Seorang reporter wanita berdiri. “Tuan Cahya, kamu ingin mundur dari dunia hiburan?”Cahya mengangguk. “Sudah seharusnya aku memberi kesempatan kepada pendatang baru.”Ada yang bertanya, “Kenapa kamu memilih untuk mundur dari dunia hiburan?”Cahya menjawab, “Masalah mundur itu hanya masalah waktu. Aku ingin memfokuskan karierku di balik layar. Tentu saja, kalau ada skenario yang bagus, aku juga akan mempertimbangkannya.”Seorang reporter bertanya lagi, “Apa kamu mundur dari dunia hiburan demi kekasihmu?”Cahya menggerakkan matanya, lalu tersenyum ringan. “Tidak peduli keputusan apa yang aku lakukan. Aku rasa dia akan mendukungku. Aku percaya penggemarku juga akan memahamimu. Di sini, aku berharap penggemar-penggemarku jangan menyerang orang lain hanya karena masalahku. Meskipun aku mundur dari dunia hiburan, aku masih akan bersama kalian.”Setelah itu, Cahya membungkuk kepada mereka. Terdengar suara tepuk tangan meriah dari bawah pentas.[ Cahya Chaniago Mundur dari Dunia Hiburan. ][
Wajah Cherry terasa panas. Dia membenamkan kepala ke dalam leher Cahya. Cahya tersenyum, lalu menggendongnya ke dalam kamar.Keesokan paginya, berhubung semalam ibu kota diguyur hujan, cuaca terasa semakin dingin lagi.Saat jam sembilan pagi, masih terlihat ada rintik-rintik hujan di luar sana. Claire membawa Widya pergi membahas masalah biaya sewa toko. Pada akhirnya, pilihan mereka jatuh pada area Golderan.Mereka berdua berjalan keluar mal. Widya memegang payung sembari mengikuti langkah Claire. “Bu Claire, harga sewa enam miliar per tahun sepertinya kemahalan, deh?”Claire tersenyum. “Area Golderan adalah distrik bisnis termakmur di ibu kota. Berhubung lokasi sangat strategis, ada banyak pebisnis dari luar berbondong-bondong ingin membuka perusahaan di lokasi ini. Jadi, harga itu memang sangat wajar.”Akhirnya Widya memahaminya.Mereka berdua berjalan ke depan mobil. Kebetulan tampak mobil Dimas sedang berhenti di sekitar.Dua orang lelaki berpakaian hitam berjalan ke sisi mereka.
Lidora mengerahkan seluruh caranya untuk menghubungi Herbert. Dia memberi tahu Herbert bahwa wanita yang dicintainya telah dibunuh oleh Loman. Itulah sebabnya, Herbert baru bisa ikut campur dalam urusan Keluarga Tanzil.Claire menyipitkan matanya. “Demi balas dendam, makanya dia memilih untuk bekerja sama dengan Bu Lidora?”Seusai berbicara, Claire pun tersenyum. “Seandainya Pak Loman benar-benar memaksanya untuk mati, apa kamu nggak merasa aneh dengan sikap Bu Lidora yang mengajak kakekmu untuk bersekutu dengan alasan seperti ini? Bu Lidora membiarkan Pak Loman hidup panjang, kakekmu malah bisa tinggal diam selama beberapa tahun ini?”Claire menatap Dimas, lalu mengatakan, “Kalau jadi aku, aku pasti tidak akan menunggu lagi, kecuali ada satu alasan yang bisa membuatku menunggu.”Raut wajah Dimas tampak muram. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Beberapa saat kemudian, Dimas mengangkat gelas anggur. “Wanita itu … sepertinya melahirkan seorang putri untuk kakekku.”…Claire kembal
Raut wajah Javier berubah muram. “Jangan sebarkan masalah ini. Selain itu, pantau berita. Jika kabar ini sampai tersebar ke ibu kota, segera blokir berita itu.”Roger terbengong melongo sejenak, lalu mengangguk. “Iya.”…Saat ini sudah sore di Negara Hyugana. Setelah Jolin memasuki kamar, dia melepaskan jaketnya, lalu menyerahkannya kepada pelayan. Kemudian, dia baru memasuki ruang baca.Jolin berjalan ke depan perapian, lalu membungkukkan tubuhnya mengatakan sesuatu terhadap Lidora. Lidora yang berbaring di atas kursi goyang membuka matanya dengan perlahan, “Bagus.”Jolin mengangguk. “Katanya tidak bernyawa lagi.”Lidora melambaikan tangannya terhadap anjing yang sedang bersandar di kakinya. Si anjing menggoyangkan tubuhnya, lalu melompat ke dalam pelukan Lidora. Dia membelai bulu anjing itu. “Baguslah, sekarang yang kecil sudah mati, biarkan kedua orang dewasa itu tunggu tanggal matinya saja.”Terdengar suara dari luar sana. Andreas mengalahkan tiga pelayan, lalu menerobos ke dalam r
Javier menunduk sembari tersenyum. “Aku juga merindukanmu.”Claire mengamati sekeliling. “Di mana putri kita?”Javier memalingkan tubuhnya. Jessie dan Roger berjalan di belakang dengan perlahan. Saat Claire hendak maju untuk memeluknya, sepertinya Jessie tidak melihatnya saja, langsung melintas pergi dari sisinya.Claire merasa kaget, lalu memalingkan kepalanya. “Ada apa dengan Jessie?”Roger merasa canggung. “Nyonya, biarkan Tuan saja yang beri tahu kamu.”Claire memalingkan kepala untuk melihat Javier. Javier mengepal tangannya meletakkannya di depan mulut sembari berdeham. “Kita bicarakan di jalan.”Jessie dan Roger duduk di mobil belakang. Sementara, Javier dan Claire duduk semobil. Saat perjalanan pulang, Javier menceritakan masalah Jessie. Dia merasa kehilangan satu teman lantaran dia tidak bisa kembali bersama Jules. Itulah sebabnya dia merasa sangat sedih.Jelas-jelas Jessie sangat suka menempel dengan Jules. Dia mengikuti Jules ke area Andes juga demi menyelamatkan Jules.Clai
Jolin mengeluarkan pistolnya. “Lindungi Bu Lidora!”Beberapa pengawal yang tertembak langsung jatuh ke lantai. Para lelaki yang berpakaian hitam tampak memiliki wajah kebulean. Mereka bersembunyi di tempat yang aman sembari menembak.Jolin mendorong Lidora ke atas kapal, lalu berjongkok di sisi kapal sambil menembak musuh yang berdiri paling dekat dengannya.Para pengawal membawa Lidora ke atas kapal, lalu menjerit kepada awak kapal, “Jalankan kapalnya! Cepat!”Saat awak kapal hendak kembali ke kabin, dia malah ditembak hingga darah bersimbahan di atas kaca. Si awak kapal kehilangan keseimbangannya, langsung jatuh ke dalam laut.Pada saat ini, Lidora menyadari ada yang mengarahkan pistol ke sisinya. Dia langsung menarik pengawal di belakangnya untuk mengadang tembakan itu. Peluru seketika menembus kepala si pengawal. Darah pun memuncrat ke tubuh Lidora.Lidora merangkak ke dalam kabin kapal, lalu mengunci pintunya. Hanya saja, sekarang mereka sedang berada di tengah laut. Lidora tidak
Andreas membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Dia tidak menghiraukan suara tangis, makian, dan jerit histeris Lidora di belakang.Pada saat yang sama, media Negara Hyugana melaporkan kabar penembakan yang dialami Lidora. Setelah mengalami kejadian itu, Lidora mengalami tekanan batin dan diantar ke “pusat rehabilitasi” untuk diobati. Mengenai apa benar Lidora sedang berada di pusat rehabilitasi, awak media juga tidak mencari tahu lebih lanjut.Di sekolah swasta, ibu kota.Tiga hari lagi libur panjang akan segera tiba. Semua murid sungguh menantikannya. Mereka semua sedang berkumpul untuk membahas rencana liburan.Lisa menoleh menatap Jessie yang sedang menyandarkan kepala di atas meja itu. Dia lalu menghampiri Jessie. “Jessie, kamu nggak enak badan?”Jessie mengangkat kepala untuk menatapnya, lalu kembali menyandarkan kepala ke atas meja. “Aku bukan nggak enak badan, cuma malas gerak saja.”Lisa tersenyum.Saat ini, Jerry memeluk bola basket berjalan ke dalam kelas. “Dik Jessie.”Jes
Jerry merasa terpukul. “Ayah, apa aku nggak tampan?”Hudson langsung tertawa lepas. Dia menepuk-nepuk kepala Jerry. “Tampan! Tapi masih kurang kalau dibandingkan dengan kakakmu. Hahaha.”Mereka semua meninggalkan bandara dengan senyum lebar.Kediaman Fernando kembali ramai. Steven sedang mendengar cerita seru Hudson sewaktu di luar negeri. Dia pun tak berhenti tertawa.Steven memanggil Jody. Dia mengamati bocah yang masih muda ini sudah semakin dewasa saja. Dia merasa sangat puas dengan perubahan cucunya ini. “Hidupmu di sana pasti sangat keras.”Joddy membalas dengan tersenyum, “Kakek, nggak keras, kok.”Kedua mata Steven tampak memerah. Dia menepuk pundak Jody dengan berat. “Kakek buyutmu sangatkah keras. Kamu pasti sengsara selama hidup bersamanya.”Saat ini, Javier dan Claire berjalan ke dalam ruang tamu. Steven pun bertanya, “Di mana Jerry dan Jessie?”“Di halaman,” balas Claire dengan tersenyum.Steven mengangguk. “Sudah lama ketiga anak ini tidak berkumpul. Selagi liburan, biark