Claire yang tidur dengan membelakangi Javier mulai melebarkan matanya. Namun, dia berlagak sedang tertidur.Setelah Javier keluar dari kamar, Claire melebarkan matanya dan membangkitkan tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Javier bisa bersikap segugup ini? Hingga harus merahasiakan masalah ini darinya?Javier bisa datang langsung ke Negara Shawana, itu berarti masalah itu sangatlah penting. Tiba-tiba Claire kepikiran sesuatu dan keringat dingin langsung membasahi tubuhnya. Jangan-jangan ada hubungannya dengan ibu Javier?Waktu itu, Tante Prisca diculik di Negara Shawana. Apa benar Javier datang ke Negara Shawana demi masalah ini?Saat ini, di kamar hotel lainnya.Seorang lelaki sedang berdiri di depan jendela memandang pemandangan kota sembari menggoyangkan gelas anggur di tangan. Dia mengenakan jubah mandi. Jubah mandi itu terlihat agak terbuka memamerkan lekuka ototnya. Jika dilihat ke bagian lebih bawah lagi, itu pun adalah bagian intim yang tidak boleh diintip.Rosy baru
Marco mendorong Rosy ke sisi ranjang. Tanpa sedikit pun kelembutan, dia langsung menarik jubah yang membungkus tubuh Rosy. Namun ketika melihat tubuhnya, Marco malah tidak terlihat bergairah sama sekali. “Waktu itu kamu saja bisa mendorong masalah penculikan ibu Javier, bahkan Berwin juga tertipu olehmu. Apa kamu merasa trik kamu itu efektif di diriku?”Saat ini Rosy bukan merasa malu, melainkan merasa takut. Dia bahkan tidak berani menatap kedua mata si lelaki.Marco sangatlah menakutkan. Dia bahkan lebih menakutkan daripada Keluarga Fernando. Selain itu, dia juga sangat curigaan. Sepertinya dia bisa membaca isi pikiran semua orang.Berhubung Marco sangat menakutkan, Rosy pun mencari cara untuk menghindarinya dulu. Saat ini, sekujur tubuh Rosy terasa kaku. “Tuan, aku … aku nggak berani memanfaatkanmu.”Marco mengambil botol anggur di atas meja, lalu menuangkannya di tubuh Rosy. Anggur merah dituang membasahi kulit putih si wanita bagai bunga mawar yang bermekaran saja.“Sepertinya k
Gina tertegun. “Dia?”Loewe membalas dengan tersenyum, “Dia adalah Tuan Marco.”Gina pun akhirnya teringat. “Oh, ternyata Tuan Marco.”Marco berjalan ke sisi Gina, lalu mencium punggung tangan Gina tanda sedang memberi hormat. “Aku merasa sangat terhormat bisa bertemu denganmu.”Gina juga mengangguk dengan tersenyum. Setelah Marco berjabat tangan dengan Loewe, tatapannya pun tertuju pada diri Claire.Marco pun tersenyum. “Siapa nona ini?”Gina memperkenalkan, “Dia adalah Desainer Zora. Nama aslinya adalah Claire Adhitama.”Claire memberi hormat dengan mengangguk sedikit kepalanya.“Oh ya?” Marco melihatnya. Kedua mata galaknya terlihat sangat berkilauan. “Ternyata Nona Zora dari Keluarga Adhitama.”Terlukis kebingungan di wajah Claire. Apa ada yang aneh jika dirinya bermarga Adhitama?Marco duduk di samping Loewe. Dia berbincang-bincang dengan Loewe. Loewe pun tertawa dan berkata pada mereka, “Tuan Marco mensponsori Pertunjukan Perhiasan Swan kali ini. Dia adalah pemegang saham dari pi
Melihat Claire sedang meronta, si lelaki baru bersuara, “Aku.”Claire sungguh terkejut. Setelah lampu di ruang tamu menyala, dia baru membalikkan kepalanya dan tampak Javier di hadapannya.“Kenapa kamu ke sini?” Setelah melihat kedatangan Javier, Claire pun merasa tenang.Javier mengikuti langkah Claire. “Aku datang untuk melihatmu.”Kemudian, Javier mengulurkan tangannya untuk memeluk Claire dan menyandarkan dagu ke atas pundaknya. Aroma wangi sabun memudarkan rasa penat di hati Javier. “Hari ini kamu ketemu dengan Marco?”Claire tidak mendorongnya. Dia tertegun ketika mendengar pertanyaannya. “Marco?”Javier tidak membalas.Claire membalikkan tubuhnya untuk menatap sepasang mata tajam Javier. “Javier, apa kamu kenal dengan lelaki yang bernama Marco itu?”Bibir Claire disumpal dengan kehangatan. Javier mendorongnya ke sofa. Setelah berciuman selama beberapa saat, ujung bibirnya tiba-tiba terasa sakit.Claire menggigitnya!Javier yang digigit pun menyipitkan matanya. “Kamu gigit aku la
“Claire, jangan nakal ….” Javier bagai seekor singa yang baru bangun dari tidurnya. Dia merasa sangat mengerikan saat ini.Hanya saja, Claire tidak memedulikan Javier dan melanjutkan aksinya. Hawa di tubuh si lelaki semakin membara. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. “Kamu semakin bandel saja.”“Manusia itu bisa berubah.” Sepasang tangan Claire melilit di lehernya dengan tersenyum. “Gimana kalau kamu mohon sama aku?”Javier pun tidak berdaya. Dia mencium Claire, lalu berkata dengan suara serak, “Iya, aku mohon.”…Keesokan harinya.Baru saja Claire selesai berdandan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Yvonne pergi membukakan pintu. Tampak seorang pelayan wanita sedang berdiri di luar dengan membawakan sebuah kotak ungu di tangannya. “Tuan Javier suruh aku mengantarkannya ke kamar ini.”Yvonne mengambil kotak hadiah, lalu berterima kasih. Si pelayan pun meninggalkan tempat.Saat ini Claire berjalan keluar kamar, dia melihat ada kotak di tangan Yvonne. Dia pun bertanya, “Apa itu?
Tangan yang diletakkan di sisi Claire spontan dikepal erat. Saat dia membalikkan kepalanya, lelaki berjas biru pun telah berjalan pergi.“Semoga kamu beruntung.” Apa maksud ucapan itu?Claire duduk di belakang baris Gina. Dia spontan memalingkan kepalanya. Tiba-tiba dia melihat sosok seorang wanita yang sangat familier. Hanya saja, setelah wanita itu bertatapan dengan Claire, dia segera membalikkan tubuhnya dan menenggelamkan tubuhnya ke dalam kerumunan.Kali ini Claire sungguh terkejut. Dia dapat melihat dengan jelas bahwa wanita itu adalah Rosy?Bagaimana mungkin?Apa Rosy sedang berada di Negara Shawana?Tiba-tiba Claire kepikiran sesuatu dan segera berjalan ke belakang panggung. Saat Marco melihat Claire berjalan ke belakang panggung, tampak senyuman dingin di wajahnya.Claire mengangkat gaunnya berjalan ke koridor yang kosong itu. Hanya dalam sekilas mata, bayangan tubuh itu malah sudah menghilang.Kenapa Rosy bisa ada di sini? Claire sungguh penasaran. Tiba-tiba dia memiliki fir
Claire menarik napas dalam-dalam. Saat ini wajahnya spontan memucat. “Rosy, apa kamu nggak tahu Pak Berwin dan Javier tahu masalah yang kamu perbuat?”Rosy melepaskannya, lalu berjalan ke sisi lain sembari mendengus dingin. “Memangnya kenapa kalau tahu?” Tiba-tiba Rosy menghentikan langkahnya dan memalingkan kepalanya. “Lagi pula, dia juga nggak tahu semua ini adalah ulahku. Kamu … juga nggak ada kesempatan buat beri tahu dia.”Dua petugas yang mengenakan alat pelindung diri berjalan maju. Sepertinya mereka sedang bersiap-siap. Claire berusaha untuk meronta. Rasa takut seketika menjalar di seluruh tubuhnya. Sepertinya Claire akan mati kali ini? Tidak! Claire masih tidak ingin mati. Dia tidak ingin meninggalkan anak-anak dan juga Javier!Saat kedua petugas hendak melepaskan pakaiannya, tiba-tiba terdengar suara tembakan keras dari luar sana. Mereka berdua spontan ketakutan.Rosy juga baru merespons dan pintu sudah didobrak. Saat melihat lelaki di luar pintu, Rosy pun melongo seolah-ola
Claire mengerutkan keningnya. Dia tiba-tiba berpikir kenapa Marco bisa mengetahui hubungannya dengan Javier? Padahal Javier tidak pernah mengekspos hubungan mereka sewaktu di Negara Shawana!Jangan-jangan si Rosy!Pantas saja, pantas saja Rosy menangkapnya.Ujung dagu Javier disandarkan di atas kepala Claire. Hatinya terasa sakit dan bahkan tidak berani memberitahunya bahwa semua ini adalah sebuah jebakan.Javier tahu ada yang ingin menjebak Claire. Jadi, Javier sengaja memasang alat pelacak ukuran mini dalam hiasan mutiara di atas gaun pemberiannya. Semua ini dilakukan demi menjaga keselamatan Claire. Tak disangka, orang-orang itu akan beraksi secepat ini. Sementara, ternyata Rosy satu komplotan dengan mereka.“Marco.”Tatapan Javier menjadi dingin. Ucapannya ditujukan kepada orang di luar sana. “Apa kamu benar-benar mengira aku datang ke sini tanpa persiapan apa-apa?”Marco tertegun sejenak. Tatapannya yang tajam terlihat sedikit dingin.Javier melihat ke bagian atas bangunan yang te
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me