Javier menggenggam pergelangan tangan Claire, lalu menyantap suapannya sembari menatap wajahnya. “Tiba-tiba Claire baik sekali, pasti ada sesuatu.”Claire mencemberutkan bibirnya. “Kenapa kamu berpikir seperti ini?” Kenyataannya, Claire memang ada permintaan.Javier tersenyum. “Kenapa kamu bersikap sungkan terhadap suamimu sendiri?”Claire mencondongkan tubuhnya ke sisi Javier. Bibir kedua orang sangatlah dekat. Raut wajahnya tampak lugu. “Suamiku, belakangan ini aku ngikutin satu pasangan hits. Aku ingin jadiin mereka sebagai ambasador perhiasanku. Gimana menurutmu?”Tatapan Javier tertuju pada dirinya. “Kenapa kamu tanya aku?”Claire menggigit bibirnya, lalu mengulurkan tangan untuk melingkari lehernya. “Namanya lagi diskusi. Aku takut kamu akan marah.”Javier mencubit dagu Claire. Kedua matanya masih tertuju pada wajah istrinya. “Kenapa aku bisa marah?”Claire menunjukkan ekspresi lugunya. “Karena pasangan yang aku ngikuti itu pasangan dua lelaki.”Javier menyipitkan matanya. Akhirn
Bartender melihat Hardy dengan kebingungan. Hanya saja, dia tidak berani bersuara.Cherry pun tersenyum. “Aku tahu, nggak enak rasanya untuk jadi seorang ayah.”Bartender meletakkan minuman di atas meja. Hardy membuka tutup, meneguknya, lalu membanting botol dengan kuat. Satu per satu botol bir dihabiskan. Hardy yang jago minum itu juga tidak bisa menahannya.Menyadari Hardy minum banyak, Cherry berkata, “Tuan Hardy, jangan minum lagi. Kalau kamu mabuk, bisa jadi kamu akan dibawa wanita lain. Nanti aku nggak bisa jelasin sama Claire. Gimanapun, dia pemilik tempat ini sekarang.”Hardy dalam keadaan setengah mabuk. “Milik siapa katamu?”Cherry merasa bingung. “Kamu nggak tahu Klub Garzia milik Claire?”Hardy kembali bertanya, “Bukannya Bos Klub Garzia itu kakakku?”Cherry terdiam di tempat.Tetiba Hardy tersenyum. “Kamu tidak tahu?”Cherry masih tidak berbicara. Bukankah Claire sudah mengambil alih Klub Garzia? Kenapa Klub Garzia bisa jatuh di tangan Cahya?Setengah jam kemudian.Hardy
Bentuk tubuh Cherry buka tergolong tipe kurus kering, melainkan seksi dan berisi. Bahkan, tidak bisa ditutupi dengan handuk.Cherry menyadari sesuatu. Dia spontan memalingkan kepalanya dan kedua pasang mata saling bertatapan.Rasa syok seketika menyerang Cherry. Tetiba handuk yang membungkus tubuhnya merosot. “Ahh ….”Cahya merasa canggung refleks membalikkan tubuhnya. “Maaf, aku tidak tahu kamu baru selesai ….” Cahya menelan air liurnya. Untung saja, dia sedang membelakangi Cherry saat ini.Selama syuting, Cahya tidak pernah bertemu dengan adegan artis membungkus tubuhnya. Meskipun di saat syuting, dia pernah menyentuh artis yang sedang mengenakan bikini, Cahya juga tidak memiliki pemikiran lain.Hal di luar dugaan ini malah membuat Cahya memiliki perasaan.Cherry segera membungkus tubuh dengan handuk. Wajahnya tampak memerah lantaran tersipu malu. “Tuan Cahya, ada urusan apa?”Cahya tidak membalikkan kepalanya, lalu menyerahkan kantongan kepadanya. “Aku ingin minta maaf atas masalah
Setelah kasus itu diusut kembali, Cherry hanya ingin Keluarga Kamael mengakui kekalahan mereka dan membersihkan reputasinya. Dia juga tidak peduli jika anggota Keluarga Kamael akan mencari gara-gara lagi atau tidak.Cahya mengantar Cherry ke tempat tinggalnya. Cherry menuruni mobil, lalu berlari ke dalam apartemen tanpa menoleh sama sekali. Sebab … dia sungguh merasa canggung.Saat hendak memasuki lift, Cherry tanpa sengaja menyadari mobil masih berhenti di tempat. Kepikiran Cahya mengantar dirinya kembali ke rumah, hatinya terasa hangat.Lift berhenti di lantai tempat tinggal Cherry. Saat dia berjalan keluar lift, dia pun terkejut ketika melihat Karen yang sedang berdiri di koridor. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Karen sedang bersandar di dinding. Riasannya hari ini terlihat agak tebal. Dia sedang berdiri sembari merokok. “Apa aku nggak boleh cari kamu?”Cherry tidak berbicara.Karen mengembuskan asap rokok, lalu memalingkan kepalanya untuk melihatnya. “Gimanapun, aku itu kakak tirim
“Aku membencimu dan juga membenci Keluarga Martini. Aku hanya ingin balas dendam sama kalian saja. Aku bisa menggoda Mario maupun Jony juga demi ….”Karen mencengkeram lengan Cherry, lalu menjerit dengan histeris, “Kenapa Gilbert memperlakukanku dengan begitu sadis? Apa kamu tahu aku juga pernah tidur sama dia? Tapi dia malah menganggapku sebagai pionnya saja. Klub Garzia itu punya dia. Demi kamu, dia malah memperlakukanku dengan sadis. Dia membiarkan anak buahnya melecehkanku, kenapa bukan kamu yang dilecehkan!”Lengan Cherry terasa sakit lantaran dicengkeram. Sesosok bayangan keluar untuk mendorong Karen. Karen yang didorong pun terjatuh.Kehadiran Cahya sungguh mengejutkan Cherry. “Kamu … masih belum pergi?”Cahya tidak menjawab. “Aku nampak dia dari bawah, jadi aku ke atas.”Awalnya Cahya hendak pergi. Namun, ketika melihat ke lantai atas, dia menyadari ada bayangan tubuh Karen di jendela. Itulah sebabnya Cahya tidak pergi. Sebenarnya Cahya sendiri juga bingung kenapa dia bisa bers
Cahya tertegun sejenak. Dia melihat Cherry dengan tatapan bingung. Cherry yang mabuk itu pun berkata, “Karena aku tahu Karen menggoda pamanmu. Jadi, aku ingin balas dendam sama Karen. Akulah yang membongkar hubungan gelap mereka. Selain itu … aku juga sengaja membocorkan rahasia kepada ibumu ketika di lelang batu waktu itu.”Setelah mendengar pengakuan Cherry, Cahya hanya mengiakan saja. Dia tidak kelihatan kaget.Seandainya masalah itu tidak terekspos, bukan hanya Cahya saja, bahkan semua anggota Keluarga Chaniago juga tidak tahu masalah Mario memiliki simpanan di luar sana.Cherry bertanya lagi, “Akulah yang membuat Paman dan Tante kamu bercerai. Apa kamu nggak salahin aku?”Cahya tersenyum dengan tidak berdaya. “Kamu sudah mabuk.”“Cahya ….” Tiba-tiba Cherry mendekatinya. Tatapannya yang awalnya buram menjadi lebih terpusat.Cahya melihatnya tanpa bergerak sama sekali. Dia paling tidak suka didekati oleh orang yang mabuk. Hanya saja, Cahya malah tidak kesal ketika didekati Cherry ya
Entah sejak kapan, hanya ada Javier di dalam mata Claire.Setelah sarapan disajikan di atas meja, Claire menopang kedua pipinya sembari menatap Javier. “Suamiku, coba kamu lihat, aku sudah melayanimu semalam dan tadi pagi. Sudah seharusnya kamu setuju, ‘kan?”Javier mendorong sepiring telur goreng ke hadapan Claire. “Aku pertimbangkan.”Claire menurunkan kedua tangannya, lalu duduk dengan tegak. “Apa masih perlu dipertimbangkan lagi?”“Emm?” Javier mengangkat-angkat alisnya, lalu mengangkat segelas air kacang kedelai. “Tergantung performa istriku selama beberapa hari ini. Bisa jadi suasana hatiku membaik, aku pun akan menyetujuimu.”Demi menjadikan Javier dan Cahya menjadi model iklan majalah Soulna kali ini, Claire akan mengerahkan seluruh tenaganya!Menyadari wajah cemberut Claire, Javier pun melihatnya. “Kamu suruh suamimu syuting iklan sama cowok lain, apa kamu tidak cemburu?”“Untuk apa aku cemburu? Kalian dua … emm, kalian berdua itu sahabat. Memangnya salah sahabat syuting iklan
Sebelumnya Jaya Couple sangatlah heboh di internet. Kali ini ketika bertemu dengan mereka secara langsung, para penggemar semakin antusias lagi.Cahya memasukkan kedua tangan ke dalam saku. “Aku kira kamu tidak akan setuju.”Javier meliriknya sekilas. “Sebenarnya aku ingin menolak.” Dia duluan memasuki lobi.Cahya pun tersenyum, lalu mengikuti langkah Javier.Terdapat terlalu banyak penggemar yang berkumpul di luar Perusahaan Soulna. Alhasil, karyawan dari toko-toko di samping dan seberang pada keluar untuk ikut meramaikan.“Dengar-dengar Perusahaan Soulna mengundang Cahya untuk menjadi model iklan perhiasan mereka. Bukannya mahal sekali?”“Bukan hanya Cahya saja, masih ada Javier. Kalian tahu sendiri suaminya Bos Soulna itu Javier. Iri sekali. Pantas saja bisnisnya sebagus ini.”Fendra, Claire, dan kru syuting sedang menunggu mereka di lobi. Saat Claire melihat kedua tamu agung datang bersamaan, kedua matanya spontan terbelalak. Kompak sekali?Javier melihat ke sisi Claire dengan meny
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me