kerja istriku bisa memanjakanku," ucapnya lembut sembari mengecup keningku.Mas Nando selalu bisa menenangkan hatiku saat dirinya menyakitiku. Bagaimana mungkin aku bisa membencinya. Sementara perlakuannya begitu manis di saat peduli dan mengkhawatirkanku, tapi dia terus saja membang

    Last Updated : 2021-10-22

Latest chapter

  • Kemilau Senja    Suamiku Lebih Mementingkan Aleesha

    Makanannya telah ia habiskan,aku menuangkan air minum di gelas dan aku berikan padanya."Ini Mas, minumnya.""Iya, makasih ya, sayang, kamu sudah melayaniku dengan baik," ujarnya sembari menerima segelas air minum dari tanganku."Iya, sama-sama, Mas. Meski rumah tangga kita tidak bisa berjalan dengan lama, setidaknya aku bisa membuat Mas Nando bahagia bersamaku, itu sudah cukup membuatku puas kok, Mas," jawabku dengan menunduk."Iya, makasih ya, Nandini. Maaf kalau aku belum bisa bahagiain kamu. Saat ini belum bisa mencintai kamu, tapi entah dengan perhatian kamu selanjutnya, mungkin saja bisa membuat hatiku luluh," ujar Mas Nando sembari menatapku lembut dan memberikan senyuman manisnya.Berarti aku masih ada kesempatan untuk memenangkan hatinya karena Mas Nando sendiri yang telah memberikan aku kesempatan itu."Aku akan pergunakan kesempatan itu dengan baik, Mas," jawabku sembari tersenyum manis."Iya Nandini.""Mana tadi kat

  • Kemilau Senja    Soto Betawi Menghangatkan Suasana

    "Sudah azan Maghrib nih, Bi, sholat dulu yuk.""Iya Mba Nandini, ini Bibi juga mau ambil air wudu."Aku telah selesai menyetrika pakaian, sambil ngobrol nggak terasa capeknya. Aku pun bergegas mengambil air wudu dan menjalankan ibadah salat Maghrib, dilanjut dengan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, sejak masalah menghampiriku aku tidak fokus untuk memuroja'ah hafalan. Sekarang aku ingin lebih fokus lagi untuk muroja'ah hafalanku, agar tidak terlupa.Setelah salat dan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, aku bersiap untuk memasak makan malam. Mas Nando pasti suka aku masakin soto betawi, pulang kerja pasti dia belum sempat makan. Aku beinisitif untuk membuatkan soto betawi yang super lezat. Khusus untuk suamiku.Aku memasaknya sendiri, sebenarnya sih Bi Inah ingin membantuku tapi aku mencegahnya. Ini saatnya aku melaksanakan tugas-tugasku sebagai istri yang baik. Karena sejak masalah ini menghampiriku aku merasa aku belum melakukan tugasku sebagai seorang istri, yaitu

  • Kemilau Senja    Bi Inah Membongkar Semua Rahasia

    Tugas mengajar hari ini telah terselesaikan. Aku mencoba mengubungi Mas Nando. Ya, barangkali suamiku mau menjemputku, tapi lagi-lagi tidak diangkat olehnya. Aku pun mengirimkan pesan whatsapp.[Mas, aku akan pulang bersama Mas Aditia ya, aku harap kamu tidak marah padaku] isi pesan dariku.Aku langsung menghubungi Mas Aditia, dan langsung saja tersambung, memang orang ini selalu sigap jika aku membutuhkan bantuannya."Assalamualaikum Mas Aditia.""Wa'alaikumussalam, Iya, Mbak Nandini.""Bisa jemput saya sekarang, Mas?""Bisa kok Mbak, segera meluncur.""Baiklah, terima kasih banyak ya* Mas Aditia, saya tunggu di dekat gerbang kampus," ujarku."Iya sama-sama, Mbak Nandini, ini saya langsung meluncur ke sana.""Iya Mas Aditia, hati-hati ya. "Wassalamu'alaikum.""Iya, Mbak Nandini. Wa'alaikumussalam."Aku pun menutup teleponnya dan berjalan ke dekat gerbang kampus untuk menunggu Mas Aditia di sana.

  • Kemilau Senja    Sulit Untuk Berbohong

    "Tenang, Nandini. Kamu harus tetap semangat, alihkan dulu masalah yang membebani pikiran, konsentrasilah untuk mengajar," gumamku dalam hati, menyemangati diriku yang mulai down."Assalamualaikum Naharukis sa'id thalibul ilmi." Aku mengucapkan salam kepada para Mahasiswa."Wa'alaikumussalam, said mubarok Ustazah, Nandini." Mereka menjawab salamku dengan serempak, seperti biasanya."Kayfa halukuma?" Aku menanyakan kabar mereka."Alhamdulillah ala kulli hal.""Kayfa haluk Ustazah Nandini?" tanya salah satu mahasiswi yang bernama Zakia."Alhamdulillah ana bi khoir," jawabku sembari melempar senyum manis."Sudah bisa kita mulai proses belajarnya?" ujarku menanyakan kesiapan mereka."Sudah siap, Ustazah." Mereka menjawabnya dengan serempak."Baiklah mari kita mulai proses belajarnya hari ini kita awali dengan bacaan basmalahya.""Bismillahirrohmanirrohim ... selanjutnya kita berdoa agar diberikan ilmu yang berman

  • Kemilau Senja    Kembali Mengajar

    Aku masuk ke ruang kerjaku. Di ruangan itu telah banyak dosen yang sudah datang. Ya, memang aku agak kesiangan, biasanya aku selalu datang lebih dulu dari mereka semua. Aku yang datang kesiangan pun menjadi bahan candaan mereka. Ya, maklum aku 'kan pengantin baru."Assalamualaikum." Aku masuk ke ruang kerjaku dengan mengucapkan salam."Wa'alaikumussalam." Para dosen menjawab salam dengan serempak.Mereka semua langsung saja menatapku, aku yang berdiri di antara tatapan mereka pun menjadi sangat malu, bagaikan aku ini seorang artis saja yang penuh sorotan dan tatapan penggemar."Eheeemm, pengantin baru sudah mulai masuk kerja nih?" goda salah satu rekan kerjaku yang bernama Bu Yulistya,"Iya, nih, apa jangan-jangan maksain kerja nih," sahut Pak Nawawi dosen paling Killer di sini, tetapi kali ini malah bisa bercanda."Nandini, kamu minta perpanjang cuti kerja juga pasti dibolehin kok, mengingat pasti lagi asyik-asyiknya menikmati b

  • Kemilau Senja    Gagal Ngambek

    "Jika kau akan pergi, mengapa kau datang, jika aku mencintaimu apakah itu salahku?"***Keesokan harinya, aku sengaja tidak ke luar kamar terlebih dahulu, hari ini aku bersiap untuk mengajar, aku sudah rindu dengan para mahasiswi, aku berangkat kerja akan tetap meminta tolong Mas Aditia untuk mengantar.Keegoisan Mas Nando sungguh tidak wajar, dia terlalu posesif, tak seharusnya dia cemburu dengan Mas Aditia, dia tidak mencintaiku kenapa dia harus cemburu? Aneh bukan?Aku masih menunggu di kamar, aku tidak akan keluar dari kamar sebelum Mas Nando berangkat kerja. Aku malas untuk membahas hal yang sama, yang bisa membuat moodku hilang, aku harus semangat lagi untuk mengajar, harus fokus. Jangan karena masalah ini membuatku jadi sulit berkonsentrasi penuh pada pekerjaanku. Aku harus kembali bersemangat, demi masa depanku dan kebahagiaanku sendiri. Apa aku egois? Aku rasa tidak.Terdengar suara langkah kaki seperti sedang berjalan ke arah

  • Kemilau Senja    Mas Nando Egois

    Belum sempat aku masuk ke rumah, Mas Nando tiba-tiba menghampiriku di luar yang masih ngobrol dengan Mas Aditia."Nandini, kamu sudah pulang sayang?" ucapnya sembari merangkul pundakku."Iya sudah kok, Mas.""Eh lo rupanya, Dit?" tanya Mas Nando yang kaget melihat Mas Aditia yang mengantarku pulang."Iya, Mas Nando," jawab Mas Aditia sembari membuka mobilnya lalu ke luar dari mobil."Nandini, kamu kok diantar pulang sama nih anak?" tanya Mas Nando sembari menatapku sinis, sepertinya dia marah."Iya, Mas. Mas Aditia ini kan sopir grab car," jawabku sembari tetap tersenyum padanya."Oh jadi lo sekarang jadi sopir grab car, Dit?" tanya Mas Nando pada Mas Aditia.Aku heran, mereka 'kan tetangga, Mas Aditia aja kenal baik, bahkan tahu semua tentang Mas Nando, tetapi Mas Nando malah tidak tahu kalau Mas Aditia kerjanya jadi sopir grab car, kan aneh aja gitu."Iya, Mas," jawab Mas Aditia singkat dan eksresinya agak gugup.

  • Kemilau Senja    Belanja ke Pasar

    Diteras kulihat Mas Aditia tengah duduk di kursi yang semalam dia tempati buat tidur."Assalamualaikum Mbak Nandini.""Wa'alaikumussalam warahmatullah. Sudah sedari tadi di sini ya, Mas?""Barusan kok, Mbak. Oh ya, ini bubur ayamnya, saya belikan dua, barangkali Mba Nandini suka nanti bisa nambah lagi.""Makasih ya, Mas, jadi ngerepotin," ucapku dengan lembut"Iya sama-sama* Mbak, nggak ngrepotin kok.""Mas Aditia nanti bisa antar saya ke pasar sebentar untuk membeli keperluan memasak, sudah habis semua.""Bisa kok, Mbak, sekarang?""Saya mau sarapan dulu, Mas, nanti saya hubungi kalau sudah siap berangkat""Oh baik, Mbak. Saya permisi pulang ya, mau sarapan juga sekalian mau cuci mobil dulu, " ujar Mas Aditia yg pamit pulang."Iya, Mas. Hati-hati, sekali lagi makasih ya, buburnya.""Iya dihabiskan ya!"Aku mengangguk."Ya sudah, Mbak. Saya pulang dulu. Assalamualaikum.

  • Kemilau Senja    Perhatian Mas Aditia

    Pagi yang cerah, aku Nandini, aku akan membuat suamiku sadar betapa berartinya diriku."Aku akan membuat kamu lupa dengan masa lalu kamu yang pahit itu Mas Nando," gumamku dalam hati."Astagfirullah, aku sampai lupa, bukankah tadi malam Mas Aditia telah menolongku, dan tidur di teras," gerutuku.Aku pun bergegas ke luar rumah untuk melihat apakah Mas aditia masih berada di sana ataukah sudah kembali ke indekos.Aku ke luar rumah, tidak ada siapa pun di sana, bantal dan selimut masih ada di kursi, lalu di mana Mas Aditia?"Mbak Nandini sudah bangun?" tanya Mas aditia menghampiriku."Iya, sudah sejak Subuh tadi, Mas, Mas Aditia dari mana?""Oh ini loh, Mbak, tadi itu saya pulang dulu, untuk sholat Subuh di masjid, karena saya masih ngantuk ketiduran deh di kamar indekos, bangun tidur saya inget, kalau saya pulang tadi belum pamit sama Mbak Nandini, saya berpikir pasti Mbak Nandini nyariin, makanya saya ke sini lagi Mbak," ujar Mas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status