Sepertinya Bastian bisa diajak untuk berteman.Setelah Bastian menyelesaikan makannya, dia pun diusir oleh Jodhiva. Bastian berdiri di koridor sembari memaki Jodhiva yang lebih memilih wanita daripada temannya itu. “Dasar tidak setia kawan!” Kemudian, dia pun pergi dengan emosi tinggi.Setelah Jodhiva menutup pintu rumah dan membalikkan tubuhnya, dia menyadari Ariel sedang bersandar di dinding, seolah-olah tidak tega dengan kepergian Bastian.Jodhiva menyipitkan matanya, lalu berhenti di hadapan Ariel. “Kenapa? Masih ingin dengar gossip?”Ariel membalas dengan tersenyum, “Aku merasa temanmu itu cukup baik. Lain hari aku traktir dia makan …. Aduh!”Jodhiva langsung menggendong Ariel, lalu membaringkannya di atas sofa. Kedua tangan Ariel menindih dada Jodhiva. “Kamu mau ngapain?”Jodhiva menggigit Ariel dengan perlahan. Suaranya terdengar serak. “Kalau kamu mau dengar gosip, kamu bisa tanya langsung sama orang yang bersangkutan.”Ariel juga merasa marah hingga menggigit bibirnya. “Kalau
Kening Hiro berkerut. Dia mencubit dagu Jeska. “Siapa yang beri tahu kamu?”Jeska terbengong sejenak, lalu mencemberutkan bibirnya. “Aku tebak sendiri. Aku dapat melihat perhatiannya terhadap kamu sudah melampaui hubungan pertemanan.”Usai berbicara, Jeska memeluk leher Hiro. “Kak Hiro, aku tahu kalian tumbuh bersama sejak kecil. Tapi, aku takut kamu akan suka sama dia. Kamu akan selalu menyukaiku, ‘kan?”Hiro tidak menjawab. Beberapa saat kemudian, Hiro mendorong Jeska. Dia meletakkan gelas anggur ke atas meja, lalu berdiri. “Kamu tidur dulu. Aku ke ruang baca.”Ketika melihat kepergian Hiro, raut wajah Jeska langsung berubah serius.Jeska mengusap wajah yang mirip dengan Jessie itu. Dia sudah menghabiskan uang 400 juta untuk melakukan operasi plastik menyamakan wajahnya dengan Jessie. Namun, siapa sangka karena wajahnya itu, dia malah bisa menjadi kekasihnya Hiro.Awalnya Jeska mengira setelah dirinya menjadi cantik, dia pun bisa berhasil mendapatkan putra dari keluarga kaya. Dengan
Yura menggigit bibirnya. Kenapa setiap kali Yura ingin menyerah, Hiro pasti akan muncul kembali, mengacaukan hatinya?Pada akhirnya, Yura memilih untuk ke kafe. Saat memasuki kafe, dia mengamati sekeliling, tetapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Hiro. Saat dia hendak menelepon untuk bertanya, dia melihat Jeska berdiri dari duduknya. “Nona Yura, sebelah sini.”Ketika Yura menatap Jeska, dia pun terbengong sejenak. Dia berjalan mendekati Jeska, lalu berhenti di depan mejanya. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Jeska tersenyum. “Karena aku yang ajak kamu ketemuan.”“Kamu?” Raut wajah Yura berubah. Jangan-jangan dia mengirim pesan dengan menggunakan ponsel Hiro?“Apa kamu merasa syok?” Jeska mengulurkan tangannya. “Silakan duduk, Nona Yura. Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”Yura duduk di tempat. Tidak terlihat perubahan ekspresi apa pun dari wajahnya. “Nona Jeska, apa yang ingin kamu bicarakan sama aku?”Jeska mengaduk kopi di gelasnya. “Tentu saja bicara masalah Kak
“Jeska, berdiri.” Tiba-tiba terdengar suara seseorang.Raut wajah Yura langsung berubah. Dia refleks membalikkan tubuhnya, lalu tampak Hiro sedang berjalan mendekat.Baru saja Yura hendak menjelaskan, Hiro melewati sisinya, lalu pergi memapah Jeska. Jeska bersandar di dalam pelukan Hiro dengan tubuh gemetar. “Kak Hiro, semua ini salahku. Nggak seharusnya aku cari Nona Yura untuk menjelaskan. Aku hanya nggak ingin Nona Yura salah paham saja.”Hiro melepaskan jasnya, lalu membungkus tubuh Jeska.Yura merasa marah hingga mengepal erat tangannya. Dia pun menggertakkan giginya. “Hiro, apa maksudmu? Apa kamu percaya sama omongannya? Aku nggak lakuin apa-apa sama dia!”“Yura,” panggil Hiro. Dia menatap Yura dengan wajah tidak berekspresi. “Selain kamu, siapa lagi yang bisa melakukan hal seperti ini?”Yura terkaku di tempat. Dia mulai merasa tenang. Kedua mata Yura menjadi merah. Suaranya terdengar agak serak. “Jadi, kamu percaya sama dia ….”Mereka berdua sudah saling kenal selama beberapa ta
"Ugh ...."Claire Adhitama yang perlahan pulih kesadarannya merasakan sakit kepala yang menusuk. Tubuhnya terasa seperti digilas oleh mobil, ketidaknyamanan pada tubuhnya membuatnya mengernyit. Dia ingin mendorong tubuh yang menimpanya itu, tetapi tidak bertenaga sama sekali.Dalam kegelapan, dia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Claire hanya mencium wangi parfum Gucci yang khas dari tubuh pria itu.Pria itu tidak bersuara sama sekali. Dia hanya mencumbu leher Claire dengan perlahan ....Pagi harinya.Claire tiba-tiba terbangun.Dia terkejut saat menyadari dirinya sedang berbaring di tempat tidur tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya. Di sampingnya, terbaring seorang pria asing yang membelakanginya.Wajah Claire pucat seketika. Adegan semalam makin jelas dalam benaknya. Ternyata semua itu bukan mimpi!Apa yang telah terjadi?Dia hanya ingat, malam sebelumnya adalah ulang tahunnya. Dia merayakannya bersama Kayla, kemudian setelah minum minuman yang diberikan oleh K
Di bandara ibu kota.Di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang, muncul seorang ibu dan anak yang menarik perhatian banyak orang.Lebih tepatnya, seorang ibu yang membawa tiga orang anak kecil yang imut dan cantik.Wanita itu tampak dingin dan anggun. Dia menggendong seorang anak perempuan yang cantik dengan satu tangan. Anak itu memiliki rambut yang lebat dan bergelombang bagaikan boneka.Di belakang mereka diikuti oleh dua orang anak laki-laki berwajah mirip yang tampan. Sepasang mata mereka berwarna coklat dengan kulit yang putih mulus, mereka benar-benar tidak terlihat seperti manusia sungguhan!Wanita yang berdiri di depan mobil BMW itu melepas kacamata hitamnya. Melihat Claire yang sedang menggendong anaknya dan diikuti oleh dua bocah di belakangnya, dia menarik napas dalam-dalam."Buset, Claire, kamu sekali melahirkan tiga anak sekaligus?!"Hal ini benar-benar mengagetkannya!Yang lebih penting lagi, paras ketiga anaknya ini benar-benar mencengangkan.Dia benar-benar penasara
Claire menoleh dan bertemu dengan tatapan tajam pria itu. Ketika melihat penampilan pria itu, Claire sontak terkejut.Kulit pria itu tampak putih halus dengan wajah yang tampan. Terutama sepasang matanya yang berwarna kecoklatan, seakan-akan menyimpan rahasia yang sangat mendalam. Bibirnya yang terkatup erat tampak tipis dan menawan.Wajah ini mirip sekali dengan Jerry dan Jody, bahkan warna mata mereka juga sama!Saat melahirkan di Negara Sahara, Claire baru tahu bahwa ternyata anaknya adalah kembar tiga. Anak pertama dan kedua, Jody dan Jerry, sama sekali tidak mirip dengan ibunya.Hanya anak terakhir, Jessie yang terlihat agak mirip dengannya. Namun, warna rambutnya yang hitam mengilap tampak mirip dengan pria di hadapannya ini.Melihat pria ini, Claire langsung menundukkan pandangannya.Siapa dia? Apa hubungannya dengan Kayla?Javier menatap wajah Claire dengan alis yang berkerut. Wanita ini ....Melihat Javier menatap Claire lekat-lekat, Kayla langsung menggertakkan gigi. Dia memb
Semua orang tahu bahwa Javier adalah tamu kehormatan keluarga kerajaan Negara Sahara. Dia juga merupakan teman dari putri Negara Sahara. Tentu saja, dia pernah melihat lencana dari keluarga kerajaan.Kalaupun Claire memalsukannya, tetap saja akan ketahuan!Claire tertawa sambil berkata, "Mana mungkin kutunjukkan benda berharga seperti itu kepadamu?"Dengan kata lain, Kayla tidak pantas melihatnya!Kayla kesal hingga tubuhnya gemetar, tetapi wajahnya tetap menunjukkan senyuman. "Bilang saja kamu nggak berani?""Javier, lihat saja, dia itu pembohong. Jelas sekali, dia tahu kamu adalah tamu kehormatan keluarga kerajaan dan bisa mengenali lencana yang asli. Makanya, dia nggak berani menunjukkannya."Sikap Kayla sangat berbeda ketika berhadapan dengan Javier.Javier mengerucutkan bibirnya dengan dingin dan berkata, "Dua triliun itu memang uangku. Aku juga yang mengusulkan untuk merekrut desainer bernama Zora. Kalau kamu bisa membuktikan bahwa kamu adalah Zora, aku nggak akan mempermasalahka
“Jeska, berdiri.” Tiba-tiba terdengar suara seseorang.Raut wajah Yura langsung berubah. Dia refleks membalikkan tubuhnya, lalu tampak Hiro sedang berjalan mendekat.Baru saja Yura hendak menjelaskan, Hiro melewati sisinya, lalu pergi memapah Jeska. Jeska bersandar di dalam pelukan Hiro dengan tubuh gemetar. “Kak Hiro, semua ini salahku. Nggak seharusnya aku cari Nona Yura untuk menjelaskan. Aku hanya nggak ingin Nona Yura salah paham saja.”Hiro melepaskan jasnya, lalu membungkus tubuh Jeska.Yura merasa marah hingga mengepal erat tangannya. Dia pun menggertakkan giginya. “Hiro, apa maksudmu? Apa kamu percaya sama omongannya? Aku nggak lakuin apa-apa sama dia!”“Yura,” panggil Hiro. Dia menatap Yura dengan wajah tidak berekspresi. “Selain kamu, siapa lagi yang bisa melakukan hal seperti ini?”Yura terkaku di tempat. Dia mulai merasa tenang. Kedua mata Yura menjadi merah. Suaranya terdengar agak serak. “Jadi, kamu percaya sama dia ….”Mereka berdua sudah saling kenal selama beberapa ta
Yura menggigit bibirnya. Kenapa setiap kali Yura ingin menyerah, Hiro pasti akan muncul kembali, mengacaukan hatinya?Pada akhirnya, Yura memilih untuk ke kafe. Saat memasuki kafe, dia mengamati sekeliling, tetapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Hiro. Saat dia hendak menelepon untuk bertanya, dia melihat Jeska berdiri dari duduknya. “Nona Yura, sebelah sini.”Ketika Yura menatap Jeska, dia pun terbengong sejenak. Dia berjalan mendekati Jeska, lalu berhenti di depan mejanya. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Jeska tersenyum. “Karena aku yang ajak kamu ketemuan.”“Kamu?” Raut wajah Yura berubah. Jangan-jangan dia mengirim pesan dengan menggunakan ponsel Hiro?“Apa kamu merasa syok?” Jeska mengulurkan tangannya. “Silakan duduk, Nona Yura. Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”Yura duduk di tempat. Tidak terlihat perubahan ekspresi apa pun dari wajahnya. “Nona Jeska, apa yang ingin kamu bicarakan sama aku?”Jeska mengaduk kopi di gelasnya. “Tentu saja bicara masalah Kak
Kening Hiro berkerut. Dia mencubit dagu Jeska. “Siapa yang beri tahu kamu?”Jeska terbengong sejenak, lalu mencemberutkan bibirnya. “Aku tebak sendiri. Aku dapat melihat perhatiannya terhadap kamu sudah melampaui hubungan pertemanan.”Usai berbicara, Jeska memeluk leher Hiro. “Kak Hiro, aku tahu kalian tumbuh bersama sejak kecil. Tapi, aku takut kamu akan suka sama dia. Kamu akan selalu menyukaiku, ‘kan?”Hiro tidak menjawab. Beberapa saat kemudian, Hiro mendorong Jeska. Dia meletakkan gelas anggur ke atas meja, lalu berdiri. “Kamu tidur dulu. Aku ke ruang baca.”Ketika melihat kepergian Hiro, raut wajah Jeska langsung berubah serius.Jeska mengusap wajah yang mirip dengan Jessie itu. Dia sudah menghabiskan uang 400 juta untuk melakukan operasi plastik menyamakan wajahnya dengan Jessie. Namun, siapa sangka karena wajahnya itu, dia malah bisa menjadi kekasihnya Hiro.Awalnya Jeska mengira setelah dirinya menjadi cantik, dia pun bisa berhasil mendapatkan putra dari keluarga kaya. Dengan
Sepertinya Bastian bisa diajak untuk berteman.Setelah Bastian menyelesaikan makannya, dia pun diusir oleh Jodhiva. Bastian berdiri di koridor sembari memaki Jodhiva yang lebih memilih wanita daripada temannya itu. “Dasar tidak setia kawan!” Kemudian, dia pun pergi dengan emosi tinggi.Setelah Jodhiva menutup pintu rumah dan membalikkan tubuhnya, dia menyadari Ariel sedang bersandar di dinding, seolah-olah tidak tega dengan kepergian Bastian.Jodhiva menyipitkan matanya, lalu berhenti di hadapan Ariel. “Kenapa? Masih ingin dengar gossip?”Ariel membalas dengan tersenyum, “Aku merasa temanmu itu cukup baik. Lain hari aku traktir dia makan …. Aduh!”Jodhiva langsung menggendong Ariel, lalu membaringkannya di atas sofa. Kedua tangan Ariel menindih dada Jodhiva. “Kamu mau ngapain?”Jodhiva menggigit Ariel dengan perlahan. Suaranya terdengar serak. “Kalau kamu mau dengar gosip, kamu bisa tanya langsung sama orang yang bersangkutan.”Ariel juga merasa marah hingga menggigit bibirnya. “Kalau
Ariel berjalan ke samping Jodhiva. “Temanmu?”Jodhiva memalingkan kepalanya melihatnya sembari mengangkat-angkat alisnya. “Apa yang lagi kamu pikirkan?”“Aku nggak pikir apa-apa. Aku hanya lagi bertanya saja. Apa aku nggak boleh bertanya?”Jodhiva tersenyum, lalu membalas, “Sejak kapan aku bilang kamu tidak boleh bertanya? Dia itu teman yang aku kenal di Negara Shawana. Kebetulan dia mau kenalan sama kamu. Jadi, aku pun mempertemukan kalian hari ini.”Ariel melipat kedua lengan di depan dada, lalu menjawab, “Aku kira kamu nggak punya teman.”Jodhiva pun tertawa. “Temanku ada di Negara Shawana. Kalau kamu mau ketemu sama mereka, lain hari aku akan bawa kamu ke Negara Shawana.”Setelah selesai mempersiapkan makan malam, mereka bertiga duduk di depan meja untuk menyantap makan malam. Bastian datang untuk makan gratis. Hanya saja, ketika duduk bersama kedua pasangan suami istri ini, dia merasa dirinya bagai lampu bohlam saja.Bastian mengambil sepotong daging ikan. Tidak lupa juga dia memu
Ariel meletakkan tangannya di atas pundak Dessy. “Sepertinya mereka bukan lagi mewaspadaimu. Aku malah merasa mereka sedang berusaha meninggalkan kesan bagus di hatimu.”Dessy masih saja tidak mengerti. “Kesan bagus?”Ariel menghela napas. Dia menepuk-nepuk pundak Dessy, lalu berkata dengan serius, “Mungkin inilah hak istimewa yang dimiliki wanita.”“Tapi, Nona juga wanita.”Ariel tersenyum getir. “Sejak hari pertama aku datang ke sini, mereka nggak pernah menganggapku sebagai wanita.”Usai berbicara, sepertinya Ariel melihat seseorang di depan pintu. Dia menurunkan tangannya, lalu berjalan ke sisi pintu.Emiko dan Sulivan sedang berada di depan pintu. Ariel membungkukkan tubuhnya untuk mendekati mereka. “Kenapa kalian kemari?”Belum sempat Sulivan mengatakan sesuatu, Emiko langsung menyerahkan sebuah kotak hadiah dari tasnya kepada Ariel. “Kak, ini hadiah buat kamu. Kami harap kamu bisa menerimanya.”Ariel terbengong sejenak. Dia mengambil hadiah itu. “Buat aku?”Sulivan melipat kedua
Bastian sungguh marah dengan wanita itu. Dengan apa yang wanita itu lakukan semalam, dia malah bisa-bisanya melapor polisi mengatakan Bastian telah melecehkannya? Dia malah menggugat Bastian telah mengambil kesempatan dalam kesempitan?Jodhiva tertawa. “Oke, apa kalian berencana untuk terus tinggal di sini?”Bastian berdiri, lalu mengikuti langkah Jodhiva berjalan keluar ruang interogasi. Saat keluar ruangan, dapat dilihat Yura sedang berjalan mondar-mandir di depan ruangan.Polisi wanita sudah membawa Yura untuk melakukan pemeriksaan medis. Tidak ada tanda-tanda Yura dilecehkan. Bahkan, resepsionis hotel juga bisa menjadi saksi mata bahwa Bastian bersikeras ingin membuka dua kamar, tetapi Yura malah tidak bersedia.Kemudian saat tengah malam, Bastian juga menelepon pelayan. Katanya, Yura mandi hingga ketiduran di dalam kamar mandi. Pihak hotel pun mengutus dua orang pelayan wanita untuk membawa Yura keluar kamar mandi, lalu menggantikan pakaiannya.Yura menatap mereka berdua yang ber
Namun belum sempat Bastian berjalan ke parkiran, dia melihat wanita itu sedang berjalan ke jalan raya. Bastian merasa panik segera menjerit, “Hei!”Suara klakson terdengar memekakkan telinga. Bastian langsung berlari untuk menarik Yura, lalu memapahnya. “Apa kamu sudah bosan hidup? Kalau kamu mau mati, jangan libatkan aku!”Yura menatap sang pria. Tiba-tiba dia malah menangis dan duduk di lantai. “Kamu marah aku.”Para pejalan kaki melihat ke sisi mereka.Bastian berkacak pinggang sembari melihat wanita mabuk yang sedang menggila itu. Dia menggembungkan pipinya sembari mengangguk. “Oke, anggap saja aku lagi kepo hari ini.”Bastian langsung mengangkat Yura, lalu membawanya pergi. Mobil dikendarai ke depan kantor polisi. Dia menepuk Yura berusaha untuk membangunkannya. “Bangun, turun.”Yura melebarkan matanya dengan linglung. Dia terus memeluk bangkunya. “Nggak mau. Aku mau tidur.”Bastian menarik Yura untuk menuruni mobil. “Nona, kamu sudah mengganggu waktuku. Segera turun dari mobilku
Yura meneguk alkohol di gelas hingga tidak bersisa. Dia pun menuangkannya lagi hingga penuh.Kedua sahabatnya hendak menari. Mereka menarik Yura. Yura melambaikan tangannya. “Aku nggak mau ikut. Kalian saja.”“Kalau begitu, kamu tunggu kami di sini.”Mereka berdua berlari ke kerumunan. Yura menghabiskan semua alkohol di dalam botol. Kemudian, dia menyuruh pelayan untuk mengantar beberapa botol bir lagi. Dia memabukkan dirinya hendak meredakan rasa sakit di hati.Namun, tidak peduli berapa botol bir dihabiskan Yura, dia masih saja kepikiran dengan sosok Hiro. Hatinya terasa semakin penat lagi.Sepertinya karena minum kebanyakan, Yura berjalan ke toilet dengan terhuyung-huyung. Begitu memasuki bilik, dia langsung berjongkok dan muntah ke dalam kloset. Selesai muntah, dia pun kembali menangis.Yura berusaha menenangkan dirinya di dalam bilik toilet. Setelah keluar dari bilik, riasan di wajahnya sudah berantakan. Dia juga tidak mengindahkannya, langsung berjalan kembali ke tempat duduknya