Wajah Dessy langsung merona. Dia pun segera melarikan diri.Setelah turun ke tingkat bawah, Dessy bergegas berbisik di samping Tobias, “Sepertinya Nona dan Tuan Muda nggak bisa turun sekarang.”Mana mungkin Tobias si rubah licik itu tidak mengerti makna tersirat dari ucapan Dessy. Dia pun melambaikan tangannya. “Sudahlah, kamu jaga di atas. Jangan sampai ada yang mengganggu mereka.”Dessy menepuk-nepuk pundaknya sendiri. “Serahkan padaku.”Hampir pukul setengah sepuluh malam, Ariel memeluk selimut dengan kesal. Padahal dia sudah kelaparan, sekarang dia malah disiksa. Anehnya, Ariel malah merasa puas ….Jodhiva membalikkan tubuhnya, menyandarkan kepala dengan satu tangannya. Jari tangannya mulai memainkan rambut panjang Ariel. Dia menatap raut kesal Ariel dengan tersenyum. “Apa kamu masih belum puas?”Ariel duduk sembari membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia menggunakan ekspresi paling galak untuk mengatakan, “Puas!”Jodhiva pun tertawa. Dia merangkul Ariel di dalam pelukannya, lalu m
“Jangan!” ucap Ariel dengan buru-buru. Sepertinya Jodhiva sendiri juga tidak menyangka. Ternyata masakannya akan menjadi senjata jitu dalam mendapatkan Ariel.“Kamu mau makan, tapi kamu tidak bersedia untuk memaafkanku.” Jodhiva sengaja menunjukkan ekspresi sedihnya. “Aku bingung harus bagaimana lagi.”“Sejak kapan aku bilang aku nggak akan memaafkanmu?”Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Kalau begitu, kamu sudah maafin aku?”Ariel mengulurkan tangannya untuk mengambil piring dari tangan Jodhiva. “Tentu saja, apa aku itu orang berhati sempit? Untuk apa seorang wanita marahan sama seorang pria?”Jodhiva mengesampingkan tangan Ariel. “Sudahlah, lebih baik aku makan sendiri.”“Jangan ….” Ariel langsung memeluk Jodhiva dari belakang. “Aku benar-benar sudah lapar. Kasih aku saja, ya.”Jodhiva tertegun di tempat. Apa Ariel sedang bermanja-manja? Dia bagai seekor kucing saja yang sedang manja demi mendapatkan makanan. Jodhiva memalingkan kepala untuk menatap Ariel dengan tersenyum. “Pergi c
Anak buah juga tidak kalah hebatnya dari pria berkalung emas. Mereka berdua mulai berkelahi. Situasi menjadi menegangkan.Ada pengunjung yang langsung menghubungi polisi. Tidak lama kemudian, polisi pun datang untuk mengendalikan situasi.Di dalam kantor polisi, Hiro sedang duduk di atas bangku panjang. Dia tidak berbicara sama sekali. Sementara, pria berkalung emas terus menjelaskan kepada pihak kepolisian. Emosinya semakin membeludak saja. Hanya saja, dari rekaman CCTV, diketahui bahwa pria berkalung emas duluan turun tangan. Jadi, dia pun diberi hukuman.Yura bergegas ke kantor polisi. “Hiro, kamu memang semakin hebat saja, ya.” Dia berjalan mendekati Hiro. “Sudah jam berapa sekarang? Kamu berkelahi, kemudian panggil aku buat jadi penjaminmu? Apa kamu sudah gila?” Yura melipat kedua tangannya di depan dada dengan gusar. “Ternyata kamu tahu juga masalah ini cukup memalukan? Makanya kamu tidak berani kasih tahu anggota keluargamu?”Wajah Hiro lebam lantaran dipukul. Dia kelihatan s
Yura berjalan maju. Dia menarik kerah pakaian Hiro, lalu menjerit, “Kita semua sudah dewasa. Jangan mimpi di siang bolong lagi. Bukan semua hal di dunia ini akan diperlakukan dengan adil! Belum tentu semua yang kamu lakukan akan membuahkan hasil. Hiro, kalau bahkan kamu melepaskan dirimu sendiri, aku cuma bisa bilang, Jessie memang sudah melakukan keputusan tepat, nggak seharusnya dia memilihmu.”Tanpa ragu, Yura langsung melepaskan Hiro dan meninggalkan tempat.Saat ini, hanya tersisa Hiro seorang diri di tempat. Di bawah cahaya lampu kuning yang remang, bayangan tubuhnya membuatnya kelihatan sangat kesepian.Sesuai dugaan, berita perkelahian Hiro di bar telah viral di media sosial. Hiro juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Dia tidak berbicara panjang lebar lagi, langsung meninggalkan reporter tanpa menoleh sama sekali.Saat Jessie sedang menyantap sarapannya, dia pun merasa terkejut ketika melihat berita ini. Dia merasa Hiro tidak mirip seperti orang yang akan berkelahi. Mun
Jessie tersenyum, lalu menjinjit ujung kakinya untuk mencium dagu Jules. “Aku akan menebusnya lain kali?”Jules tertawa sembari memeluk Jessie dengan erat. “Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapimu.”Ketika mereka berdua sedang berciuman, tiba-tiba suara dering ponsel Jessie memecahkan suasana kasmaran. Kali ini, raut wajah Jules semakin serius lagi. Jessie mengambil ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Yura.Jules mengedipkan matanya ke sisi Jules. “Suamiku, boleh nggak aku angkat?”Menyadari Jessie sedang memikirkan perasaannya, Jules pun tidak merasa marah lagi. Dia mencium kening Jessie, lalu membalas, “Angkat sana.”“Cinta banget sama kamu ….” Jessie mencium pipi Jules, lalu pergi mengangkat panggilan.Yura sedang menunggu Jessie di kafe. Tidak lama kemudian, dia melihat ada seorang wanita yang mengenakan masker dan topi berjalan ke dalam. Setelah duduk di tempat, dia baru melepaskan jaket sembari mengamati sekeliling dengan penuh hati-hati. Setelah memastikan tida
Jangan-jangan Hiro benar-benar jadian dengan Nora?“Kenapa? Apa kamu kaget karena aku yang angkat telepon?” Nora tersenyum dingin. “Aku peringatkan kami. Jangan ganggu cowokku lagi.”Usai berbicara, Nora langsung mengakhiri panggilan, lalu memasukkan nomor kontak Jessie ke daftar hitam.Jessie sungguh kehabisan kata-kata. Hanya saja, apa benar Hiro sedang berpacaran dengan Nora?Entah kenapa, Jessie merasa masalah tidak sesederhana ini?Di sisi lain, di vila.Hiro baru bangun. Saat dia menyadari Nora sedang berbaring di sampingnya, dia spontan mendorong Nora, lalu duduk di tempat.Tiba-tiba Hiro kepikiran sesuatu, raut wajahnya langsung berubah suram.Sebenarnya Nora sudah bangun dari tadi pagi. Saat menyadari ekspresi Hiro, dia pun tersenyum sembari menutup tubuhnya dengan selimut. “Tuan Muda Hiro, sekarang aku sudah menjadi wanitamu.”Hiro berjalan menuruni ranjang, lalu segera mengenakan kemejanya.Ketika melihat Hiro tidak mengatakan apa pun, Nora mengira dia sudah mengakui hubunga
Pundak Nora gemetar. Dia sungguh teledor. Jangan-jangan Hiro memang adalah seorang pria yang sangat menakutkan?Hiro meletakkan tangan di atas pundak Nora. “Apa kamu ingin jadi tokoh utama dalam filmku?”“Aku … aku ….” Kali ini, Nora mulai terbata-bata.Sementara itu, Hiro malah tersenyum sembari mengusap wajahnya. “Hanya demi sebuah peran kecil saja? Apa perlu kamu berbuat seperti itu? Aku bisa memberikannya kepadamu.”Nora sungguh syok. “Serius?”Hiro menyipitkan matanya sembari tersenyum. Jari tangannya berhenti pada bagian bekas merah di leher akibat dicubit Nora. “Tentu saja, asal kamu dengar apa kataku.”Nora mengira Hiro bersedia untuk membuatnya tenar. Dia diam-diam merasa gembira. Siapa sangka dirinya akan dihancurkan oleh Hiro.Beberapa hari kemudian, studio Hiro mengumumkan kabar persiapan syuting film baru. Nora pun ditetapkan sebagai tokoh utama wanita. Semua orang mulai menggosip hubungan Nora dengan Hiro. Seingat mereka semua, pria yang menemani Nora pada acara malam wak
“Ada apa? Apa aku tidak boleh membahasnya? Masalah itu sudah masalah berapa tahun lalu? Kenapa kamu masih saja mengungkitnya?”Seperti biasanya ayah dan anak mulai bercekcok lagi.Jodhiva merangkul pundak Ariel membawanya meninggalkan ruang tamu. Setelah tiba di halaman, Ariel tidak bisa menahan tawanya lagi. “Mereka berdua lucu sekali, ya. Mereka benar-benar nggak mirip sama kalian.”Jodhiva menyipitkan matanya, lalu memiringkan kepala untuk melihat Ariel. “Tidak mirip dengan kami?”Ariel membalikkan tubuhnya menghadap Jodhiva, lalu berjalan dengan langkah mundur. “Apa kamu juga adu mulut sama Jerry? Nggak, ‘kan? Sepertinya cuma Jessie saja yang mewarisi gen kedua senior.”“Kalau nggak ada mereka, aku merasa Keluarga Fernando pasti sangat sepi. Aku malah merasa lebih ramai Keluarga Oswaldo-ku.”Jerremy dan Jodhiva memang tidak pernah beradu mulut, apalagi Javier dengan Claire. Langkah kaki Jodhiva berhenti. Dia menurunkan kelopak matanya dan tersenyum. “Iya, rumah ini baru terasa ram
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem