Jessie sedang berada di dalam kamar persalinan. Orang di luar tidak tahu kondisi di dalam. Claire dan Javier juga merasa khawatir, sedangkan Dacia dan Jerremy juga duduk dengan tidak tenang.Jules tidak berhenti mondar-mandir. Dia tahu wanita yang melahirkan anak itu sangat berisiko tinggi. Teknik pengobatan zaman sekarang memang sangat maju, tapi Jessie tetap akan kesakitan.Dua jam kemudian.Dokter berjalan keluar kamar persalinan. Mereka semua segera mendekat. “Bagaimana?”Dokter terbengong sejenak. “Apa kalian semua anggota keluarganya?”Mereka semua serempak menjawab, “Iya!”Jules segera bertanya, “Bagaimana kabar istriku?”“Anak terlalu besar, tidak bisa keluar, jadi terpaksa mesti melakukan operasi caesar. Aku butuh tanda tangan dari keluarganya.”Tiba-tiba Jules mencengkeram kerah pakaian dokter. Urat hijau di keningnya menonjol. “Aku mau temani dia di dalam.”Dokter kesulitan dalam membuat keputusan.Javier berkata dengan serius, “Dia adalah suami anakku, biarkan dia masuk. Ak
Jules meletakkan punggung tangannya di depan bibir, lalu tersenyum. “Iya, ketiga anak laki-laki kita begitu menyiksamu. Kelak kalau mereka berani membuatmu marah, aku pasti akan menggebuki mereka.”Jessie pun tersenyum. “Mereka pasti akan ganteng dan pintar seperti kamu. Mana mungkin aku tega untuk memukul mereka?”Seminggu kemudian, kabar Jessie melahirkan anak kembar tiga heboh di ibu kota. Para penggemar bukan hanya merasa antusias, semuanya juga memberi ucapan selamat. Bahkan Ariel dan Jodhiva juga kembali ke ibu kota untuk melihat keponakan baru mereka.Di dalam kamar pasien, Ariel melihat ketiga anak yang dibedung itu sedang berbaring di atas ranjang bayi. Dia tidak tahan kuasa untuk menoel-noel pipi mereka. “Anak-anak ini … Jessie, kamu hebat sekali?”Jessie yang bersandar di tempat tidur tersenyum getir. “Alangkah bagusnya kalau aku bisa seperti Ibu, juga melahirkan seorang anak perempuan. Padahal aku sudah beli banyak terusan dan boneka, sia-sia, deh.”Jessie memang mengeluh l
Kedudukan Ratu adalah penghalang bagi Silvia untuk memanjakan menantunya!Hengky yang duduk di samping Jules tersenyum tidak berdaya. Dia menutup bukunya. “Sudahlah, kalau kamu ingin sekali bertemu dengannya, kamu bisa lakukan panggilan video sama Jules.”Silvia langsung berdiri. “Kalau begitu, segera!”Di sisi lain, di Kompleks Amara.Jules yang sedang belajar ganti pampers dari pengasuh tiba-tiba menerima panggilan dari ibunya. Dia berjalan ke samping, lalu mengangkatnya. “Ibu?”“Dasar bocah tengik! Cepat pertemukan aku dengan menantuku dan cucu-cucuku!” jerit Silvia dengan emosi tinggi.Jules spontan menjauhkan ponselnya agar telinganya agar tidak tuli. Keningnya seketika berkerut. Dia menunjukkan ekspresi tidak berdaya. “Iya.”Jessie yang berada di kamar sebelah dapat mendengar suara Silvia. Dia berjalan keluar. “Ibu, ya?”Dari dalam layar, Silvia yang melihat keberadaan Jessie langsung berdiri. “Jessie, kenapa kamu menuruni ranjang? Kamu itu melakukan operasi caesar, mesti banyak
Jessie membawa mereka ke lantai atas. Jerremy melihat Jules sedang mengganti pampers anak-anak, dia pun tersenyum. “Jarang sekali.”Dacia berkata, “Dibandingkan dengan pertama kali kamu mengganti pampers, caranya sudah tergolong sangat memenuhi standar.”Jerremy terdiam membisu.Ariel dan Jodhiva berjalan ke hadapan bayi. Sekarang perutnya sudah besar, tidak bisa membungkukkan tubuhnya lagi. Jadi, Ariel terpaksa setengah berjongkok di depan ranjang sembari menggandeng tangan si cilik. “Lembut sekali. Tangannya juga kecil sekali. Semuanya terasa sangat ajaib ….”Jessie melihat Ariel. “Kak Ariel, sekarang sudah berapa bulan?”Ariel mengusap perutnya. “Sudah 22 minggu.”“Kak Jody, kembar berapa?”Jodhiva tersenyum. “Coba kalian tebak?”Dacia menebak juga kembar tiga. Jessie juga merasa seperti itu.Jerremy berkata, “Mana mungkin, paling cuma kembar dua.”Jules mengangguk.Jessie merasa bingung. “Gimana kalau kembar tiga juga?”Jerremy tersenyum. “Kejadian itu hanya akan terjadi di dirimu
Jules terdiam sejenak.“Kalau … Satu Miliar, Dua Miliar, Tiga Miliar?”Lagi-lagi Jules terdiam membisu.Beberapa saat kemudian, Jules menghela napas sembari mengusap hidungnya. “Aku rasa kita tunda dulu masalah pemberian nama.”…Satu minggu lagi sudah tanggal 20. Itu berarti hari pernikahan Jerremy dan Dacia semakin dekat saja.Tadinya Jessie mengira dia akan melahirkan setelah menghadiri resepsi pernikahan mereka. Tidak disangka hari persalinannya dipercepat. Hanya saja, setelah melahirkan, Jessie merasa lebih ringan.Dacia dan Jerremy mengadakan resepsi pernikahan di luar ruangan. Konon katanya, dekorasi acara didesain dengan gaya Maroko.Dengan luas 2.000 meter persegi, desain acara tentu dibuat megah.Setelah beristirahat selama beberapa hari, Jessie dan Jules ikut menemani Jerremy dan Dacia untuk mencoba gaun pengantin.Gaun pengantin ini merupakan koleksi haute couture dari sebuah merek ternama. Sesuai dengan permintaan Jerremy, desainer menghabiskan tiga bulan untuk membuatnya
Jessie terbengong, lalu menerima ucapan selamat dengan tersenyum. “Terima kasih.”“Jessie, aku mau minta maaf untuk masalah sebelumnya.” Hiro menggerakkan bola matanya. “Pada akhirnya, aku sudah mengecewakanmu. Tidak peduli dulu atau sekarang, aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan dan apa yang ingin aku lakukan.”Jessie menatap Hiro selama beberapa saat. “Kak Hiro, masalah sudah berlalu. Sekarang bukannya kamu masih bisa memilih?”Hiro tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum tipis. “Memang benar, tapi semuanya sudah berubah, tidak bisa kembali lagi.”Sepertinya ada makna tersirat dalam ucapan Hiro.Jessie kepikiran sesuatu. “Maksudmu, Yura?”Hiro tidak berbicara.“Kak Hiro, Aku harap kamu bisa melewati hidupmu dengan baik. Semua hal di dunia ini pasti berubah, tapi kamu tetap mesti melanjutkan hidupmu. Aku berharap kamu atau Yura bisa melewati hidup kalian masing-masing dengan bahagia.”Hiro mengangkat kelopak matanya, lalu menatap Jessie. “Terima kasih.”Jess
Girman menunjukkan wajah seriusnya. Namun, berhubung putranya sudah setuju, dia juga malas untuk berkata panjang lebar lagi. “Aku akan atur kalian ketemuan pada jam tiga sore besok.”Keesokan harinya, di sebuah restoran mewah.Levin mengenakan kacamata hitam berjalan ke dalam ruangan VIP. Ketika tidak melihat bayangan tubuh orang di dalam ruangan VIP, dia pun melepaskan kacamatanya. “Apa yang dia lakukan? Lagi permainkan aku?”Berhubung wanita itu tidak datang tepat waktu, Levin juga tidak ingin menunggu lagi. Dia langsung membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Siapa sangka, wanita di belakangnya telah mengagetkannya.Wanita itu memiliki rambut sebahu yang rapi. Dia mengenakan atasan sutra putih berkerah rendah, dipadukan dengan syal sutra biru bermotif, serta celana panjang longgar model lurus.Penampilannya tampak sederhana dan bersih, tanpa aksesori berlebihan. Satu-satunya pelengkap hanyalah jam tangan dan tas kulit buaya.Levin tertegun sejenak. “Kamu ….”Wajah ini kelihatan
Setelah berpikir sejenak, terlintas kilauan di dalam mata Levin. Dia mencondongkan tubuhnya. “Kalau menikahnya palsu, apa perlu … aku beri nafkah batin?”Yunita terdiam sejenak. “Nggak usah.”Levin pun tersenyum, lalu mengambil pena. “Oke! Aku hanya khawatir suatu hari kamu menagihnya dariku. Aku itu seorang tokoh publik, nanti aku bisa curhat sama siapa?”Yunita terdiam. Sepertinya Levin sudah berpikir kebanyakan?Setelah Levin tanda tangan surat perjanjian, Yunita baru menandatanganinya.Levin melihatnya. “Kalau tidak pakai cap sidik jari, hanya tanda tangan saja, sepertinya ….”Belum sempat Levin menyelesaikan omongannya, Levin melihat Yunita mengeluarkan lipstik, lalu menempelkan jari tangannya di atas lipstik, lalu menempelkannya di atas kertas.Setelah itu, lipstik diserahkan kepada Levin. Levin menarik napas dalam-dalam sembari mengangguk. Dia juga mencap sidik jarinya.Kemudian, lipstik itu pun dipatahkan oleh Yunita.Kening Levin pun berkerut.Yunita merapikan lembaran surat p
Candice pun tertawa. “Ayo, kita tebak sekali lagi. Kita tebak anaknya Jody.”“Aku nggak percaya aku bakal kalah lagi. Aku tetap taruhan kembar dua!”“Kalau begitu, aku tetap kembar tiga!”Cherry berkata, “Kali ini 20 juta!”Kedua mata Candice langsung berkilauan. “Royal sekali?” Usai berbicara, dia berjalan ke hadapan Cahya. “Kak Cahya, istrimu lagi hambur-hamburin uang. Kamu nggak atur dia?”Cahya pun tersenyum. “Aku taruhan 200 juta.”Candice terdiam membisu.Louis bertatapan dengan Cahya. “Aku ikut apa kata istriku. Aku juga taruhan 200 juta.”Cahya berkata, “Berhubung taruhannya lumayan banyak, sekalian saja taruhan jenis kelaminnya.”Louis dan Candice tertegun sejenak. Mereka berdua pun sepakat. “Setuju.”Setelah mereka berdua selesai berdiskusi, mereka berdua bertarih duanya anak laki-laki dan satunya lagi anak perempuan. Sementara, Cahya dan Cherry bertaruh dua-duanya anak laki-laki.Ketika melihat taruhan para senior, Jodhiva dan Ariel melihat ke sisi perut buncit sembari terse
Di lorong pintu masuk menuju acara, meja-meja yang tertata rapi menggantikan pilar bunga yang menciptakan suasana unik. Di area pendaftaran, lukisan cat minyak dipajang selaras dengan tema warna acara, memberikan sentuhan kreatif dan menarik.Bahkan papan penyambutan pun terbuat dari kulit, kelihatan berbeda dari biasa, tetapi memancarkan kesan mewah dan elegan.Setiap tamu yang memasuki acara sungguh terpukau oleh dekorasi yang luar biasa.Anggota Keluarga Fernando dan Herbert berdiri di area pendaftaran untuk menyambut para tamu.Sementara itu, Jerremy, sang mempelai pria sebagai pemeran utama hari ini, tampil memukau dalam setelan jas putih yang sempurna membingkai postur tubuhnya yang tinggi dan proporsional.“Mempelai pria hari ini ganteng sekali.”Jessie dan Jules berjalan mendekat.Jerremy pun tertawa, lalu menyerahkan satu kantongan suvenir pernikahan kepadanya. “Mulutmu manis sekali.”Jessie yang menerima suvenir pernikahan tersenyum. “Aku pergi lihat kakak iparku dulu.”Kemud
Setelah berpikir sejenak, terlintas kilauan di dalam mata Levin. Dia mencondongkan tubuhnya. “Kalau menikahnya palsu, apa perlu … aku beri nafkah batin?”Yunita terdiam sejenak. “Nggak usah.”Levin pun tersenyum, lalu mengambil pena. “Oke! Aku hanya khawatir suatu hari kamu menagihnya dariku. Aku itu seorang tokoh publik, nanti aku bisa curhat sama siapa?”Yunita terdiam. Sepertinya Levin sudah berpikir kebanyakan?Setelah Levin tanda tangan surat perjanjian, Yunita baru menandatanganinya.Levin melihatnya. “Kalau tidak pakai cap sidik jari, hanya tanda tangan saja, sepertinya ….”Belum sempat Levin menyelesaikan omongannya, Levin melihat Yunita mengeluarkan lipstik, lalu menempelkan jari tangannya di atas lipstik, lalu menempelkannya di atas kertas.Setelah itu, lipstik diserahkan kepada Levin. Levin menarik napas dalam-dalam sembari mengangguk. Dia juga mencap sidik jarinya.Kemudian, lipstik itu pun dipatahkan oleh Yunita.Kening Levin pun berkerut.Yunita merapikan lembaran surat p
Girman menunjukkan wajah seriusnya. Namun, berhubung putranya sudah setuju, dia juga malas untuk berkata panjang lebar lagi. “Aku akan atur kalian ketemuan pada jam tiga sore besok.”Keesokan harinya, di sebuah restoran mewah.Levin mengenakan kacamata hitam berjalan ke dalam ruangan VIP. Ketika tidak melihat bayangan tubuh orang di dalam ruangan VIP, dia pun melepaskan kacamatanya. “Apa yang dia lakukan? Lagi permainkan aku?”Berhubung wanita itu tidak datang tepat waktu, Levin juga tidak ingin menunggu lagi. Dia langsung membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Siapa sangka, wanita di belakangnya telah mengagetkannya.Wanita itu memiliki rambut sebahu yang rapi. Dia mengenakan atasan sutra putih berkerah rendah, dipadukan dengan syal sutra biru bermotif, serta celana panjang longgar model lurus.Penampilannya tampak sederhana dan bersih, tanpa aksesori berlebihan. Satu-satunya pelengkap hanyalah jam tangan dan tas kulit buaya.Levin tertegun sejenak. “Kamu ….”Wajah ini kelihatan
Jessie terbengong, lalu menerima ucapan selamat dengan tersenyum. “Terima kasih.”“Jessie, aku mau minta maaf untuk masalah sebelumnya.” Hiro menggerakkan bola matanya. “Pada akhirnya, aku sudah mengecewakanmu. Tidak peduli dulu atau sekarang, aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan dan apa yang ingin aku lakukan.”Jessie menatap Hiro selama beberapa saat. “Kak Hiro, masalah sudah berlalu. Sekarang bukannya kamu masih bisa memilih?”Hiro tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum tipis. “Memang benar, tapi semuanya sudah berubah, tidak bisa kembali lagi.”Sepertinya ada makna tersirat dalam ucapan Hiro.Jessie kepikiran sesuatu. “Maksudmu, Yura?”Hiro tidak berbicara.“Kak Hiro, Aku harap kamu bisa melewati hidupmu dengan baik. Semua hal di dunia ini pasti berubah, tapi kamu tetap mesti melanjutkan hidupmu. Aku berharap kamu atau Yura bisa melewati hidup kalian masing-masing dengan bahagia.”Hiro mengangkat kelopak matanya, lalu menatap Jessie. “Terima kasih.”Jess
Jules terdiam sejenak.“Kalau … Satu Miliar, Dua Miliar, Tiga Miliar?”Lagi-lagi Jules terdiam membisu.Beberapa saat kemudian, Jules menghela napas sembari mengusap hidungnya. “Aku rasa kita tunda dulu masalah pemberian nama.”…Satu minggu lagi sudah tanggal 20. Itu berarti hari pernikahan Jerremy dan Dacia semakin dekat saja.Tadinya Jessie mengira dia akan melahirkan setelah menghadiri resepsi pernikahan mereka. Tidak disangka hari persalinannya dipercepat. Hanya saja, setelah melahirkan, Jessie merasa lebih ringan.Dacia dan Jerremy mengadakan resepsi pernikahan di luar ruangan. Konon katanya, dekorasi acara didesain dengan gaya Maroko.Dengan luas 2.000 meter persegi, desain acara tentu dibuat megah.Setelah beristirahat selama beberapa hari, Jessie dan Jules ikut menemani Jerremy dan Dacia untuk mencoba gaun pengantin.Gaun pengantin ini merupakan koleksi haute couture dari sebuah merek ternama. Sesuai dengan permintaan Jerremy, desainer menghabiskan tiga bulan untuk membuatnya
Jessie membawa mereka ke lantai atas. Jerremy melihat Jules sedang mengganti pampers anak-anak, dia pun tersenyum. “Jarang sekali.”Dacia berkata, “Dibandingkan dengan pertama kali kamu mengganti pampers, caranya sudah tergolong sangat memenuhi standar.”Jerremy terdiam membisu.Ariel dan Jodhiva berjalan ke hadapan bayi. Sekarang perutnya sudah besar, tidak bisa membungkukkan tubuhnya lagi. Jadi, Ariel terpaksa setengah berjongkok di depan ranjang sembari menggandeng tangan si cilik. “Lembut sekali. Tangannya juga kecil sekali. Semuanya terasa sangat ajaib ….”Jessie melihat Ariel. “Kak Ariel, sekarang sudah berapa bulan?”Ariel mengusap perutnya. “Sudah 22 minggu.”“Kak Jody, kembar berapa?”Jodhiva tersenyum. “Coba kalian tebak?”Dacia menebak juga kembar tiga. Jessie juga merasa seperti itu.Jerremy berkata, “Mana mungkin, paling cuma kembar dua.”Jules mengangguk.Jessie merasa bingung. “Gimana kalau kembar tiga juga?”Jerremy tersenyum. “Kejadian itu hanya akan terjadi di dirimu
Kedudukan Ratu adalah penghalang bagi Silvia untuk memanjakan menantunya!Hengky yang duduk di samping Jules tersenyum tidak berdaya. Dia menutup bukunya. “Sudahlah, kalau kamu ingin sekali bertemu dengannya, kamu bisa lakukan panggilan video sama Jules.”Silvia langsung berdiri. “Kalau begitu, segera!”Di sisi lain, di Kompleks Amara.Jules yang sedang belajar ganti pampers dari pengasuh tiba-tiba menerima panggilan dari ibunya. Dia berjalan ke samping, lalu mengangkatnya. “Ibu?”“Dasar bocah tengik! Cepat pertemukan aku dengan menantuku dan cucu-cucuku!” jerit Silvia dengan emosi tinggi.Jules spontan menjauhkan ponselnya agar telinganya agar tidak tuli. Keningnya seketika berkerut. Dia menunjukkan ekspresi tidak berdaya. “Iya.”Jessie yang berada di kamar sebelah dapat mendengar suara Silvia. Dia berjalan keluar. “Ibu, ya?”Dari dalam layar, Silvia yang melihat keberadaan Jessie langsung berdiri. “Jessie, kenapa kamu menuruni ranjang? Kamu itu melakukan operasi caesar, mesti banyak
Jules meletakkan punggung tangannya di depan bibir, lalu tersenyum. “Iya, ketiga anak laki-laki kita begitu menyiksamu. Kelak kalau mereka berani membuatmu marah, aku pasti akan menggebuki mereka.”Jessie pun tersenyum. “Mereka pasti akan ganteng dan pintar seperti kamu. Mana mungkin aku tega untuk memukul mereka?”Seminggu kemudian, kabar Jessie melahirkan anak kembar tiga heboh di ibu kota. Para penggemar bukan hanya merasa antusias, semuanya juga memberi ucapan selamat. Bahkan Ariel dan Jodhiva juga kembali ke ibu kota untuk melihat keponakan baru mereka.Di dalam kamar pasien, Ariel melihat ketiga anak yang dibedung itu sedang berbaring di atas ranjang bayi. Dia tidak tahan kuasa untuk menoel-noel pipi mereka. “Anak-anak ini … Jessie, kamu hebat sekali?”Jessie yang bersandar di tempat tidur tersenyum getir. “Alangkah bagusnya kalau aku bisa seperti Ibu, juga melahirkan seorang anak perempuan. Padahal aku sudah beli banyak terusan dan boneka, sia-sia, deh.”Jessie memang mengeluh l