Hampir semua wajah Ariel ditutup oleh kipas. Dia berbisik, “Jangan omong kosong! Ayo, kita pulang.”Senyuman Jodhiva semakin lebar lagi. “Oke, kita pulang sekarang.”Setelah kembali ke Kediaman Keluarga Oswaldo, para pelayan sedang sibuk menaburkan kelopak bunga mawar di depan pintu. Jodhiva menoleh mengulurkan tangannya ke sisi Ariel yang menuruni mobil.Ariel menurunkan kelopak matanya, lalu meletakkan tangan di atas telapak tangan Jodhiva.Di bawah tatapan semua orang, Jodhiva menggandeng tangan Ariel berjalan ke dalam aula. Tobias dan Firman duduk di meja utama.Sepasang pengantin melakukan ritual pernikahan seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya.Ketika melihat gambaran ini, selain merasa gembira, Tobias juga merasa pilu. Dia merasa gembira akhirnya putrinya telah menikah. Sementara, hal yang memilukan hati adalah kelak sang putri juga menjadi putri orang lain.Firman memergoki Tobias yang diam-diam menyeka air matanya. Dia meletakkan cangkir teh, lalu berkata, “Astaga, k
Wajah Dessy langsung merona. Dia pun segera melarikan diri.Setelah turun ke tingkat bawah, Dessy bergegas berbisik di samping Tobias, “Sepertinya Nona dan Tuan Muda nggak bisa turun sekarang.”Mana mungkin Tobias si rubah licik itu tidak mengerti makna tersirat dari ucapan Dessy. Dia pun melambaikan tangannya. “Sudahlah, kamu jaga di atas. Jangan sampai ada yang mengganggu mereka.”Dessy menepuk-nepuk pundaknya sendiri. “Serahkan padaku.”Hampir pukul setengah sepuluh malam, Ariel memeluk selimut dengan kesal. Padahal dia sudah kelaparan, sekarang dia malah disiksa. Anehnya, Ariel malah merasa puas ….Jodhiva membalikkan tubuhnya, menyandarkan kepala dengan satu tangannya. Jari tangannya mulai memainkan rambut panjang Ariel. Dia menatap raut kesal Ariel dengan tersenyum. “Apa kamu masih belum puas?”Ariel duduk sembari membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia menggunakan ekspresi paling galak untuk mengatakan, “Puas!”Jodhiva pun tertawa. Dia merangkul Ariel di dalam pelukannya, lalu m
“Jangan!” ucap Ariel dengan buru-buru. Sepertinya Jodhiva sendiri juga tidak menyangka. Ternyata masakannya akan menjadi senjata jitu dalam mendapatkan Ariel.“Kamu mau makan, tapi kamu tidak bersedia untuk memaafkanku.” Jodhiva sengaja menunjukkan ekspresi sedihnya. “Aku bingung harus bagaimana lagi.”“Sejak kapan aku bilang aku nggak akan memaafkanmu?”Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Kalau begitu, kamu sudah maafin aku?”Ariel mengulurkan tangannya untuk mengambil piring dari tangan Jodhiva. “Tentu saja, apa aku itu orang berhati sempit? Untuk apa seorang wanita marahan sama seorang pria?”Jodhiva mengesampingkan tangan Ariel. “Sudahlah, lebih baik aku makan sendiri.”“Jangan ….” Ariel langsung memeluk Jodhiva dari belakang. “Aku benar-benar sudah lapar. Kasih aku saja, ya.”Jodhiva tertegun di tempat. Apa Ariel sedang bermanja-manja? Dia bagai seekor kucing saja yang sedang manja demi mendapatkan makanan. Jodhiva memalingkan kepala untuk menatap Ariel dengan tersenyum. “Pergi c
Anak buah juga tidak kalah hebatnya dari pria berkalung emas. Mereka berdua mulai berkelahi. Situasi menjadi menegangkan.Ada pengunjung yang langsung menghubungi polisi. Tidak lama kemudian, polisi pun datang untuk mengendalikan situasi.Di dalam kantor polisi, Hiro sedang duduk di atas bangku panjang. Dia tidak berbicara sama sekali. Sementara, pria berkalung emas terus menjelaskan kepada pihak kepolisian. Emosinya semakin membeludak saja. Hanya saja, dari rekaman CCTV, diketahui bahwa pria berkalung emas duluan turun tangan. Jadi, dia pun diberi hukuman.Yura bergegas ke kantor polisi. “Hiro, kamu memang semakin hebat saja, ya.” Dia berjalan mendekati Hiro. “Sudah jam berapa sekarang? Kamu berkelahi, kemudian panggil aku buat jadi penjaminmu? Apa kamu sudah gila?” Yura melipat kedua tangannya di depan dada dengan gusar. “Ternyata kamu tahu juga masalah ini cukup memalukan? Makanya kamu tidak berani kasih tahu anggota keluargamu?”Wajah Hiro lebam lantaran dipukul. Dia kelihatan s
Yura berjalan maju. Dia menarik kerah pakaian Hiro, lalu menjerit, “Kita semua sudah dewasa. Jangan mimpi di siang bolong lagi. Bukan semua hal di dunia ini akan diperlakukan dengan adil! Belum tentu semua yang kamu lakukan akan membuahkan hasil. Hiro, kalau bahkan kamu melepaskan dirimu sendiri, aku cuma bisa bilang, Jessie memang sudah melakukan keputusan tepat, nggak seharusnya dia memilihmu.”Tanpa ragu, Yura langsung melepaskan Hiro dan meninggalkan tempat.Saat ini, hanya tersisa Hiro seorang diri di tempat. Di bawah cahaya lampu kuning yang remang, bayangan tubuhnya membuatnya kelihatan sangat kesepian.Sesuai dugaan, berita perkelahian Hiro di bar telah viral di media sosial. Hiro juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Dia tidak berbicara panjang lebar lagi, langsung meninggalkan reporter tanpa menoleh sama sekali.Saat Jessie sedang menyantap sarapannya, dia pun merasa terkejut ketika melihat berita ini. Dia merasa Hiro tidak mirip seperti orang yang akan berkelahi. Mun
Jessie tersenyum, lalu menjinjit ujung kakinya untuk mencium dagu Jules. “Aku akan menebusnya lain kali?”Jules tertawa sembari memeluk Jessie dengan erat. “Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapimu.”Ketika mereka berdua sedang berciuman, tiba-tiba suara dering ponsel Jessie memecahkan suasana kasmaran. Kali ini, raut wajah Jules semakin serius lagi. Jessie mengambil ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Yura.Jules mengedipkan matanya ke sisi Jules. “Suamiku, boleh nggak aku angkat?”Menyadari Jessie sedang memikirkan perasaannya, Jules pun tidak merasa marah lagi. Dia mencium kening Jessie, lalu membalas, “Angkat sana.”“Cinta banget sama kamu ….” Jessie mencium pipi Jules, lalu pergi mengangkat panggilan.Yura sedang menunggu Jessie di kafe. Tidak lama kemudian, dia melihat ada seorang wanita yang mengenakan masker dan topi berjalan ke dalam. Setelah duduk di tempat, dia baru melepaskan jaket sembari mengamati sekeliling dengan penuh hati-hati. Setelah memastikan tida
Jangan-jangan Hiro benar-benar jadian dengan Nora?“Kenapa? Apa kamu kaget karena aku yang angkat telepon?” Nora tersenyum dingin. “Aku peringatkan kami. Jangan ganggu cowokku lagi.”Usai berbicara, Nora langsung mengakhiri panggilan, lalu memasukkan nomor kontak Jessie ke daftar hitam.Jessie sungguh kehabisan kata-kata. Hanya saja, apa benar Hiro sedang berpacaran dengan Nora?Entah kenapa, Jessie merasa masalah tidak sesederhana ini?Di sisi lain, di vila.Hiro baru bangun. Saat dia menyadari Nora sedang berbaring di sampingnya, dia spontan mendorong Nora, lalu duduk di tempat.Tiba-tiba Hiro kepikiran sesuatu, raut wajahnya langsung berubah suram.Sebenarnya Nora sudah bangun dari tadi pagi. Saat menyadari ekspresi Hiro, dia pun tersenyum sembari menutup tubuhnya dengan selimut. “Tuan Muda Hiro, sekarang aku sudah menjadi wanitamu.”Hiro berjalan menuruni ranjang, lalu segera mengenakan kemejanya.Ketika melihat Hiro tidak mengatakan apa pun, Nora mengira dia sudah mengakui hubunga
Pundak Nora gemetar. Dia sungguh teledor. Jangan-jangan Hiro memang adalah seorang pria yang sangat menakutkan?Hiro meletakkan tangan di atas pundak Nora. “Apa kamu ingin jadi tokoh utama dalam filmku?”“Aku … aku ….” Kali ini, Nora mulai terbata-bata.Sementara itu, Hiro malah tersenyum sembari mengusap wajahnya. “Hanya demi sebuah peran kecil saja? Apa perlu kamu berbuat seperti itu? Aku bisa memberikannya kepadamu.”Nora sungguh syok. “Serius?”Hiro menyipitkan matanya sembari tersenyum. Jari tangannya berhenti pada bagian bekas merah di leher akibat dicubit Nora. “Tentu saja, asal kamu dengar apa kataku.”Nora mengira Hiro bersedia untuk membuatnya tenar. Dia diam-diam merasa gembira. Siapa sangka dirinya akan dihancurkan oleh Hiro.Beberapa hari kemudian, studio Hiro mengumumkan kabar persiapan syuting film baru. Nora pun ditetapkan sebagai tokoh utama wanita. Semua orang mulai menggosip hubungan Nora dengan Hiro. Seingat mereka semua, pria yang menemani Nora pada acara malam wak
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t