Tak lama kemudian, resepsionis membawakan laptop cadangan ke dalam ruangan. Javier menyuruhnya keluar, lalu menginput kata yang sama ke dalam Google. Sesuai dugaannya, dia bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak dari laptop orang lain!Javier mengeklik judul “Apakah Istri Javier Fernando sudah meninggal?” dengan menahan napasnya. Tatapannya tertuju pada kata “kecelakaan” dan dia membukanya tanpa ragu.Roger berjalan melewati meja resepsionis. Dia tanpa sengaja mendengar bahwa Javier meminta komputer cadangan dari mereka. Salah seorang karyawan lelaki bertanya dengan bingung, “Bukannya ada komputer di dalam ruangan Tuan Javier?”Tiba-tiba Roger kepikiran sesuatu dan langsung berlari ke dalam ruangan. Pintu dibuka. “Tuan Javier!”Tidak ada satu pun orang di dalam ruangan. Layar laptop di atas meja dalam keadaan menyala. Tanpa berbasa-basi, Roger berjalan ke depan laptop untuk melihatnya. Dia pun langsung menarik napas dalam-dalam. Ternyata Javier masih tidak menyerah dalam menyelidi
Dendam di antara Cherry dengan Karen tidak ada hubungannya dengan diri Claire dan Candice. Hanya saja, dia malah menarik Claire dan Candice ke dalam masalah ini. Sepertinya Cherry bukan hanya ingin mereka mengetahui masalah dirinya dengan Karen.Tidak! Seharusnya Cherry tidak ingin melibatkan Candice. Dia hanya ingin memanggil Claire melalui Candice. Sebab, Candice lebih dekat dengan Claire. Waktu itu, setelah Candice pergi, Cherry baru menceritakan rahasianya kepada Claire. Itu berarti dia tidak ingin Candice mengetahui masalah ini.Cherry menatap Claire dalam waktu lama, lalu tersenyum. “Aku tahu kamu itu sangat pintar. Aku memang ingin memanfaatkan Bu Ester untuk menekan Karen. Itulah sebabnya aku sengaja membocorkan masalah ini kepada Bu Ester. Aku bisa ke gedung pelelangan juga karena ingin menyaksikan secara langsung saja.”Claire menggerakkan bola matanya. “Kamu membantuku dalam masalah Dennis. Kamu juga sengaja memberitahuku masalahmu dengan Karen. Sebenarnya kamu sudah menduga
Tiba-tiba Roger menelepon Claire. Dia bertanya pada Claire, apakah Javier sedang di rumah sakit.Claire pun merasa bingung. “Aku nggak ketemu dia hari ini. Aku juga sudah keluar dari rumah sakit. Ada apa?”Roger sempat ragu sejenak. “Hari ini Tuan Javier tiba-tiba menyelidiki masalah tiga tahun lalu, lalu meninggalkan perusahaan. Sampai sekarang, dia tidak kembali ke perusahaan.”Claire berdiri di depan jendela dengan mengerutkan keningnya. “Javier selidiki masalah tiga tahun lalu?”“Iya, masalah kecelakaan. Aku juga tidak jelas apakah Tuan Javier sudah kepikiran sesuatu atau tidak, makanya dia baru bisa menyelidiki masalah tiga tahun lalu itu. Dia meninggalkan perusahaan di sore hari, aku kira kamu bersama Tuan Javier.”Claire terdiam beberapa saat.Claire menelepon Javier beberapa kali, tapi panggilan tidak diangkat. Hingga menjelang malam pun, masih tidak terlihat batang hidung Javier.Roger juga mengutus anggotanya untuk mencari Javier di tempat yang biasa dikunjunginya. Namun, mer
Tubuh Javier yang berembus angin dalam waktu lama itu terasa dingin. Dia membengkokkan tangannya memeluk Claire ke dalam pelukannya, lalu menyandarkan dagu ke atas pundaknya. “Claire, apa kamu mencintaiku?”Claire tertegun sejenak. Dia memegang wajah dingin Javier bertatapan dengannya. “Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini?”Javier menggandeng tangannya. Tatapannya tertuju pada kedua mata berkilauan Claire. “Aku ingin dengar jawabanmu.”Claire pun tersenyum, lalu mendekatkan bibirnya untuk mencium si lelaki. “Apa kamu puas?”Javier mencubit dagunya. Hawa panas seketika membaluti diri Claire. Bibir Claire pun dikecup dalam-dalam.Ciuman yang diberikan Javier sangatlah hangat membuat pikiran Claire menjadi kacau. Beberapa saat kemudian, Javier baru melepaskannya. Javier menggendongnya dengan tersenyum. “Ayo, pulang.”“Javier, bukannya kamu bilang kakimu kesemutan?” Claire mengerutkan keningnya, lalu mendengus dingin. “Ternyata kamu lagi bohong.”Javier mengecup keningnya. “Setelah m
Roger sedang mengatakan sesuatu kepada Steven. Ketika Roger yang berwajah serius melihat kepulangan Javier, dia langsung merasa lega. “Tuan, kamu … akhirnya kamu kembali.”Javier mendengus. “Aku juga bukan anak umur tiga tahun. Apa mungkin aku akan hilang?”Claire menunduk, lalu berjalan ke hadapan Steven. “Ayah, Vier baik-baik saja. Kamu tenang saja.”Steven memelototi Javier, seolah-olah telah mendengar sesuatu dari Roger. Dia lalu bertanya pada Claire, “Apa kamu berencana untuk beri tahu dia masalah tiga tahun lalu?”Claire tersenyum. “Aku sudah beri tahu dia.”Steven tertegun sejenak, lalu menatap Javier dengan terdiam.Javier berhenti di sisi Claire. “Ayah, tidak peduli apa yang terjadi di antara aku dan Claire pada tiga tahun lalu, aku akan menemaninya untuk menghadapi masalah ini bersama.”Steven masih terdiam. Beberapa saat kemudian, dia berdiri, lalu berkata, “Berhubung kamu sudah memutuskan untuk menghadapinya, aku juga tidak perlu khawatirkan kamu lagi. Sudah saatnya kalian
Saat Karen mendekat, terlihat senyuman di wajah Claire. “Nona Karen, salam kenal, aku adalah Alice, desainer dari Perusahaan Soulna.” Selesai berbicara, dia membuka bukunya. “Aku lihat Nona Karen ingin memesan cincin pasangan. Kebetulan aku juga memerlukan desain cincin pasangan, makanya aku mempercepat jadwalmu. Apa aku sudah mengganggu waktumu?”Karen melirik Claire sekilas. “Nggak apa-apa, kebetulan aku lagi luang.”“Baguslah.” Claire memiringkan tubuhnya. “Silakan Nona Karen ikuti aku.”Setelah masuk ke dalam ruangan VIP, Claire mempersilakan Karen untuk duduk. Kemudian, dia pergi mengambil beberapa sampel dan bertanya, “Apa Nona Karen punya model yang kamu sukai? Kamu ingin memesan cincin nikah atau cincin tunangan?”Karen meletakkan tasnya di samping, lalu membalas dengan tenang, “Cincin nikah.”“Oh, begitu.” Claire mengambil gambar sampel, lalu berjalan ke depan meja. Dia memperlihatkan contoh desain kepada Claire. “Ini adalah model cincin nikah kami. Semua desainnya memiliki ma
Karen meninggalkan alamatnya, lalu meninggalkan Perusahaan Soulna. Claire pun menyimpan alamat itu. Awalnya dia sedang memikirkan cara untuk mendekati Karen. Tak disangka, Karen malah berinisiatif untuk mencarinya.Ada video yang mengancam Cherry di tangan Karen. Berhubung Claire sudah berjanji akan membantu Cherry, itu berarti dia mesti mencari cara untuk mengutak-atik komputer Karen.Cincin ini adalah sebuah kesempatan yang bagus.Karen kembali ke Vila Ohora. Pelayan mengatakan Mario menelepon ke rumah tadi. Dia mengatakan bahwa dirinya sedang menyelidiki orang-orang yang mengekspos aib mereka. Dia menyuruh Karen untuk tidak mengkhawatirkan masalah ini.Setelah mendengar ucapan itu, raut wajah Karen langsung menjadi muram. Setelah hubungan mereka terekspos, Mario tidak pernah lagi menampakkan diri di Vila Ohora. Dia bahkan tidak pernah menghubungi Karen. Sekarang dia malah menyuruh Karen untuk tenang?Kepikiran hal ini, raut wajah Karen semakin muram saja.Karen dan Mario sudah berhu
Namun sosok lelaki bertubuh tinggi itu sudah berdiri di depan pintu. Ketika melihat keberadaan Javier, Cahya juga tidak terlihat kaget. “Kebetulan sekali?”Javier melipat kedua tangannya di depan dada. “Aku sudah membantumu mengatasi masalah Keluarga Jetmadi. Sekarang kamu masih saja mendekati istriku.”Masalah Keluarga Jetmadi?Claire melihat mereka. Jadi, Javier turun tangan untuk menekan Keluarga Jetmadi … demi Cahya?Cahya berjalan ke hadapan Javier. Dari tampang, identitas, dan wibawa, boleh dikatakan kedua lelaki sangatlah mengimbangi.Cahya pun tersenyum. “Aku cari Nona Claire itu urusanku. Kalau kamu merasa cemburu, itu urusanmu, tidak ada hubungannya sama aku.”Javier menarik napas dalam-dalam. Raut wajahnya masih terlihat dingin. “Cahya, kamu memang ….”“Javier.” Claire menarik Javier ke belakang dengan wajah serius dan tidak berdaya. “Yang patuh.”Kali ini, Javier tidak berkata-kata.Claire memalingkan kepalanya menatap Cahya. “Tuan Cahya, ada urusan apa kamu mencariku?”Cah
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t