“Kenapa kalian semua kumpul di sana? Aku ambil anggur merah buat kalian.” Si pria membawa dua botol anggur merah. Selain kekasihnya Jane, ada dua pria di sampingnya.Jane bahkan tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Dia tertegun, lalu berjalan maju. “Kamu bawa teman?”Si pria bertanya, “Kamu tidak keberatan, ‘kan?”Jane juga tidak berkata lain. Teman wanita lainnya pun berkata dengan tersenyum, “Tentu saja kami nggak keberatan. Kami malah senang bisa ditemani pria.”Saat ini, Dacia sedang memanggang makanan. Sementara, di dalam kolam renang, dua pria itu sedang bermain dengan mesranya dengan para wanita. Boleh dikatakan mereka semua sangat terbuka.Dacia mengerutkan keningnya. Dia memiliki firasat buruk. Kekasihnya Jane pasti memendam niat jahat. Jika tidak, mana mungkin dia mengajak dua teman prianya kemari.Tak lama kemudian, Carly keluar dari kolam renang. Raut wajahnya kelihatan tidak begitu bagus. Dia berjalan ke sisi Dacia. “Bisa nggak kamu temani aku ke toilet?”Dacia tert
Jane terbengong sejenak, lalu melihat ke sisi Dacia sembari menggigit bibirnya.Dacia juga merasa sangat syok. Sepertinya dia tidak memberi tahu Jerremy. Entah bagaimana ceritanya Jerremy bisa mengetahui keberadaannya?Kekasih Jane mengamati Jerremy. “Siapa kamu?” Usai berbicara, dia bertanya pada Jane dengan kesal, “Temanmu?”Dacia berjalan ke sisi Jerremy. “Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?”Jerremy melirik orang-orang di belakang Dacia dengan sinis, lalu merangkul Dacia ke dalam pelukannya. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau kamu datang ke tempat seperti ini?”“Apa? Jangan-jangan dia itu suaminya Dacia?”“Bukannya Jane mengatakan suaminya Dacia hanya bisnis kecil-kecilan saja? Kalau beberapa mobil mewah itu ditotalkan, sepertinya bisa membeli sebuah vila?”Ketika mendengar suara dari orang-orang di sekitar, Jane mengepal erat kedua tangannya, kemudian dia menunjukkan senyuman di wajahnya. “Dacia, baguslah kalau suamimu ke sini. Kami sangat menyambut kedatangannya.”Jerre
Jerremy bersandar di bangku. “Setelah kamu menjemput ayahmu, rumah ini akan menjadi rumah kalian.”Dacia menatap Jerremy dengan syok. “Kamu ….”“Kamu tidak usah berterima kasih sama aku.” Jerremy membelai rambut Dacia, lalu memeluknya. Bibir Jerremy ditempelkan di samping daun telinganya. “Aku tidak akan mengizinkan ada orang yang meremehkan istriku.”Mata Dacia menjadi merah. Hatinya mulai bergejolak. Setelah semua orang menuruni mobil, mereka semua kembali merasa kaget. Mereka semua tidak percaya rumah ini adalah tempat tinggal suaminya Dacia. Pantas saja Jerremy tidak ingin tinggal lama di sana. Vila ini lebih luas berkali-kali lipat daripada vila kekasih Jane.Bahkan ada landasan helikopter di rerumputan. Terdapat juga taman luas yang mengelilingi vila ini. Sepertinya akan tersesat jika berjalan-jalan ke halaman belakang?Jerremy membawa mereka ke kebun bunga mawar. Saat ini, ada lebih dari sepuluh pelayan masih sibuk menata lokasi jamuan. Di atas meja panjang yang ditutupi taplak
Entah sejak kapan Jerremy berdiri di belakang Dacia. Dia meletakkan kedua tangan di atas pundak Dacia, lalu bertanya, “Apa kalian lagi mengobrol masalah yang tidak boleh aku dengar?”Ada yang membalas dengan tersenyum, “Kami lagi tanya Dacia kisah pertemuan kalian.”“Oh, ya?” Jerremy memicingkan matanya. Dia menurunkan kelopak matanya melihat orang yang duduk di depannya, lalu berkata dengan serius, “Sebelumnya kami sekolah di akademi yang sama. Perasaan kami tumbuh seiring berjalannya waktu.”Dacia sungguh terkejut dengan jawaban Jerremy. Dia pun mengangkat kepalanya dan berkata, “Apa yang lagi kamu katakan?”“Memangnya bukan?” Jerremy membungkukkan tubuh untuk menatapnya. “Entah cewek mana yang terus merindukanku, bahkan mencariku sampai ke Negara Makronesia.”Dacia mendorong tangannya. “Kamu memang nggak tahu malu, ya. Gen keluarga, ya?” Daun telinga Dacia memerah.Ujung jari Jerremy menyentuh daun telinganya sembari tersenyum. “Apa kamu lagi menyindir ayah kita?” Dacia terdiam mem
“Tapi apa mereka benar-benar ingin mengundurkan diri? Mereka hanya mengeluh saja. Berhubung seperti itu, aku akan beri mereka kesempatan untuk mengundurkan diri demi menutup mulut mereka. Mereka yang sebenarnya tidak ingin pergi akan mempertimbangkan situasi mereka sekarang sebelum mengambil keputusan. Pada saat seperti ini, jika ada perubahan pada tunjangan atau gaji, apa yang akan mereka pikirkan?”Filbert memutar otaknya. “Aku mengerti. Mereka menganggap semua ini hanyalah sebuah ujian.”Pintu lift terbuka. Jules memasuki lift. “Karyawan yang memilih untuk tetap bekerja di sini akan merasa beruntung dengan keputusan mereka. Sedangkan, orang yang mengundurkan diri akan melewatkan tunjangan kali ini. Kemudian, suara mengeluh otomatis akan berhenti.”Akhirnya Filbert mengerti. Sepertinya ucapannya cukup masuk akal. Jules menekan tombol lift, lalu mengangkat kepala untuk menatapnya. “Tidak masuk?”Filbert tersadar dari lamunannya. Kali ini, dia baru buru-buru ke dalam.Lift tiba di lant
Di sisi lain, semuanya berpamitan dengan Dacia. Saat Carly berjalan ke depan mobil, dia menghentikan langkahnya, lalu melihat ke sisi Dacia. “Terima kasih atas jamuanmu. Emm, aku berutang permintaan maaf sama kamu.”Dacia merasa syok.Carly menurunkan kelopak matanya. “Aku menganggap Jane sebagai teman. Waktu itu, dia sudah mengatakan kata-kata yang menyakitimu. Meskipun kamu kelihatannya nggak keberatan, waktu itu aku juga nggak menghalanginya. Jadi, aku merasa bersalah sama kamu.”Dacia menggigit bibirnya. Biasanya Dacia selalu menyendiri, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Jadi, dia memang tidak memasukkan ke hati semua ucapan yang dilontarkan orang lain. Lebih tepatnya, dia selalu menunjukkan bahwa dirinya tidak keberatan, tetapi sebenarnya dia cukup peduli dengan masalah itu.Dacia sungguh terkejut dengan permintaan maaf Carly. Selain terkejut, hatinya juga terasa hangat. “Nggak apa-apa.”“Dacia, kamu yang berada di depan suamimu barulah kamu yang sesungguhnya. Biasanya kam
Kediaman Keluarga Ozara memang bukan vila mewah. Hanya saja, rumah ini tergolong rumah kuno. Terlebih, lokasinya berada di area yang cukup strategis di dalam kota. Jika dijual dengan harga rendah, mereka pasti akan rugi. Bagaimanapun, nilai properti di area tersebut terus meningkat, membeli rumah di lokasi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, untuk apa menjualnya?Daniel memandang sekeliling. Rumah ini adalah tempat tinggalnya selama puluhan tahun, terdapat begitu banyak kenangan di dalamnya. Jika benar-benar harus menjualnya, Daniel sungguh merasa berat hati.Beberapa kotak kardus telah dimasukkan ke dalam mobil. Daniel berdiri di luar halaman, menoleh ke rumah di belakangnya. Setelah memandangi dalam waktu lama, Daniel baru memasuki mobil.…Keesokan harinya, Dacia kembali ke sekolah untuk mengajukan permohonan syuting naskah. Saat keluar dari ruangan, dia kebetulan bertemu dengan Carly dan yang lain.Dacia kepikiran dengan ucapan semalam. Dia pun berjalan menghampiri mere
“Apa kamu merasa sangat puas sekarang?”Dacia mengerutkan keningnya. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, Jane langsung mencengkeram kerah pakaiannya. “Gara-gara kamu, aku dikucilkan sama mereka. Apa kamu puas sekarang?”Dacia menepis tangannya, lalu mendorongnya. “Apa hubungannya sama aku?”“Sejak awal, kamu terus membohongiku. Kamu dan suamimu sudah bersekongkol. Kalau nggak, mana mungkin dia akan datang? Kalau bukan karena kalian, mana mungkin mereka akan pergi? Semua ini salah kalian!”Jane melampiaskan semua amarah ke diri Dacia.Dacia tidak ingin menghiraukannya, hendak berjalan pergi.Jane malah menyeret Dacia, tidak membiarkan dia pergi. “Hari ini kamu mesti jelasin ke aku. Kalau nggak, aku nggak akan lepasin kamu!”Pada saat ini, Carly datang. “Jane, apa yang lagi kamu lakukan?” Carly pergi mendorong Jane. “Apa kamu sudah gila?”Jane mendorongnya. “Aku gila? Kita sudah berteman selama delapan tahun. Apa kamu melupakannya? Aku sudah minta maaf juga. Apa lagi yang kalian inginka
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip