Home / Romansa / Kemilau Senja / Kehangatan Keluarga

Share

Kehangatan Keluarga

last update Last Updated: 2021-09-07 19:40:32

Ibu Kurnia hamil anak pertamanya, saat aku berusia 9 Tahun, aku yang tengah tinggal selama 2 tahun dengan keluarga baruku itu.

 

Aku bahagia sekali memiliki seorang adik, akhirnya keluarga kami pun terlihat sangat lengkap. anak pertama mereka adalah Putri Intan Pramesti. Adik yang selalu membuatku bangga karena prestasi yang sering ia raih. Kini Putri telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, bahkan menurutku dia lebih cantik dariku.

Usia Putri saat ini menginjak usia 18 tahun, yang saat ini tengah melanjutkan pendidikannya Di SMAN 29 Jakarta. Dia tumbuh menjadi remaja yang sangat pandai dan mulai suka dandan, ya memang karena dia itu cantik. Namun, kecantikan itu tak membuatnya menjadi gadis yang sombong.

Saat Putri berusia 3 tahun, Ibu Kurnia Hamil lagi anak ke duanya, yang diberi nama Faizal Nauval Rahardi, Faizal yang memang hanya terpaut 3 tahun dengan Putri, kini seperti mereka ini sepantaran.

Faizal menginjak pendidikan SMP, dia memilih SMP Negeri 30 Jakarta untuk menjadikan tempatnya dalam menuntut ilmu. Itu semua  karena Faizal terlihat lebih tinggi juga lebih dewasa, bahkan saat mereka jalan berdua pun banyak orang yang mengira kalau mereka itu pacaran, padahal mereka adalah kakak beradik, hal itulah yang sering membuat Faizal malu untuk jalan bareng kakaknya.

Dan anak ragil mereka adalah si mungil Ayu Nania Nanda Pramesti. Dia juga cantik, dan anggun, yang kini masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiah Nurul Islam Jakarta Selatan, yang juga Mondok Di Pondok Pesantren Islam Al - Azhar yang terletak Di Jakarta Selatan juga. Dialah yang mengikuti jejakku untuk memperdalam ilmu agama dan juga anak ayah yang paling dekat denganku.

Mereka semua memang sangat dekat denganku, tapi yang lebih ingin selalu aku manja adalah Ayu, terlebih karakternya juga mirip denganku, jadi kami selalu merasa cocok.

Pak Rahardi 'ayah angkatku.' Beliau bekerja di perkebunan milik pribadi warisan dari kedua orang tuanya yang beliau kelola dengan adik beliau, aku memanggilnya Paman Sam. Namanya adalah Sampurnawan Adji Wijaya, panggilan akrabnya adalah Paman Sam.

Paman Sam juga sangat menyayangiku, beliau menganggapku seperti anaknya sendiri, setiap pagi Paman Sam selalu membawakanku bubur ayam buatan Bibi Murni, bubur itu sangatlah lezat, yang nantinya bubur itu pasti akan sangat kurindukan.

Sedangkan Ibu Kurnia 'ibu angkatku' beliau seorang ibu rumah tangga yang pandai memasak, masakannya selalu enak, rasanya itu seperti masakan di restoran terkenal yang ada di Jakarta, yang harganya bahkan bisa menguras isi dompetku sampai habis, tapi tidak demikian, karena aku lebih suka masak sendiri. Lebih hemat dan pastinya sangatlah menggugah selera.

Diriku sendiri, aku adalah Alumni Mahasiswi S2 Di Universitas Paramadina jurusan Magister Ilmu Agama Islam yang terletak di Jakarta selatan juga, aku memutuskan untuk kuliah di situ karena ingin memantau pergaulan Ayu, aku merasa kasihan jika Ayu tinggal di luar kota seorang diri, meski tinggal di pondok pesantren yang sudah terjamin keamanannya. Namun, aku masih saja khawatir, ya karena tempat tinggal keluarga kami di Tangerang Selatan, jadi kami dulu pun memutuskan untuk pulang ke rumah dalam sebulan sekali, itu pun sudah sangat menahan rindu.

Itulah sedikit cerita tentang keluargaku. Keluarga yang selalu ingin aku junjung martabatnya dan aku sama sekali tidak ingin mengecewakan mereka yang telah menyayangi dan berusaha menerimaku di keluarga mereka. Karena mencoba untuk menerimaku itu tidak mudah bukan.

 

----------------

 

Pagi ini aku ingin sekali memakan bubur ayam buatan Bibi, aku pun melihat sekeliling jalan barangkali Paman Sam ke sini untuk membawakan bubur ayam kesukaanku itu, ternyata benar, Paman Sam mengendarai mobil sedan berwarna abu pun mulai menyusuri halaman rumah. Aku segera menghampirinya.

"Assalamualaikum Paman Sam,” ucapku sembari mendekati Paman yang masih memarkirkan mobil sedannya itu di halaman rumah.

"Wa'alaikumussalam. Masyaallah pengantin baru, hari ini terlihat sangat ceria, pasti tadi malam kamu diperlakukan dengan sangat lembut ya oleh suamimu, Nak Nando?” ucap Paman Sam yang mulai menggodaku.

"Bicara apa sih Paman ini, Keisya itu ceria dan bahagia seperti ini, karena tengah merindukan bubur ayam buatan bibi. Bukan karena hal semalam, Paman bisa aja menggoda Nandini, " ucapku dengan senyuman agak kesal karena Paman Sam berusaha menggodaku.

"Ya, tidak masalah dong, kalau Paman menggoda pengantin baru, Paman juga pernah merasakan menjadi pengantin baru, betapa bahagianya Paman dulu bisa menggoda dan memperlakukan dengan lembut Bibi," ucap Paman Sam sembari tersenyum semringah.

Mungkin Paman Sam pikir aku bahagia dengan pernikahan ini, ya, di satu sisi memang aku bahagia, karena Mas Nando telah memperhatikan aku semalam, tapi di sisi lain juga aku harus kuat jika melihat Mas Nando bersama pacarnya Alesha.

"Loh kok malah murung sih, kenapa Nandini?" tanya Paman Sam, yang melihatku murung, mendengar candanya tadi.

"Enggak apa-apa kok, Paman Sam pasti ke sini membawakanku bubur ayam yang super lezat itu 'kan?" ucapku dengan senyum semringah, seperti anak kecil yang senang diberi ice cream.

"Iya, ini tadi Paman bawa bubur ayamnya agak banyak, ya sekarang kan ada orang baru di rumah, biar bisa ikut menikmati bubur buatan Bibi  ini juga, Nak Nando juga suka bubur ayam 'kan?" ujar Paman Sam sembari memberikan dua rantang bubur ayam.

Aku yang tidak tahu apa-apa tentang makanan yang disukai oleh Mas Nando pun hanya bisa tersenyum. Aku sebagai seorang istri harus mencoba mencari tahu apa pun yang berhubungan dengan suamiku, termasuk makanan favoritnya. Meski sepertinya Mas Nando tidak akan menyetujui hal itu, karena sebentar lagi kami akan terlihat seperti orang asing yang tidak saling kenal.

"Kok malah bengong, ya sudah, ayo kita masuk ke dalam rumah, pasti kamu juga sudah tidak sabar 'kan untuk segera memakan bubur ayam kesukaanmu ini," ujar Paman sembari mengajakku masuk ke rumah. Aku pun mempersiapkan sarapan untuk suami dan keluargaku

"Ini apa?" tanya Mas Nando saat melihat makanan yang tersuguh di meja makan.

"Oh ini,  bubur ayam buatan Bibi Murni, istrinya Paman Sam. Mas Nando cobain ya, enak loh buburnya, ini adalah makanan favoritku di pagi hari, Paman Sam selalu membawakannya untukku," jawabku dengan lembut dan senyum yang manis.

"Oh begitu, kelihatannya memang enak ya, bolehlah dicoba, tapi sedikit saja, karena saya tidak terbiasa makan makanan yang mengandung banyak karbo di pagi hari," ucapnya dengan senyuman yang sangat manis menurutku.

Ya, aku paham itu, pasti Mas Nando ingin menjaga agar tubuhnya tetap terbentuk sempurna, jadi sebisa mungkin ia hindari makanan yang mengandung banyak karbo di pagi hari, sangat beda denganku yang minus dalam menjaga penampilan. Aku lebih suka diriku terlihat apa adanya, dengan penuh kesederhanaan ini, aku sadar aku pasti sangat jauh di bawah Alesha pacar Mas Nando.

"Apakah mungkin suamiku bisa mencintai kesederhanaanku ini?" Kata-kata itulah yang saat ini terlintas di pikiranku.

"Baiklah,” ucapku dengan singkat sembari menaruh sedikit bubur di dalam mangkuk kecil yang langsung aku berikan ke tangan Mas Nando.

"Terima kasih," ucapnya dengan lembut sembari melempar senyum ke arahku, kuperhatikan senyuman itu semakin manis.

"Nak Nando, kok makan buburnya hanya sedikit?" tanya Paman Sam yang mendekati kami berdua.

"Nandini tambah lagi gih buburnya, masa cuma sedikit begitu, buburnya juga masih banyak, kalau kurang nanti Paman ambilkan lagi, tenang saja Bibi hari ini masak buburnya lebih banyak," ujar Paman yang menyuruhku menambahkan bubur ayam lagi ke mangkuk yang sedang dipegang Mas Nando.

"Tidak usah, Paman, nanti kalau saya menginginkannya lagi saya bisa ambil sendiri kok, khawatir kekenyangan, makanya saya hanya meminta buburnya sedikit," sahut Mas Nando sembari melempar senyum ke arah Paman Sam yang berdiri di dekatnya.

"Ya sudah kalau begitu, Nak Nando jangan merasa sungkan ya, anggap saja rumah ini seperti rumah Nak Nando sendiri, Karena Nak Nando sudah menjadi bagian dari keluarga kami, jadi jangan merasa sungkan, kalau ada masalah bisa langsung minta tolong ke Paman, Paman siap membantu," ujar Paman sembari menepuk pundak Mas Nando

"Iya, Paman, terima kasih banyak," ucap Mas Nando sambil memulai menyendok bubur Ayamnya.

"Iya sama - sama. Makan yang banyak Nak Nando, kalau perlu nambah lagi gak apa-apa, tidak  perlu sungkan,  itu buburnya juga masih banyak," ucap Paman sembari melangkah ke belakang rumah untuk menemui ayah yang sedang asyik mengurus tanaman yang ada di belakang rumah.

"Baik, Paman, nanti kalau masih lapar bisa nambah lagi," ucap Mas Nando sembari tersenyum tipis.

"Gimana Mas, enak buburnya?" tanyaku sembari melepaskan rasa canggung.

"Iya, lumayan enak kok, jadi kamu setiap pagi makan bubur ini?"

"Iya Mas," jawabku dengan singkat.

"Kamu tidak takut gemuk?" tanya Mas Nando menatapku heran. Mungkin ia pikir aku yang setiap pagi selalu makan banyak Karbo, tapi badanku tetap saja terlihat langsing.

"Kenapa harus takut Mas, asalkan rajin olahraga juga tidak akan gemuk kok," ucapku sembari menatapnya lembut.

"Iya, juga sih, tapi biasanya 'kan wanita itu selalu ribet soal urusan berat badan, dan cenderung ingin diet, seperti halnya Alesha, padahal menurut saya tubuhnya itu bagus, dia tinggi dengan tubuh yang cukup langsing. Namun, sedikit berisi."

"Menurut saya tubuhnya itu pas banget dengan tinggi badan yang dia miliki, tapi entah kenapa selalu saja dia ribet dengan postur tubuhnya dan seperti tidak percaya diri gitu, enggak seperti kamu gini yang selalu terlihat percaya diri, padahal menurut saya makanan yang kamu makan cukup banyak juga, tapi kok malah kamu sendiri tidak ribet dengan berat badan," ujar Mas Nando yang kata-katanya itu tiba-tiba membuat nafsu makanku hilang.

Padahal bubur ayam buatan Bibi yang sedari tadi ingin aku makan. Namun, kini nafsu makanku terasa hilang begitu saja, karena Mas Nando menyebut nama Alesha, wanita yang membuatku penasaran seperti apakah wanita yang dicintai oleh Mas Nando.

"Ya, bedalah, Mas, mungkin Mbak Alesha ingin selalu terlihat cantik dan menawan di hadapan semua orang, terutama kamu, Mas. Nah, sedangkan aku 'kan memang orangnya sederhana, aku hanya mencoba untuk selalu bersyukur dengan anugerah yang Allah berikan kepadaku, fisik yang bagus itu 'kan juga anugerah Mas," ucapku dengan mencoba tetap terlihat tenang, meski perkataan Mas Nando barusan cukup membuat hatiku merasa sedikit nyeri.

"Iya juga sih, kamu benar," ucap Mas Nando singkat sambil memperhatikanku. Aku pun tertunduk malu.

Related chapters

  • Kemilau Senja    Pindah ke Rumah Suami

    Setelah sarapan pagi, kami pun bergegas untuk segera berangkat ke rumah Mas Nando yang ada di Jakarta, takut di jalan terjebak macet, jadi kami memutuskan untuk berangkat pagi.Aku pun pamit dan menyalami ayah dan ibu angkatku serta Paman Sam,"Ayah, Ibu, Nandini pamit tinggal di rumah Mas Nando ya," ucapku sembari menyalami mereka.Mas Nando pun melakukan hal yang sama denganku"Iya, Nandini. Hati-hati, Nak. Ibu akan selalu berdoa semoga keberkahan selalu tercurahkan di kehidupan rumah tangga kalian," ucap Ibu sembari memelukku erat."Iya, Ibu. Terima kasih banyak, Ibu telah menyayangiku, nandini pasti akan merindukan Ibu.""Iya, Nak. Ibu juga pasti akan selalu merindukan kamu, seringlah datang ke sini untuk sekadar mengunjungi kami ya, Nak, ajaklah suamimu untuk ikut serta," ucap Ibu sembari membelai hijab yang kukenakan."Iya, Bu itu pasti, saya pasti mengizinkan Nandini untuk sering ke mari, bahkan saya yang akan mengantarnya saat

    Last Updated : 2021-09-07
  • Kemilau Senja    Perhatian Annisa

    Di dalam kamar air mata ini pun terasa tumpah, hatiku benar-benar hancur, mungkin tidak akan seperti ini rasanya, jika aku tidak mencintai Mas Nando, tapi aku mencintai suamiku, entah kapan cinta ini mulai tumbuh dan bersemi di hatiku aku pun tidak tau hal itu. mungkin saja saat ijab qobul terucap, ataukah karena semalam di perlakukan dengan baik oleh Mas Nando. atau bisa jadi karena senyumannya. entahlah apa yg membuatku bisa mencintai suamiku.Yang pasti saat ini aku benar - benar kecewa dengan perilaku Mas Nando. Dia tidak menghargaiku sama sekali. bahkan pertama kali aku masuk rumah ini pun harga diriku merasa diinjak-injak dengan ulahnya yang membawa perempuan itu kerumahnya, padahal di sini ada aku. Dia anggap apa aku ini.Mas Nando sama sekali tidak bisa menjaga perasaanku, untuk apa aku tinggal di sini, untuk melihat mereka yang pamer kemesraan. Aku harus pergi dari sini, tapi aku akan pergi ke mana? kembali ke rumah Ayah, itu tidak mungkin. Masalah ini akan me

    Last Updated : 2021-10-16
  • Kemilau Senja    Menahan Lapar Demi Harga Diri

    "Aku kangen sama kamu Nis.""Iya sama Kei, aku juga udah ngerasa kangen aja nih sama kamu, bisa nggak kalau kita besok ketemu?" ujar Annisa mengajakku ketemuan. Ya, mungkin dengan bertemu Annisa bisa membuatku kembali bersemangat."Ketemu di mana Nis?" tanyaku."Ya, di tempat biasa aja, kamu bisa 'kan. Mas Nando tidak mengekang kamu 'kan Nandini?" ucap Annisa yang khawatir Mas Aldo melarangku pergi bertemu Annisa."Tidak kok, Nis. Mas Nando tidak akan melarangku untuk bertemu dengan siapa pun, apalagi 'kan dia tau kalau kamu sahabat terbaikku, ya pasti dizinkan," ujarku mencoba menjelaskan, agar Annisa tidak curiga dengan Mas Nando."Bagus deh kalau gitu, berarti kita bisa ketemu kapan aja dong ya," ucap Annisa yang kelihatan sangat gembira, aku dan Annisa akan segera bertemu lagi."Iya Nis, itu pasti," ucapku dengan lembut."Oke deh, Nandini, besok aku tu

    Last Updated : 2021-10-17
  • Kemilau Senja    Perubahan Sikap Mas Nando

    Sampai pada suatu pagi, dimana langit cerah, matahari pun menampakkan senyumnya.Aku yang duduk di tepi ranjang masih terasa enggan untuk keluar kamar. malas sekali rasanya kalau aku harus bertemu dengan Mas Nando pagi ini, membuat moodku yang tadinya sudah terkondisikan, bisa membuat mood kembali hancur.Terdengar suara Bi Inah yang mengetuk pintu dan memanggilku untuk sarapan pagi, aku pun masih enggan membuka pintu itu, pasti di bawah sana ada Mas Nando yang tengah menungguku, kekesalanku saja belum hilang. aku harus tenangin dulu hatiku. baru siap menemuinya.Terpaksa aku hiraukan panggilan dari Bi Inah. Namun, aku tetap berbicara dengannya."Iya, Bi, Nandini lagi nggak pengen keluar, nanti saja, bilang aja ke Mas Nando kalau Nandini masih males makan," ujarku masih di dalam kamar tanpa membukakan pintu."Jangan begitu, Mbak Nandini harus makan walaupun sedikit, 'kan Mbak Nandini sejak kemarin siang belum makan, nanti bisa sakit perutnya,

    Last Updated : 2021-10-19
  • Kemilau Senja    Curhat Dengan Annisa

    Hati yang mulai kembali membaik. Hatiku yang mulai merasa tenang, aku pun bersiap untuk pergi bertemu sahabatku Annisa, di sebuah restoran seefood tempat favorit kami, restoran Star Food yang menjadi pilihan kami sejak 5 tahun ini, bukan hanya karena harganya yang terjangkau. Namun, juga makanan di sana sangat enak, tempatnya juga sangat nyaman, terkadang mereka juga mengadakan diskon yang pasti banyak diminati oleh pengunjung.Aku pun berpamitan dulu dengan Bi Inah. "Bi, saya keluar dulu menemui teman saya, nanti juga sekalian mau mampir ke rumah orang tua saya, kemungkinan saya akan kembali ke rumah sore hari," ujarku dengan lembut seraya melempar senyum ke arah Bi Inah yang sedang mencuci piring."Iya, Mba, hati-hati ya, Mba Nandini naik apa kesananya?" tanya Bi Inah."Naik Grab car saja, Bi, saya sudah memesannya barusan," ucapku dengan lembut."Oh begitu, Mbak Nandini hati-hati ya.""Oh ya, mau dimasakin apa buat nanti makan malam Mbak?" tanya

    Last Updated : 2021-10-19
  • Kemilau Senja    Ide Terbaik

    "Gimana Nandini, sudah siap buat cerita?" tanya Annisa. "Iya, Nis. Aku memang harus siap menceritakan masalahku ini ke kamu," ucapku dengan nada sedih. "Iya jangan dipendam sendiri, Nandini, siapa tau saja aku bisa bantu kamu selesaikan masalah yang sedang kamu hadapin itu," ujar Annisa. "Iya, Nis. Makasih ya, kamu selalu bisa membuatku sedikit lebih tenang," ucapku "Iya, Nandini. Kita ini bukan sekadar sahabat, tapi kamu sudah aku anggap sebagai saudaraku, jadi masalah yang sedang kamu hadapi itu juga masalahku, sedangkan kebahagiaan yang kamu rasakan itu juga kebahagiaan yang aku rasakan. Aku nggak bisa lihat kamu sedih, Nandini. Kamu ini kan pengantin baru, seharusnya kamu bahagia, bukan malah sedih kayak gini," ucap Annisa yang mampu membuat hatiku sedikit lebih tenang. "Iya, Nis." "Apa kamu sedang bertengkar dengan Mas Nando, Nandini?" tanya Annisa. "Iya, Nis," jawabku dengan tertunduk, berusaha menata hati agar tidak samp

    Last Updated : 2021-10-21
  • Kemilau Senja    Berkunjung ke Rumah Ayah

    "Maksud kamu, aku harus perhatian gitu ke Mas Nando?""Iyalah, Keisya. Kamu masakin makanan kesukaan dia, atau kamu bisa rebusin air hangat untuk mandi saat dia pulang kerja, atau kamu cuci pakaiannya, memasangkan dasi, mengambilkan semua keperluannya saat kerja. hal sepele yang kamu lakukan itu pasti bisa meluluhkan hati suami kamu.""Apa kamu yakin hati Mas Nando bisa luluh, hanya karena diperhatikan seperti itu?" tanyaku sedikit ragu."Ya bisalah, asalkan kamu melakukannya dengan ikhlas." ujar Annisa mencoba meyakinkanku."Iya, Nis, kamu benar. Memang itulah yang seharusnya aku lakukan, tapi Mas Nando telah membuat kesepakatan, kalau aku dan dia akan terus menjadi seperti orang asing yang tidak saling kenal. Aku urusin keperluan dan kebutuhanku sendiri, begitu juga dengan dia. dan aku pun tidak berhak ikut campur urusan pribadinya," ucapku menjelaskan keraguanku tadi."Sudahlah, jangan mikirin kesepakatan, lagian 'kan Mas Nando yang membuat kese

    Last Updated : 2021-10-21
  • Kemilau Senja    Suamiku Mencintai Mantan Pacarnya

    Sesampai di rumah aku memberi salam dan tidak ada yang menjawabnya, mungkin Bi Inah sedang sibuk di belakang. Aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur, sembari memikirkan lagi tentang saran dari Annisa tadi.Apakah aku harus mengikuti saran dari Annisa dan mengabaikan semua kesepakatan yang dibuat oleh suamiku, ataukah aku harus tetap menuruti kesepakatan itu?"Kamu peduli padaku, tapi mencintai wanita lain."Mas Nando terlihat sangat memperdulikan aku, yang kulihat tiada kebencian yang dia rasakan. aku paham perasaanya, meski ego ini seakan menolak kebenaran yang nampak di mataku.Aku bingung dengan semua pikiran yang semakin membuatku kacau, ketakutan dan kegelisahan sering menghampiriku.Kali ini aku tidak akan tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu yang membuat Mas Nando bisa melihatku yang sungguh-sungguh mencintainya. Aku pikirkan, aku cerna kembali setiap perkataan dan saran dari Annisa. Aku pikir saran

    Last Updated : 2021-10-22

Latest chapter

  • Kemilau Senja    Suamiku Lebih Mementingkan Aleesha

    Makanannya telah ia habiskan,aku menuangkan air minum di gelas dan aku berikan padanya."Ini Mas, minumnya.""Iya, makasih ya, sayang, kamu sudah melayaniku dengan baik," ujarnya sembari menerima segelas air minum dari tanganku."Iya, sama-sama, Mas. Meski rumah tangga kita tidak bisa berjalan dengan lama, setidaknya aku bisa membuat Mas Nando bahagia bersamaku, itu sudah cukup membuatku puas kok, Mas," jawabku dengan menunduk."Iya, makasih ya, Nandini. Maaf kalau aku belum bisa bahagiain kamu. Saat ini belum bisa mencintai kamu, tapi entah dengan perhatian kamu selanjutnya, mungkin saja bisa membuat hatiku luluh," ujar Mas Nando sembari menatapku lembut dan memberikan senyuman manisnya.Berarti aku masih ada kesempatan untuk memenangkan hatinya karena Mas Nando sendiri yang telah memberikan aku kesempatan itu."Aku akan pergunakan kesempatan itu dengan baik, Mas," jawabku sembari tersenyum manis."Iya Nandini.""Mana tadi kat

  • Kemilau Senja    Soto Betawi Menghangatkan Suasana

    "Sudah azan Maghrib nih, Bi, sholat dulu yuk.""Iya Mba Nandini, ini Bibi juga mau ambil air wudu."Aku telah selesai menyetrika pakaian, sambil ngobrol nggak terasa capeknya. Aku pun bergegas mengambil air wudu dan menjalankan ibadah salat Maghrib, dilanjut dengan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, sejak masalah menghampiriku aku tidak fokus untuk memuroja'ah hafalan. Sekarang aku ingin lebih fokus lagi untuk muroja'ah hafalanku, agar tidak terlupa.Setelah salat dan muroja'ah hafalan Al-Qur'an, aku bersiap untuk memasak makan malam. Mas Nando pasti suka aku masakin soto betawi, pulang kerja pasti dia belum sempat makan. Aku beinisitif untuk membuatkan soto betawi yang super lezat. Khusus untuk suamiku.Aku memasaknya sendiri, sebenarnya sih Bi Inah ingin membantuku tapi aku mencegahnya. Ini saatnya aku melaksanakan tugas-tugasku sebagai istri yang baik. Karena sejak masalah ini menghampiriku aku merasa aku belum melakukan tugasku sebagai seorang istri, yaitu

  • Kemilau Senja    Bi Inah Membongkar Semua Rahasia

    Tugas mengajar hari ini telah terselesaikan. Aku mencoba mengubungi Mas Nando. Ya, barangkali suamiku mau menjemputku, tapi lagi-lagi tidak diangkat olehnya. Aku pun mengirimkan pesan whatsapp.[Mas, aku akan pulang bersama Mas Aditia ya, aku harap kamu tidak marah padaku] isi pesan dariku.Aku langsung menghubungi Mas Aditia, dan langsung saja tersambung, memang orang ini selalu sigap jika aku membutuhkan bantuannya."Assalamualaikum Mas Aditia.""Wa'alaikumussalam, Iya, Mbak Nandini.""Bisa jemput saya sekarang, Mas?""Bisa kok Mbak, segera meluncur.""Baiklah, terima kasih banyak ya* Mas Aditia, saya tunggu di dekat gerbang kampus," ujarku."Iya sama-sama, Mbak Nandini, ini saya langsung meluncur ke sana.""Iya Mas Aditia, hati-hati ya. "Wassalamu'alaikum.""Iya, Mbak Nandini. Wa'alaikumussalam."Aku pun menutup teleponnya dan berjalan ke dekat gerbang kampus untuk menunggu Mas Aditia di sana.

  • Kemilau Senja    Sulit Untuk Berbohong

    "Tenang, Nandini. Kamu harus tetap semangat, alihkan dulu masalah yang membebani pikiran, konsentrasilah untuk mengajar," gumamku dalam hati, menyemangati diriku yang mulai down."Assalamualaikum Naharukis sa'id thalibul ilmi." Aku mengucapkan salam kepada para Mahasiswa."Wa'alaikumussalam, said mubarok Ustazah, Nandini." Mereka menjawab salamku dengan serempak, seperti biasanya."Kayfa halukuma?" Aku menanyakan kabar mereka."Alhamdulillah ala kulli hal.""Kayfa haluk Ustazah Nandini?" tanya salah satu mahasiswi yang bernama Zakia."Alhamdulillah ana bi khoir," jawabku sembari melempar senyum manis."Sudah bisa kita mulai proses belajarnya?" ujarku menanyakan kesiapan mereka."Sudah siap, Ustazah." Mereka menjawabnya dengan serempak."Baiklah mari kita mulai proses belajarnya hari ini kita awali dengan bacaan basmalahya.""Bismillahirrohmanirrohim ... selanjutnya kita berdoa agar diberikan ilmu yang berman

  • Kemilau Senja    Kembali Mengajar

    Aku masuk ke ruang kerjaku. Di ruangan itu telah banyak dosen yang sudah datang. Ya, memang aku agak kesiangan, biasanya aku selalu datang lebih dulu dari mereka semua. Aku yang datang kesiangan pun menjadi bahan candaan mereka. Ya, maklum aku 'kan pengantin baru."Assalamualaikum." Aku masuk ke ruang kerjaku dengan mengucapkan salam."Wa'alaikumussalam." Para dosen menjawab salam dengan serempak.Mereka semua langsung saja menatapku, aku yang berdiri di antara tatapan mereka pun menjadi sangat malu, bagaikan aku ini seorang artis saja yang penuh sorotan dan tatapan penggemar."Eheeemm, pengantin baru sudah mulai masuk kerja nih?" goda salah satu rekan kerjaku yang bernama Bu Yulistya,"Iya, nih, apa jangan-jangan maksain kerja nih," sahut Pak Nawawi dosen paling Killer di sini, tetapi kali ini malah bisa bercanda."Nandini, kamu minta perpanjang cuti kerja juga pasti dibolehin kok, mengingat pasti lagi asyik-asyiknya menikmati b

  • Kemilau Senja    Gagal Ngambek

    "Jika kau akan pergi, mengapa kau datang, jika aku mencintaimu apakah itu salahku?"***Keesokan harinya, aku sengaja tidak ke luar kamar terlebih dahulu, hari ini aku bersiap untuk mengajar, aku sudah rindu dengan para mahasiswi, aku berangkat kerja akan tetap meminta tolong Mas Aditia untuk mengantar.Keegoisan Mas Nando sungguh tidak wajar, dia terlalu posesif, tak seharusnya dia cemburu dengan Mas Aditia, dia tidak mencintaiku kenapa dia harus cemburu? Aneh bukan?Aku masih menunggu di kamar, aku tidak akan keluar dari kamar sebelum Mas Nando berangkat kerja. Aku malas untuk membahas hal yang sama, yang bisa membuat moodku hilang, aku harus semangat lagi untuk mengajar, harus fokus. Jangan karena masalah ini membuatku jadi sulit berkonsentrasi penuh pada pekerjaanku. Aku harus kembali bersemangat, demi masa depanku dan kebahagiaanku sendiri. Apa aku egois? Aku rasa tidak.Terdengar suara langkah kaki seperti sedang berjalan ke arah

  • Kemilau Senja    Mas Nando Egois

    Belum sempat aku masuk ke rumah, Mas Nando tiba-tiba menghampiriku di luar yang masih ngobrol dengan Mas Aditia."Nandini, kamu sudah pulang sayang?" ucapnya sembari merangkul pundakku."Iya sudah kok, Mas.""Eh lo rupanya, Dit?" tanya Mas Nando yang kaget melihat Mas Aditia yang mengantarku pulang."Iya, Mas Nando," jawab Mas Aditia sembari membuka mobilnya lalu ke luar dari mobil."Nandini, kamu kok diantar pulang sama nih anak?" tanya Mas Nando sembari menatapku sinis, sepertinya dia marah."Iya, Mas. Mas Aditia ini kan sopir grab car," jawabku sembari tetap tersenyum padanya."Oh jadi lo sekarang jadi sopir grab car, Dit?" tanya Mas Nando pada Mas Aditia.Aku heran, mereka 'kan tetangga, Mas Aditia aja kenal baik, bahkan tahu semua tentang Mas Nando, tetapi Mas Nando malah tidak tahu kalau Mas Aditia kerjanya jadi sopir grab car, kan aneh aja gitu."Iya, Mas," jawab Mas Aditia singkat dan eksresinya agak gugup.

  • Kemilau Senja    Belanja ke Pasar

    Diteras kulihat Mas Aditia tengah duduk di kursi yang semalam dia tempati buat tidur."Assalamualaikum Mbak Nandini.""Wa'alaikumussalam warahmatullah. Sudah sedari tadi di sini ya, Mas?""Barusan kok, Mbak. Oh ya, ini bubur ayamnya, saya belikan dua, barangkali Mba Nandini suka nanti bisa nambah lagi.""Makasih ya, Mas, jadi ngerepotin," ucapku dengan lembut"Iya sama-sama* Mbak, nggak ngrepotin kok.""Mas Aditia nanti bisa antar saya ke pasar sebentar untuk membeli keperluan memasak, sudah habis semua.""Bisa kok, Mbak, sekarang?""Saya mau sarapan dulu, Mas, nanti saya hubungi kalau sudah siap berangkat""Oh baik, Mbak. Saya permisi pulang ya, mau sarapan juga sekalian mau cuci mobil dulu, " ujar Mas Aditia yg pamit pulang."Iya, Mas. Hati-hati, sekali lagi makasih ya, buburnya.""Iya dihabiskan ya!"Aku mengangguk."Ya sudah, Mbak. Saya pulang dulu. Assalamualaikum.

  • Kemilau Senja    Perhatian Mas Aditia

    Pagi yang cerah, aku Nandini, aku akan membuat suamiku sadar betapa berartinya diriku."Aku akan membuat kamu lupa dengan masa lalu kamu yang pahit itu Mas Nando," gumamku dalam hati."Astagfirullah, aku sampai lupa, bukankah tadi malam Mas Aditia telah menolongku, dan tidur di teras," gerutuku.Aku pun bergegas ke luar rumah untuk melihat apakah Mas aditia masih berada di sana ataukah sudah kembali ke indekos.Aku ke luar rumah, tidak ada siapa pun di sana, bantal dan selimut masih ada di kursi, lalu di mana Mas Aditia?"Mbak Nandini sudah bangun?" tanya Mas aditia menghampiriku."Iya, sudah sejak Subuh tadi, Mas, Mas Aditia dari mana?""Oh ini loh, Mbak, tadi itu saya pulang dulu, untuk sholat Subuh di masjid, karena saya masih ngantuk ketiduran deh di kamar indekos, bangun tidur saya inget, kalau saya pulang tadi belum pamit sama Mbak Nandini, saya berpikir pasti Mbak Nandini nyariin, makanya saya ke sini lagi Mbak," ujar Mas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status