Claire tersenyum sinis. “Iya, dia sudah selingkuh, selingkuhnya sama aku.”Candice terdiam beberapa detik. “Oh, ternyata kamu, kalian berdua lagi main cosplay, ya?”“Jadi, apa yang bisa aku lakukan?” Gerakan di tangan Claire berhenti. Dia mengangkat kepalanya, lalu berkata, “Semua orang di ibu kota tahunya aku sudah cerai sama dia. Kalau aku publikasi statusku di saat Javier lagi amnesia, bisa jadi dia nggak bisa jawab pertanyaan para reporter. Nanti masalah akan menjadi merepotkan.”Candice berdecak. “Sekarang sepertinya kamu sangat menjaga perasaan suamimu yang amnesia itu?”Claire tidak banyak bicara, melainkan bertanya, “Sebenarnya kamu bisa tahu masalah ini bukan dari gosip yang beredar, ‘kan? Aku nggak dengar ada gosip ini. Informasimu cepat juga.”“Aku dimasukkan ke dalam grup cewek-cewek anak orang kaya itu. Mereka lagi gosip di sana. Aku cuma menyaksikan dari samping.”Selesai berbicara, Candice teringat sesuatu, lalu berkata, “Ngomong-ngomong, Noni Zahra juga ada di dalam gru
Di bawah pancaran sinar lampu, tidak terlihat satu pun bekas di wajah si lelaki. Dia sungguh tampan dan menggoda.Claire berjalan mendekat. Dia mengusap alis Javier, lalu beralih ke bagian hidung mancungnya.Javier mengerutkan keningnya, lalu meraih pergelangan tangan Claire, menarik si wanita masuk ke dalam pelukannya. Kali ini, Javier membuka matanya untuk melihat si wanita. “Kamu memang jahat.”Senyuman lebar terpasang di atas wajah Claire. Dia meletakkan kedua tangan di atas pundak Javier, lalu mendekatinya. “Sejak kapan aku jahat?”Javier memeluk pinggang Claire. “Sudah selesai kerjanya? Lapar?”“Emm, lapar.” Claire mengangguk.Javier memeluk Claire sembari tersenyum. Dia menempelkan bibir dan hidung ke atas leher Claire. “Benar-benar lapar?”Claire menindih dada si lelaki dengan lemas. “Jangan bandel! Aku lagi lapar sekarang, aku nggak bertenaga lagi.”Javier juga tidak bercanda lagi. Dia melepaskan Claire, lalu mengambil jasnya. “Mau makan apa?”Claire berpikir sejenak, lalu mer
Javier menatap Claire. “Jessie masih kecil. Kenapa dia bisa makan pedas?”“Mungkin turunanku.” Claire meminum beberapa sendok sup. “Aku sudah bisa makan pedas sejak umur lima tahun.”Javier menunduk menyantap pangsit di dalam mangkuk. Dia pun tersenyum. “Enak?”“Lumayan.” Javier juga ikut menyantapnya. Setidaknya rasanya lumayan enak.Selesai makan pangsit, mereka kembali ke rumah. Saat ini, Herman mengatakan kedua anak baru selesai mandi. Mereka sedang menonton di dalam kamar.Claire membuka pintu. Jessie dan Jerry sedang makan keripik sembari menonton film kartun di layar lebar.“Ibu, kamu sudah pulang ….” Jessie melempar bungkusan keripik ke Jerry, lalu berlari ke hadapan Claire.Claire mengusap kepalanya. Rambut yang baru dikeringkan ini terasa sangat lembut. “Apa kalian nggak punya tugas sekolah?”“Aku dan Kak Jerry sudah menyelesaikannya di sekolah. Tugas secuil itu nggak akan menyulitkan kami,” balas Jessie dengan bangga.Jerry menggigit keripik kentang. “Bukankah kamu masih mem
Javier berkata dengan sangat serius, “Bantu aku untuk hubungan studio foto pernikahan terbagus di ibu kota.”Roger pun terkejut. “Studio foto pernikahan?”“Dinding rumah terlalu kosong,” jelas Javier dengan serius.Roger terdiam. Kenapa bos tidak terus terang mengatakan dirinya ingin foto pernikahan?…Saat perjalanan ke Perusahaan Soulna, Claire menyuruh Izza untuk singgah ke Kediaman Adhitama. Kediaman ini masih tidak ada perubahan apa-apa. Hanya saja, tumbuhan yang tidak dirawat selama tiga tahun telah ditutupi oleh rumput liar. Pintu gerbang juga sedang tertutup rapat.Izza menghentikan mobilnya. Claire membuka pintu mobil, melihat gerbang yang dikunci. Kelihatan sekali tidak ada yang menempati vila ini.Tatapan Claire seketika menjadi muram. Dia berdiri lama di depan pintu tidak berencana untuk pergi.Pengurus perumahan pun mendekati untuk memperingati, “Maaf, tidak ada yang boleh mendekati vila ini.”Claire melihat si lelaki, lalu bertanya, “Kenapa nggak boleh?”Pengurus perumaha
“Claire, selamanya aku adalah tantemu. Setidaknya kamu tahu, masih ada anggota keluargamu di dunia ini.”Claire mengangguk dengan tersenyum.Setelah kembali ke Perusahaan Soulna, Claire masuk ke ruang kerjanya. Tampak Roger sedang duduk di sofa menunggu dirinya.Claire terdiam sejenak, lalu melirik ruangan. “Roger, kenapa kamu bisa ada di sini? Di mana Javier?”Roger di ruangannya, sedangkan Javier malah tidak kelihatan batang hidungnya.Roger menggaruk pipinya dengan tersenyum. “Tuan Javier suruh aku datang untuk menjemputmu.”“Jemput aku?”“Iya, katanya dia punya kejutan buat kamu. Dia suruh aku jemput kamu ke sana.”Melihat Roger yang misterius itu, Claire pun melipat kedua tangannya di depan dada. “Kejutan apa?”“Kalau aku beri tahu, itu namanya bukan kejutan.” Roger membuat isyarat tangan mempersilakan. “Nona, ayo jalan?”Claire pun tersenyum. Kenapa Javier bukannya bekerja, tetapi malah membuat kejutan untuknya? Sebenarnya kejutan apa yang sudah dipersiapkan Javier? Semua terasa
Javier melonggarkan dasinya dengan muram, lalu membuangnya ke lantai, berjalan pergi tanpa menoleh sama sekali.Roger pun terbengong. “Tuan ….”Claire berjalan keluar juga ekspresi muram juga. Roger pun segera bertanya, “Ada apa dengan Tuan Javier? Bukankah kalian akan foto pernikahan?”Claire mengangkat kepalanya dengan kebingungan. “Foto pernikahan?”Akhirnya Roger baru menjelaskan, “Iya, Tuan Javier memang sudah amnesia, tapi sepertinya dia sangat keberatan lantaran kalian tidak memiliki foto pernikahan. Oh ya, dia juga ingin memilih cincin pernikahan untukmu. Tuan Javier memang tidak ingat dengan masalah dulu, tapi dia sangat peduli dengan hubungan kalian.”Claire merasa syok. Tangan yang diletakkan di kedua sisi tubuh dikepal erat.Meskipun Javier tidak mengingatnya lagi, dia masih saja peduli dengan hubungan mereka. Dia juga berusaha untuk menebus kesalahannya. Tak peduli itu foto pernikahan, cincin nikah, maupun pernikahan yang dijanjikan.Jadi, tadi Javier bisa marah karena dia
Claire tidak berbicara lagi. Baru saja dia mengakhiri panggilan, Roger pun mengirim selembar foto kepadanya.Semuanya sama seperti yang dikatakan Candice tadi. Javier dan Charine sedang makan siang bersama. Posisi pengambilan foto terlihat sangat dipaksakan. Jadi, hubungan kedua orang terlihat sangatlah mesra.Claire merasa marah. Apa Javier sengaja menyuruh Roger mengirim foto ini kepadanya? Apa Javier ingin membuat Claire cemburu?Roger menunggu lama, tetapi dia tidak mendapat balasan Claire. Akhirnya dia mengerti, sepertinya Nona Claire benar-benar tidak memedulikan Javier lagi.Saat ini, Roger berjalan ke sisi Javier, lalu membungkukkan tubuhnya berbisik sesuatu di tangannya. Tiba-tiba tangan Javier yang memegang gelas anggur semakin erat lagi. Raut wajahnya juga semakin muram lagi.Charine yang sedang duduk di hadapannya sembari makan steak sapi itu pun tersenyum. “Kak Javier, ada apa?”Javier meletakkan gelas anggur ke atas meja, lalu mengambil saputangan untuk menyeka ujung bibi
Pelukan Javier semakin kuat lagi. Tetiba Claire tersadar dari bengongnya, mengambil inisiatif untuk memeluk pinggang Javier dan menyandarkan pipinya ke depan dada Javier. Sepertinya Claire telah menerimanya.“Claire ….”“Kamu nggak emosi lagi?” Claire mengangkat kepala untuk melihat Javier. Terlihat rasa puas di wajahnya.Javier menggigit bibir tipisnya. Sepertinya dia tidak bisa meninggalkan Claire lagi.Claire merapikan kerah pakaian Javier. “Apa makan siang bersama Charine menyenangkan?”Javier tertegun sejenak. Dia mengalihkan tatapannya dengan tenang. “Kamu tahu kenapa aku bisa makan bersamanya.”“Supaya aku cemburu.” Claire tersenyum. “Aku tahu kamu bukan benar-benar marah sama aku. Kamu lagi menunggu aku membujukmu.”“Apa susah untuk membujukku?”Ini pertama kalinya Javier merasa gagal. Mungkin sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya.Claire mencium bagian leher Javier. Kening Javier spontan berkerut. Dia langsung memeluk pinggang langsing si wanita dengan erat. “Claire, jang
“Iya, dia memang cocok untuk menjadi pengurus rumah.” Jessie menunduk. “Tadi ketika Dacia cari aku, dia menghalangi Dacia, nggak izinin Dacia untuk ketemu sama aku. Ketika aku mau Miya tinggal di rumah, dia juga suruh aku minta izin sama kamu. Aku tahu dia itu orang yang kamu rekrut. Wajar kalau dia dengar apa katamu. Tapi, aku merasa aku dipojokkan bagai aku itu orang luar di rumah ini. Aku nggak bisa melakukan keputusan apa pun dengan bebas.”Hati Jules terasa tegang. Dia memangku Jessie, lalu berkata, “Kenapa kamu berpikir sembarangan?” Jules mendekatinya. Napas hangat mengenai pipi Jessie. “Kalau kamu tidak suka, lain kali kamu tidak usah dengar apa katanya. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi, kalau kamu mau keluar rumah, kamu mesti dikawal oleh pengawal.”Usai berbicara, Jules memeluk Jessie. “Aku benar-benar takut kamu bosan di rumah. Jessie, aku tidak berharap kamu tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, aku ….”Jessie menatap Jules. “Apa yang
Jules merangkul pinggang Jessie. “Kelak aku tidak perlu menemani klien lagi. Aku cukup pulang untuk menemani istriku saja.”Jessie terbengong sejenak, lalu mendorong Jules dengan perlahan. “Kenapa kamu malah nggak menemani klien lagi? Kamu itu presdir dari perusahaan. Kalau aku nggak izinin kamu pergi menemani klien, bagaimana pandangan orang lain terhadapku? Nanti orang-orang malah mengatakan aku itu bukan istri yang pengertian.”Kening Jules berkerut. “Siapa yang berani mengatakanmu?”“Siapa juga yang tahu.” Jessie duduk di depan meja makan, lalu mengambil buah plum, dan menggigitnya. “Memang yang asam-asam itu enak.”Jules berjalan ke sisi Jessie. Telapak tangannya menopang di atas meja. Jules membungkukkan tubuhnya untuk melihat Jessie. “Apa emosimu masih belum reda?”Jessie membalas, “Sudah, nggak emosi lagi, kok.”Jules menyuruh pelayan untuk mengantar camilan. “Semua ini kesukaanmu.”Jessie mengangkat kepalanya. “Kamu beli khusus buat aku?”Jules membelai rambut panjang Jessie.
Jessie duduk di bangku panjang taman. Dia juga menyuruh Miya untuk duduk. “Apa kamu nggak merindukan keluargamu?”Miya terbengong sejenak, lalu menunduk. “Aku nggak punya keluarga.”“Maaf, aku nggak tahu.”Miya melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Kamu nggak usah minta maaf. Aku juga sudah terbiasa. Aku itu anak yatim piatu. Sekarang aku nggak punya kesan apa-apa terhadap orang tuaku. Meski ada yang mengungkitnya, aku juga nggak punya perasaan apa-apa.”Jessie bersandar di bangku. “Sejak aku hamil, aku jarang berhubungan dengan orang di luar sana.”“Kamu hamil?” Miya merasa kaget.Jessie tersenyum. “Nggak kelihatan?”Miya melihat ke sisi perut Jessie. “Ah, sekarang kelihatan. Katanya, hamil itu sangat menderita. Emosi bumil nggak stabil. Tubuh akan menggendut. Tidur juga nggak nyenyak. Bahkan, juga nggak ada selera makan. Tapi, kamu nggak kelihatan gendut, kok.”Jessie tertawa. “Apa benar aku nggak gendut?”Miya menggeleng, lalu berkata, “Mungkin memang ada yang seperti itu. Dulu saa
Jessie terbengong. Tatapannya tertuju pada diri Wika. “Tapi dia itu direkrut langsung sama Kak Jules.”“Tadi dia menghalangiku, nggak izinkan aku untuk bertemu sama kamu. Apa kamu nggak merasa ada yang aneh? Sesuai logika, meskipun kedatangan tamu, seharusnya dia melapor ke kamu. Tapi, dia bahkan nggak melapor, langsung yakin kamu nggak bersedia untuk bertemu sama aku. Aku merasa ada masalah dengan wanita ini.”Indra keenam seorang wanita tidak boleh disepelekan. Apa seorang pengurus rumah memiliki kekuasaan di atas nyonya rumah? Dacia juga tidak percaya Jules akan memberinya kekuasaan itu.Jessie menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Dacia duduk tegak sembari menarik tangan Jessie. “Sudahlah, kebetulan dia lagi cari pekerjaan. Aku juga lagi nggak kekurangan orang. Jadi, aku suruh dia untuk mencarimu. Tenang saja, percaya sama pandanganku.”Tentu saja Jessie percaya dengan Dacia. Dia mengangguk. “Oke, biarkan dia tinggal di sini.”Dacia berjalan ke sisi Miya. “Mulai sekarang kamu bek
Dacia meletakkan surat, lalu mengangkat kepala untuk melihat Miya yang sudah mengembalikan warna rambutnya menjadi hitam. “Warna rambut ini lebih cocok sama kamu.”Miya berkata dengan tersenyum, “Aku sudah melakukannya sesuai dengan perintahmu. Sekarang rambutku jadi hitam kembali.”“Apa operasi adikmu sudah dijadwalkan?”Miya mengangguk dengan tersenyum. “Semuanya sudah dijadwalkan. Beberapa hari kemudian, operasi akan dijalankan. Kami nggak usah menunggu lama lagi.”Dacia berdiri berjalan ke sisi Miya. Dia meletakkan tangan di atas pundak Miya. “Aku bawa kamu untuk mengikuti wawancara.”Miya mengikuti di belakang Dacia. Dia tidak berhenti bertanya, “Apa pekerjaanku? Di mana wawancaranya? Apa sulit?”Langkah kaki Dacia berhenti di depan mobil. Dia membuka pintu mobil, mempersilakan Miya untuk ke dalam duluan. “Kamu akan tahu sendiri.”“Oh.” Miya memasuki mobil dengan patuhnya.Tidak lama kemudian, mobil telah tiba di Vila Laguna.Miya bersandar di atas jendela mobil. Dia menatap halam
“Kamu ….” Miya menggigit bibirnya, lalu menunduk. “Aku sudah memperlakukan kalian seperti itu, kamu malah masih ingin membantuku?”“Pertama-tama, kamu melakukannya juga demi adikmu, demi menyembuhkannya. Mencuri memang melanggar hukum, tapi kamu bukan orang jahat yang nggak bisa diselamatkan lagi.” Dacia meletakkan selembar kartu di atas meja, lalu mendorongnya. “Aku pinjamin kamu 400 juta. Setelah operasi adikmu berhasil dan penglihatannya pulih, aku akan beri kamu pekerjaan. Nanti kamu kembalikan utangmu secara perlahan.”Miya mengambil kartunya dengan tatapan tidak percaya. “Apa kamu benar-benar akan membantuku?”Dacia tersenyum. “Aku sudah meminjammu uang. Sekarang kamu bisa hubungi dokter untuk mempercepat jadwal operasi. Ayo, cepat!”Tiba-tiba Miya berlutut di lantai. Dacia segera menariknya untuk berdiri. “Kamu lagi ngapain? Ayo, cepat berdiri.”Miya mengangkat kepalanya dengan meneteskan air mata. “Kamu benar-benar orang baik. Huhu. Mulai sekarang, aku akan melakukan apa pun ya
Wika membalas, “Nyonya sudah tidur.”Jules mengiakan. “Apa dia sudah makan?”Wika berterus terang. “Sudah, tapi dia muntah. Sepertinya selera makannya nggak bagus.”Kening Jules berkerut. Dia segera naik ke lantai atas.Setibanya di kamar, lampu di dalam sudah dipadamkan. Jules menyalakan sebuah lampu sorot lantaran takut akan membangunkan Jessie.Jessie berbaring di atas ranjang. Sepertinya tidurnya tidaklah lelap. Jules duduk di samping ranjang. Baru saja dia menyentuh Jessie, Jessie langsung membuka matanya.Jules pun tersenyum. “Masih belum tidur?”Jessie duduk dengan perlahan. “Kamu sudah pulang, ya?”“Emm, tadi ada sedikit urusan.” Jules melempar jasnya ke sisi sofa. Dia juga tidak bermaksud untuk merahasiakannya, hanya saja dia tidak merasa ada yang perlu diceritakan.Jessie bersandar di atas ranjang sembari menatapnya. “Ada acara?”Jules tertegun sejenak, lalu memalingkan kepala untuk melihat Jessie.Jessie mengendus. Keningnya seketika berkerut. “Ada bau alkohol. Ada juga arom
Hanya saja, dibandingkan dengan penampilan, Sissae lebih mementingkan keuntungan. Sekarang ibunya Jules telah menjabat sebagai Ratu di Negara Hyugana, sedangkan Jules adalah Pangeran. Kelak anak mereka akan menjadi Raja berikutnya.Tentu saja, anak yang dimaksud adalah anak Sissae dengan Jules.Sissae menyesap anggur merah. “Yang Mulia, kamu malah kelihatan nggak fokus ketika lagi makan sama aku.”Jules mengetuk permukaan meja. “Nona Sissae, seharusnya kamu tahu aku bisa makan bersamamu juga karena permintaanmu. Aku sudah memenuhi permintaanmu, tapi tidak berarti aku mesti makan.”Sissae tidak lagi tersenyum. Hanya saja, dia masih berbicara dengan sopan, “Apa kamu khawatir dengan istrimu?”Jules tidak berbicara.Sissae menopang dagunya dengan jari-jari tangan yang saling bertautan. Ujung bibirnya melengkung ke atas. “Istrimu itu memang cantik, tapi cantik itu nggak ada gunanya. Dengan kedudukanmu sekarang, nggak susah bagi kamu untuk memiliki wanita yang cantik dan yang bisa membantumu
Jules menekan-nekan tulang hidungnya. Dia pun tidak berbicara lagi.Beberapa hari lalu, Jules masuk ke istana. Ayahnya mencarinya untuk membahas isi dari rapat internal kerajaan. Kemudian, dia bersikeras menyuruh Sissae untuk bekerja di perusahaan dan menjabat sebagai asistennya. Hanya saja, Jules tahu semua ini pasti adalah ulah Keluarga Taylor.Berhubung Keluarga Taylor telah banyak berkontribusi terhadap keluarga kerajaan, mereka semakin tamak lagi, berharap bisa mengendalikan keluarga kerajaan.Saat kakeknya Jules masih hidup, Keluarga Taylor pernah bermain siasat buruk ketika tidak puas Benn menjabat sebagai menteri keuangan. Pada saat itu, kakeknya Jules langsung menyingkirkan salah satu menteri yang merupakan anggota Keluarga Taylor. Sejak saat itu, Keluarga Taylor langsung menyembunyikan sikap ambisius mereka.Sekarang kakeknya Jules sudah meninggal, ibunya Jules pun meneruskan kedudukannya. Keluarga Taylor mulai berulah lagi. Mereka bukan hanya memaksa Jules agar Sissae bekerj