Bastian sungguh marah dengan wanita itu. Dengan apa yang wanita itu lakukan semalam, dia malah bisa-bisanya melapor polisi mengatakan Bastian telah melecehkannya? Dia malah menggugat Bastian telah mengambil kesempatan dalam kesempitan?Jodhiva tertawa. “Oke, apa kalian berencana untuk terus tinggal di sini?”Bastian berdiri, lalu mengikuti langkah Jodhiva berjalan keluar ruang interogasi. Saat keluar ruangan, dapat dilihat Yura sedang berjalan mondar-mandir di depan ruangan.Polisi wanita sudah membawa Yura untuk melakukan pemeriksaan medis. Tidak ada tanda-tanda Yura dilecehkan. Bahkan, resepsionis hotel juga bisa menjadi saksi mata bahwa Bastian bersikeras ingin membuka dua kamar, tetapi Yura malah tidak bersedia.Kemudian saat tengah malam, Bastian juga menelepon pelayan. Katanya, Yura mandi hingga ketiduran di dalam kamar mandi. Pihak hotel pun mengutus dua orang pelayan wanita untuk membawa Yura keluar kamar mandi, lalu menggantikan pakaiannya.Yura menatap mereka berdua yang ber
Ariel meletakkan tangannya di atas pundak Dessy. “Sepertinya mereka bukan lagi mewaspadaimu. Aku malah merasa mereka sedang berusaha meninggalkan kesan bagus di hatimu.”Dessy masih saja tidak mengerti. “Kesan bagus?”Ariel menghela napas. Dia menepuk-nepuk pundak Dessy, lalu berkata dengan serius, “Mungkin inilah hak istimewa yang dimiliki wanita.”“Tapi, Nona juga wanita.”Ariel tersenyum getir. “Sejak hari pertama aku datang ke sini, mereka nggak pernah menganggapku sebagai wanita.”Usai berbicara, sepertinya Ariel melihat seseorang di depan pintu. Dia menurunkan tangannya, lalu berjalan ke sisi pintu.Emiko dan Sulivan sedang berada di depan pintu. Ariel membungkukkan tubuhnya untuk mendekati mereka. “Kenapa kalian kemari?”Belum sempat Sulivan mengatakan sesuatu, Emiko langsung menyerahkan sebuah kotak hadiah dari tasnya kepada Ariel. “Kak, ini hadiah buat kamu. Kami harap kamu bisa menerimanya.”Ariel terbengong sejenak. Dia mengambil hadiah itu. “Buat aku?”Sulivan melipat kedua
Ariel berjalan ke samping Jodhiva. “Temanmu?”Jodhiva memalingkan kepalanya melihatnya sembari mengangkat-angkat alisnya. “Apa yang lagi kamu pikirkan?”“Aku nggak pikir apa-apa. Aku hanya lagi bertanya saja. Apa aku nggak boleh bertanya?”Jodhiva tersenyum, lalu membalas, “Sejak kapan aku bilang kamu tidak boleh bertanya? Dia itu teman yang aku kenal di Negara Shawana. Kebetulan dia mau kenalan sama kamu. Jadi, aku pun mempertemukan kalian hari ini.”Ariel melipat kedua lengan di depan dada, lalu menjawab, “Aku kira kamu nggak punya teman.”Jodhiva pun tertawa. “Temanku ada di Negara Shawana. Kalau kamu mau ketemu sama mereka, lain hari aku akan bawa kamu ke Negara Shawana.”Setelah selesai mempersiapkan makan malam, mereka bertiga duduk di depan meja untuk menyantap makan malam. Bastian datang untuk makan gratis. Hanya saja, ketika duduk bersama kedua pasangan suami istri ini, dia merasa dirinya bagai lampu bohlam saja.Bastian mengambil sepotong daging ikan. Tidak lupa juga dia memu
Sepertinya Bastian bisa diajak untuk berteman.Setelah Bastian menyelesaikan makannya, dia pun diusir oleh Jodhiva. Bastian berdiri di koridor sembari memaki Jodhiva yang lebih memilih wanita daripada temannya itu. “Dasar tidak setia kawan!” Kemudian, dia pun pergi dengan emosi tinggi.Setelah Jodhiva menutup pintu rumah dan membalikkan tubuhnya, dia menyadari Ariel sedang bersandar di dinding, seolah-olah tidak tega dengan kepergian Bastian.Jodhiva menyipitkan matanya, lalu berhenti di hadapan Ariel. “Kenapa? Masih ingin dengar gossip?”Ariel membalas dengan tersenyum, “Aku merasa temanmu itu cukup baik. Lain hari aku traktir dia makan …. Aduh!”Jodhiva langsung menggendong Ariel, lalu membaringkannya di atas sofa. Kedua tangan Ariel menindih dada Jodhiva. “Kamu mau ngapain?”Jodhiva menggigit Ariel dengan perlahan. Suaranya terdengar serak. “Kalau kamu mau dengar gosip, kamu bisa tanya langsung sama orang yang bersangkutan.”Ariel juga merasa marah hingga menggigit bibirnya. “Kalau
Kening Hiro berkerut. Dia mencubit dagu Jeska. “Siapa yang beri tahu kamu?”Jeska terbengong sejenak, lalu mencemberutkan bibirnya. “Aku tebak sendiri. Aku dapat melihat perhatiannya terhadap kamu sudah melampaui hubungan pertemanan.”Usai berbicara, Jeska memeluk leher Hiro. “Kak Hiro, aku tahu kalian tumbuh bersama sejak kecil. Tapi, aku takut kamu akan suka sama dia. Kamu akan selalu menyukaiku, ‘kan?”Hiro tidak menjawab. Beberapa saat kemudian, Hiro mendorong Jeska. Dia meletakkan gelas anggur ke atas meja, lalu berdiri. “Kamu tidur dulu. Aku ke ruang baca.”Ketika melihat kepergian Hiro, raut wajah Jeska langsung berubah serius.Jeska mengusap wajah yang mirip dengan Jessie itu. Dia sudah menghabiskan uang 400 juta untuk melakukan operasi plastik menyamakan wajahnya dengan Jessie. Namun, siapa sangka karena wajahnya itu, dia malah bisa menjadi kekasihnya Hiro.Awalnya Jeska mengira setelah dirinya menjadi cantik, dia pun bisa berhasil mendapatkan putra dari keluarga kaya. Dengan
Yura menggigit bibirnya. Kenapa setiap kali Yura ingin menyerah, Hiro pasti akan muncul kembali, mengacaukan hatinya?Pada akhirnya, Yura memilih untuk ke kafe. Saat memasuki kafe, dia mengamati sekeliling, tetapi dia tidak bisa menemukan bayangan tubuh Hiro. Saat dia hendak menelepon untuk bertanya, dia melihat Jeska berdiri dari duduknya. “Nona Yura, sebelah sini.”Ketika Yura menatap Jeska, dia pun terbengong sejenak. Dia berjalan mendekati Jeska, lalu berhenti di depan mejanya. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Jeska tersenyum. “Karena aku yang ajak kamu ketemuan.”“Kamu?” Raut wajah Yura berubah. Jangan-jangan dia mengirim pesan dengan menggunakan ponsel Hiro?“Apa kamu merasa syok?” Jeska mengulurkan tangannya. “Silakan duduk, Nona Yura. Kebetulan ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.”Yura duduk di tempat. Tidak terlihat perubahan ekspresi apa pun dari wajahnya. “Nona Jeska, apa yang ingin kamu bicarakan sama aku?”Jeska mengaduk kopi di gelasnya. “Tentu saja bicara masalah Kak
“Jeska, berdiri.” Tiba-tiba terdengar suara seseorang.Raut wajah Yura langsung berubah. Dia refleks membalikkan tubuhnya, lalu tampak Hiro sedang berjalan mendekat.Baru saja Yura hendak menjelaskan, Hiro melewati sisinya, lalu pergi memapah Jeska. Jeska bersandar di dalam pelukan Hiro dengan tubuh gemetar. “Kak Hiro, semua ini salahku. Nggak seharusnya aku cari Nona Yura untuk menjelaskan. Aku hanya nggak ingin Nona Yura salah paham saja.”Hiro melepaskan jasnya, lalu membungkus tubuh Jeska.Yura merasa marah hingga mengepal erat tangannya. Dia pun menggertakkan giginya. “Hiro, apa maksudmu? Apa kamu percaya sama omongannya? Aku nggak lakuin apa-apa sama dia!”“Yura,” panggil Hiro. Dia menatap Yura dengan wajah tidak berekspresi. “Selain kamu, siapa lagi yang bisa melakukan hal seperti ini?”Yura terkaku di tempat. Dia mulai merasa tenang. Kedua mata Yura menjadi merah. Suaranya terdengar agak serak. “Jadi, kamu percaya sama dia ….”Mereka berdua sudah saling kenal selama beberapa ta
Bastian mengamati Jeska. “Aku tidak menyangka ternyata cewek Negara Makronesia akan membuka wawasanku. Aktingmu bagus sekali, sayang kalau kamu tidak bergabung ke dunia hiburan?”Jeska mengalihkan pandangannya. Dia masih menunjukkan sikap malangnya. “Kamu … jangan sembarangan bicara. Sepertinya aku nggak menyinggungmu, ‘kan?”Bastian tersenyum. “Aku sudah bilang, aku itu saksi mata. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan kamu pernah menyinggungku atau tidak. Tidak masalah kalau kamu berbohong, masalahnya orang lain tidak berbohong.”Raut wajah Hiro menjadi serius. Dia tidak berbicara.Jeska menarik tangan Hiro. “Kak Hiro, kamu mesti percaya sama aku. Aku nggak lagi bohong.”Yura tersenyum, tapi dia tidak berbicara lagi. Tidak ada lagi yang ingin dikatakannya.Bastian mengeluarkan ponselnya dengan tenang. “Tadi saat aku lagi rekam video di lantai atas, aku tidak sengaja merekam sesuatu. Gimana kalau kalian menikmati hasil rekamanku?”Jeska merasa panik. Dia mengulurkan tangannya henda
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me