Hanya saja, saat Berwin mengatakan dirinya adalah kakeknya Jodhiva, tidak ada yang percaya sama sekali. Dia malah disindir habis-habisan oleh para warganet.Saking marahnya Berwin, dia langsung menggunakan identitas anaknya untuk memverifikasi akun Instagram, lalu mencantumkan status sebagai mantan ketua sekaligus pendiri Grup Angkasa. Setelah itu, para warganet yang sebelumnya mempertanyakan dan mencemooh langsung terdiam.Pada saat yang sama, Edwin berhasil menyelidiki identitas orang yang memosting unggahan tersebut dan juga telah mendapatkan nomor ponselnya.Jelas sekali bahwa orang tersebut juga terkejut karena identitasnya terungkap. Lantaran merasa panik, dia terpaksa menghubungi Alicia, meminta uang tutup mulut darinya.Saat mengetahui orang itu masih berani mengancam dirinya, ekspresi Alicia menjadi suram. “Apa maksudmu? Bukankah aku sudah memberimu uang satu miliar?”Orang di ujung telepon berkata dengan lantang, “Uang satu miliar mana cukup? Sekarang mereka sudah menyelidiki
Orang itu malah memberi tahu masalahnya kepada ayah!Alicia menggenggam erat ponsel, lalu segera menjelaskan, “Ayah, bukan begitu, aku … aku juga terpaksa.”Amarah Sanur semakin meledak lagi. Putrinya tidak mengakui kesalahannya, malah mencari alasan untuk berdalih lagi. Sanur berusaha menekan amarahnya. Dia menekan-nekan tulang hidungnya sembari berkata, “Kamu bilang kamu melakukannya karena terpaksa? Alicia, sejak kapan kamu berubah menjadi begitu licik? Kamu bahkan berani menyebar gosip Keluarga Oswaldo?”Raut kecewa di wajah Sanur membuat wajah Alicia menjadi pucat. “Aku … aku cuma ….” Seketika, terdengar suara tangis Alicia. Dia menarik tangan ayahnya. “Ayah, aku akui aku bersalah. Tapi, aku benar-benar sangat menyukainya.”“Alicia!” Sanur menepis tangan Alicia, lalu menunjuknya. “Sejak kapan putriku diperbolehkan untuk merendah seperti ini? Demi seorang pria, kamu malah berani untuk berbuat apa pun?”Alicia menangis terisak-isak. “Aku hanya ingin mengejar pria yang aku sukai saja
Reporter mengarahkan kamera ke sisi Ariel. “Nona Ariel, apa benar seperti itu? Apa benar kamu sudah mendaftarkan pernikahanmu dengan Tuan Muda Jody?”Ariel menggigit bibirnya, lalu mengangguk. “Iya.”Reporter bertanya lagi, “Dengar-dengar kamu adalah putri semata wayang Tuan Tobias. Kamu pernah menyamar menjadi pria sewaktu tinggal di Pulau Persia. Apa kami boleh tahu alasan kamu hidup dengan menyamar sebagai pria?”Ariel menatap reporter yang mengajukan pertanyaan itu. “Apa salah kalau aku menyamar sebagai seorang pria?”Reporter itu tertegun sejenak, lalu menunjukkan senyuman canggung. “Tentu saja tidak ada yang salah. Hanya saja, kamu itu seorang wanita. Kamu malah menyamar sebagai pria selama 20-an tahun. Apa bagus untuk berbuat seperti itu?”Ariel tersenyum. “Apa kamu sedang diskriminasi gender?”Kali ini, reporter tidak sanggup berkata-kata lagi.Ariel melanjutkan, “Aku memang menyamar sebagai pria dan hidup bersama pria. Tapi, jangan lupa, ayahku juga seorang pria.”“Situasi di
Jodhiva memainkan ujung rambut Ariel. “Kamu makan punyamu saja.”Ariel merasa agak canggung. Sekarang dia sedang duduk di atas pangkuan Jodhiva. Bagaimana caranya Ariel bisa makan?Pada saat ini, Ariel mengambil sepotong daging iga. Belum sempat memakannya, tiba-tiba bagian leher Ariel terasa geli. Dia pun tersenyum sembari menyikut dada Jodhiva. “Jody, cukup.”Jodhiva menyandarkan dagu di atas pundak Ariel. Dia kelihatan agak malas. “Setelah ternakku gemuk, sudah bisa disantap.”Wajah Ariel tampak merona. “Kamu bilang aku ternakmu?”Jodhiva menempel di daun telinga Ariel, kemudian tersenyum. “Ternakku bernama Ariel.”Betapa inginnya Ariel memukul Jodhiva. Jodhiva menggenggam pergelangan tangan Ariel, lalu memutar wajahnya untuk mencium bibir Ariel.Setelah kembali ke kamar, dua potong jaket berjatuhan di lantai. Jodhiva berada di atas Ariel. Tanpa sengaja, Ariel dapat bersentuhan dengan dada Jodhiva. Meski ada kemeja yang memisahkan tubuh mereka berdua, Ariel tetap bisa merasakan keha
Ariel menurunkan kelopak matanya. Bohong jika Ariel tidak merindukan kampung halamannya.“Aku temani kamu.”Ariel merasa kaget. “Apa kamu nggak perlu urus perusahaan?”Jodhiva tersenyum. “Ada ayahku dan juga kakekku. Apa ada yang perlu ditakutkan?”Ariel mengangkat-angkat alisnya, tidak tahu harus berkata apa lagi.Bibir Jodhiva samar-samar menempel di pipi Ariel. “Aku beri kamu waktu sepuluh menit untuk gosok gigi dan cuci muka. Kemudian, cepat turun buat sarapan. Kalau tidak ….” Jodhiva membungkukkan tubuhnya untuk menatap Ariel. “Kamu tidak usah bangun lagi.”“Jangan! Jangan! Jangan! Aku akan segera bangun!”Ariel mendorong Jodhiva, lalu mengesampingkan selimutnya, bergegas ke dalam kamar mandi.Kalau dilanjutkan lagi, sepertinya Ariel mesti tidur sampai sore!Setelah turun ke lantai bawah, Jodhiva juga sudah menukar pakaiannya. Saat ini, dia sedang mengenakan pakaian santai, duduk di depan meja sembari meminum kopi. Sarapan juga sudah disiapkan di atas meja.Ariel duduk, lalu merob
Jodhiva menatap Ariel dengan menyipitkan matanya. Apa dia mulai cemburu lagi?Si wanita pun tersenyum. “Tuan, kenapa kamu malah bersama cowok yang seperti wanita ini? Apa kamu suka sesama jenis?”Raut wajah Ariel langsung berubah muram. Belum sempat dia berbicara, Jodhiva langsung memeluk Ariel. “Iya, aku suka pria seperti dia.”“Buang-buang waktu saja.” Si wanita berjalan pergi dengan marah.Ariel memalingkan kepalanya untuk memelototi Jodhiva. Dia pun mendorong Jodhiva. “Banyak sekali orang yang mengincarmu.”Jodhiva mengangkat dagu Ariel. “Apa kamu cemburu?”Ariel mendengus. “Untuk apa aku cemburu sama cewek tua?”Tiba-tiba Jodhiva mengangkat tubuh Ariel. Berhubung mereka sedang berada di tengah laut, Ariel pun terkejut hingga tertegun di tempat. “Jody, kamu ….”Setelah memasuki kamar, Jodhiva menurunkan Ariel ke atas ranjang. Tubuh besar Jodhiva langsung mengurung Ariel di dalam pelukannya. “Kenapa kamu pakai busana pria lagi?”Ariel memalingkan kepalanya. “Kamu nggak suka?”Jodhiv
Ariel mengangkat kepalanya untuk melihat jam. “Datangnya sungguh tepat waktu. Jangan-jangan ada obat di dalamnya?”Jodhiva tersenyum. “Bisa jadi.”Ariel memotong steak sapi. “Apa pun ceritanya, kita mesti bersandiwara.”Sekitar jam satu, pelayan datang untuk membereskan piring kotor. Semua makanan sudah dilahap hingga tidak bersisa.Ariel duduk di sofa sembari menonton sinetron. Dia mengusap tanda dirinya mengantuk. Sementara itu, Jodhiva sedang membasuh tubuhnya.Pelayan mendorong kereta makanan meninggalkan kamar. Dia mengangkat kelopak matanya sedikit, lalu menutup pintu kamar dengan perlahan.Di belokan koridor, wanita yang mengenakan jaket kulit macan tutul sedang merokok sembari bersandar di dinding. Dia mengisap rokok, lalu bertanya, “Sudah makan?”Pelayan membuka tutup piring. “Tidak ada yang tersisa.”Tatapan galak si wanita dikaburkan oleh asap putih. Bibir merahnya melengkung ke atas. “Dua pria itu masih muda. Organ tubuhnya pasti masih sehat-sehat.”Seorang pria botak denga
Suara di dalam ruangan mengejutkan orang yang berjaga di luar. Saat mereka menerobos ke dalam, mereka semua kelihatan kaget. “Tangkap mereka!”Ariel dan Jodhiva sedang berdiri bersama. Tidak lama kemudian, mereka berdua pun sudah dikepung. Tidaklah efisien untuk bergerak di ruangan sempit ini. Kebetulan bisa membatasi gerak-gerik mereka.Punggung Ariel dan Jodhiva saling menempel. Mereka memandang orang-orang yang mengerumuni mereka.Ariel memalingkan kepalanya. “Apa kamu baik-baik saja?”Jodhiva melonggarkan jam tangannya. “Mau tanding?”Ariel tersenyum. “Boleh, kita lihat siapa yang bisa duluan mengalahkan mereka.”Ketika mendengar percakapan mereka berdua, mereka semua kelihatan murka. “Sialan! Apa maksudmu? Apa kalian sedang meremehkan kami?”Ariel dan Jodhiva menjawab dengan serentak, “Iya.”Orang itu merasa marah dan langsung menjerit, “Habisi mereka!”Orang-orang itu langsung menyerang.Di dalam ruang operasi yang sempit, situasi sudah menjadi kacau. Saking besarnya suara, bahka
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me