Javier memang tidak akan menyalahkan Claire, tetapi dia tidak akan melepaskan wanita itu.Claire baru meninggalkan studio di Grup Angkasa. Saat dia pergi, dia baru mengeluarkan ponselnya. Kebetulan satu jam lalu, Jessie mengirim pesan kepadanya.Setelah pesan dibuka, kedua mata Claire pun terbelalak.“Ibu, kami sudah menculik Ayah ke rumah. Kami tunggu kepulanganmu ….”Claire langsung mengebut kembali ke rumah. Begitu masuk ke rumah, dia menyadari tidak ada siapa pun di dalam ruang tamu. Dia segera berlari ke kamar mereka bertiga. Siapa sangka, kamar mereka telah dikunci dari dalam.“Kalian bertiga! Keluarkan dia!” Claire mengetuk pintu. Ketiga bocah menahan di belakang pintu, tidak berani membukakan pintu.Sesuai dugaan, ternyata Ibu tidak menerima Ayah. Mereka sungguh berharap malam ini Ayah sanggup menaklukkan Ibu ….“Kalian tidak mau keluar, ‘kan? Oke, aku akan pergi ambil kunci cadangan.” Claire emosi hingga tersenyum. Bagus! Ketiga bocah cilik ini malah menyembunyikan lelaki bere
Claire menatap ketiga bocah tanpa ekspresi. “Kalian memang hebat.”Jessie berkata, “Ibu, kami hanya ingin kamu menjalin hubungan baik dengan Ayah.”Jerry pun menimpali, “Iya, Ibu. Coba kamu lihat betapa kasihannya kami hidup tanpa seorang ayah.”Sementara, Jody tidak tahu harus berkata apa. Dia pun hanya mengangguk saja.“Aku mau pergi cuci muka.” Claire langsung masuk ke kamar mandi.Jessie menggaruk kepalanya. “Sepertinya Ibu tidak tidur semalaman.”Jerry pun mengangguk. “Aku sudah menyadari kantong mata Ibu ….”Ketiga bocah cilik menatap Javier yang sedang tertidur. Mereka pun berjalan mendekatinya.Jerry berkata, “Kenapa Ayah masih belum bangun?”Jessie dan Jody menatap ayah mereka dengan lama. Jody merasa ada yang aneh. Dia langsung menjulurkan tangannya untuk mengelus kening ayahnya.“Sepertinya Ayah demam!”Jerry pun terkejut. “Jangan-jangan gara-gara kita rendam Ayah dengan air es?”Tiba-tiba kedua bocah cilik merasa bersalah. Ternyata mereka telah membuat ayah mereka sakit.Cl
Javier menundukkan kepalanya. Jadi, itulah alasannya kedua anak ini dikontrak oleh perusahaan agensi?Melihat Jody hendak mempersiapkan makanan lagi, Javier pun mengusap kepalanya. “Sudahlah, sisanya biar Ayah saja yang masak.”Jody menatap Javier dengan kebingungan. “Ayah bisa masak?”Javier sebagai seorang anak sulung dari Keluarga Fernando dan tokoh terkemuka di ibu kota, seharusnya hidup dengan dilayani, ‘kan?“Tentu saja.”Javier mengenakan celemek, lalu masuk ke dalam dapur. Jessie dan Jody melihat bayangan punggungnya sambil menatapnya dengan tatapan penuh harapan.Saat ini Jerry berlari menuruni tangga. Dia pun tercium aroma lezat. “Kak, kamu lagi masak ….”Melihat sang kakak dan adik sedang duduk rapi di depan meja makan, Jerry pun spontan melirik ke sisi dapur. Kemudian, kedua matanya pun terbelalak. Ternyata Ayah sedang mempersiapkan sarapan!Javier meletakkan sarapan di atas meja. Mereka bertiga pun merasa sangat kagum.Jerry menatap Javier dengan terus mengedipkan matanya.
Claire tertegun dan ekspresinya seketika berubah muram.Ucapan Rendy tadi juga sangat mengejutkan Fendra. Bahkan, karyawan yang berada di luar pintu juga terkejut tidak tahu harus berbuat apa.“Claire, mengenai masalah ibumu, aku memang bersalah padamu. Awalnya aku ingin menyerahkan Perusahaan Vienna untuk dikelola sama kamu. Tapi kamu malah melakukan hal enam tahun silam itu. Sekarang, kamu bahkan memiliki hubungan dengan Javier. Apa kamu tahu apa yang dinamakan harga diri? Javier itu kekasih dari kakakmu sendiri!”Rendy sungguh kecewa terhadap Claire. Ditambah lagi dengan apa yang dilihatnya di ruang kerja waktu itu, bagaimana Rendy bisa percaya bahwa Claire itu tidak bersalah?Menghadapi tuduhan ayahnya, Claire mengepalkan kedua tangannya. “Harga diri? Ketika Imelda naik ke ranjangmu, kenapa kamu nggak bilang dia nggak punya harga diri?”“Tutup mulutmu!” jerit Rendy, “Masalah aku dengan ibumu tidak ada hubungannya dengan Imelda.”Tampak senyuman hina di wajah Claire. “Nggak ada hubu
“Aku tidak punya hubungan apa-apa sama Kayla. Dia telah membohongiku selama enam tahun. Semalam dia bahkan berani menaruh obat di dalam minumanku. Apa kamu berencana mewakilinya untuk menerima balasannya?"Claire sungguh terkejut. Semalam Kayla memberi obat kepada Javier? Pantas saja semalam dia begitu bergairah. Bahkan, Claire hampir dinodai lagi …..Raut wajah Rendy berubah. “Mana mungkin Kayla ….”“Kalau kamu tidak ingin menanggung akibat dari perbuatannya juga tidak apa-apa. Tapi akhirnya akan berbeda kalau aku pergi mencarinya langsung.” Terdengar ancaman dari dalam ucapan Javier.Rendy sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. “Kalau semua itu salah Kayla, aku akan beri pelajaran kepadanya.”Nada bicara Javier terdengar tidak acuh. “Aku tidak butuh perumpamaan.”Rendy tahu Javier bisa melakukan apa pun. Seandainya Rendy tidak memberi penjelasan kepadanya, sepertinya dia tidak akan melepaskan Kayla.Jadi, Rendy terpaksa menyetujuinya, lalu berkata dengan tulus, “Oke, aku akan ber
Apalagi lelaki kaya dan berkuasa seperti Javier, mana mungkin dia adalah tipe lelaki setia? Sebelumnya dia bahkan pernah mengira wanita yang ditidurnya pada enam tahun silam adalah Kayla. Selama enam tahun ini, pasti pernah terjadi sesuatu di antara dia dan Kayla. Claire juga tidak ingin berhubungan dengan lelaki yang pernah berhubungan dengan Kayla! Tidak mungkin!Di Kediaman Adhitama.“Plak!”Rendy menampar wajah Kayla. Tamparan itu pun mengagetkan Imelda. Dia segera maju untuk menarik Rendy. “Suamiku, kenapa kamu pukul Kayla?”“Kenapa aku pukul dia?” Rendy menunjuk Kayla. “Coba kamu tanya dia. Dia bahkan berani menaruh obat di minuman Javier. Kalau aku tidak beri penjelasan kepada Javier, apa dia masih bisa berdiri di sini!”Imelda spontan melirik Kayla. “Kayla, kamu … kamu beri obat kepada Javier?”Kayla memegang pupunya, lalu menggigit bibirnya, tidak berkata apa-apa.Sialan! Jelas-jelas rencananya hampir berhasil, sebenarnya siapa yang telah merusak rencananya!Menjengkelkan seka
Javier tidak meladeninya, sepertinya dia telah terkena racun wanita itu saja. Baru setengah hari tidak bertemu, dia pun sudah tidak sabaran ingin bertemu dengannya. Sepertinya waktu berpikir selama tiga hari terlalu lama.Di Vila Kandara.Saat makan malam, Claire hanya terbengong menatap nasi di sendoknya. Dia kelihatan tidak selera makan. Sesekali dia menatap anak-anak, seolah-olah anak-anaknya akan segera dirampas saja.Haish! Javier memang tidak tahu diri. Padahal dia memberi Claire tiga hari waktu berpikir, bisa-bisanya dia menumpang makan di rumahnya.Jessie duduk di pangkuan ayahnya. Rasanya disuap oleh ayah sangatlah enak! Tentu saja, Javier tidak hanya memanjakan Jessie saja. Terkadang dia akan mengambilkan sayuran untuk Jerry dan juga Jody. Namun reaksi Jody tidak terlihat segembira Jerry dan juga Jessie. Setidaknya Claire merasa terhibur.“Ayah, kamu makan yang banyak, ya. Coba kamu makan ayam goreng buatan Ibu ….” Jessie menaruh sepotong daging sayap ke piring Javier.Claire
Candice mengirim pesan singkat kepada Claire. Sepertinya ketiga bocah cilik telah membocorkan rahasia kepadanya. Jadi, dia pun mengetahui kabar Javier tinggal di sini malam ini!Menyadari Candice yang kegirangan itu, Claire pun membalas.[ Apa yang sedang kamu pikirkan? Cowok berengsek itu hanya pantas untuk tidur di sofa. ]Kemudian, Claire langsung menonaktifkan ponselnya. Dia hanya bisa tarik ulur saja!Pada tengah malam, sesosok bayangan tubuh tinggi dan tegap mendekati ujung ranjang. Dia duduk dengan perlahan seraya menatap wanita yang sedang tidur dengan lelap. Javier mencondongkan tubuhnya, lalu melekatkan bibirnya di atas bibir Claire.“Uhm ….” Bulu mata Claire gemetar. Dia mengayunkan tangannya dengan perlahan. “Emm, jangan bandel ….”Terdengar suara manja nan malas. Sepertinya Javier telah mengganggu mimpi indahnya. Keningnya pun tampak berkerut.Javier menatap Claire yang tidak mewaspadainya sama sekali. Tatapannya seketika menjadi lembut. Dia pun meraba ujung bibir Claire.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip