“Gimana kalau Kak Riko perluas wawasanmu?”Para pria lainnya malah mulai bersorak.Saat ini, suasana hati Ariel sedang tidak bagus, malah ada yang mencari masalah dengannya. Tentu saja Ariel merasa gembira lantaran ada tempat untuk melampiaskan amarahnya. “Jujur saja, nggak ada yang perlu dibanggakan dari sabuk hitam.”Riko sungguh merasa kesal. Dia masih tidak pernah bertemu dengan wanita searogan dirinya. “Dasar kurang ajar! Padahal aku sudah cukup bersabar, kamu malah semakin menjadi-jadi?”Ariel melipat kedua tangan di depan dadanya. “Heh, kamu nggak usah beri muka kepada lawanmu.”Riko yang dihina habis-habisan itu tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia menarik lengan pakaiannya. “Kamu memang nggak tahu malu. Biar aku beri pelajaran sama kamu.”“Sebentar.” Ariel mengangkat tangan untuk menghentikan.Riko mengira Ariel sudah takut. Dia pun tersenyum puas. “Kalau kamu mengakui kesalahanmu sekarang, aku tidak akan persulit kamu. Kalau tidak, aku yakin kamu yang kurus kering itu pasti
“Apa?” Ketika Jessie mendengar kata “melecehkan”, tiba-tiba dia melihat ke sisi Riko. “Kamu malah berani melecehkannya?”Usai berbicara, Jessie langsung menendang Riko. Tadinya Jessie ingin lanjut menendangnya lagi, tiba-tiba dia ditahan oleh Ariel. “Duh, sudahlah, aku juga sudah pukul dia. Kalau dipukul lagi, dikiranya lagi menindas.”Saat ini, datang seseorang dari luar.Ketika melihat gambaran di depan mata, Jodhiva pun menyipitkan matanya. “Ada apa ini?”Sewaktu melihat kedatangan Jodhiva, emosi Ariel langsung membara. Dia langsung maju untuk menendang Riko lagi.Kali ini, Jessie tidak berhasil menahannya.Riko merasa bingung dan langsung menangis. “Kamu malah pukul aku lagi?”Jodhiva berjalan maju untuk menahan Ariel. “Masih mau pukul?”Ariel menepis tangan Jodhiva. “Apa urusannya sama kamu?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Kalau bukan aku yang mengurusmu, siapa yang akan mengurusmu? Setelah kamu memukul mereka, bukannya aku mesti selesaikan perkara ini?”Saat ini, Jessie maju untuk
Jodhiva memalingkan kepala untuk melihat Ariel sekilas. “Kamu lagi cemburu?”Ariel masih tidak mengakuinya. “Kata siapa aku cemburu?”“Kalau bukan cemburu, kenapa kamu malah marah? Kenapa kamu ikuti mobilku? Heh?”Ariel terbengong, lalu memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa kamu tahu aku mengikutimu?”Jodhiva tersenyum. “Siapa lagi selain kamu?”Ariel menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Sejujurnya, Ariel sendiri juga tidak tahu kenapa dirinya mesti mengikuti Jodhiva. Mungkin karena marah, juga mungkin karena dia tidak suka Jodhiva berdua dengan Alicia.Setelah terdiam lama, tiba-tiba Ariel bertanya, “Apa kamu suka wanita seperti Nona Alicia?”Jodhiva mengerutkan keningnya. “Apa aku pernah bilang suka?”“Bukannya cowok-cowok suka sama wanita yang lemah lembut? Wajar kalau kamu suka sama dia.”Tiba-tiba Jodhiva mempercepat laju kendaraannya. Ariel merasa kaget langsung memegang pegangan. “Kamu lagi ngapain?”Jodhiva membalas dengan datar, “Kita bicarakan di rumah.”Setelah Jodhiv
Tanpa menunggu Ariel selesai berbicara, tiba-tiba Jodhiva langsung menyumpal mulutnya.…Setelah Riko tinggal di rumah sakit, orang tuanya bergegas ke rumah sakit untuk menjenguknya. Mereka sungguh sakit hati ketika melihat putra mereka yang dipukul menjadi seperti ini. “Nak, siapa yang pukul kamu hingga seperti ini? Hah?”Saat ini, lengan Riko sedang dibungkus gips, wajahnya bengkak, dan kakinya juga digantung. Ketika melihat kedatangan orang tuanya, dia langsung menangis bagai seorang anak kecil saja. “Ayah, Ibu, kalian mesti bantu aku. Aku ditindas!”Hani bertanya, “Bukannya kamu belajar taekwondo? Kenapa kamu malah ditindas?”Riko tidak berani mengatakan dirinya berbuat salah duluan. Dia terpaksa memutarbalikkan fakta mendorong kesalahan ke diri mereka.Setelah orang tua Riko mendengar mereka yang menindas putranya beranggotakan orang banyak, raut wajah mereka langsung berubah muram. Riko adalah anak kesayangan mereka. Mana mungkin mereka akan membiarkan putra mereka ditindas begit
Punggung Aska berkeringat dingin. Tobias? Mana mungkin dia tidak tahu dengan tokoh hebat itu? Nama Tobias di Yasia Tenggara boleh dikatakan mengalahkan nama leluhur Keluarga Fernando.Jodhiva meletakkan tangan di atas pundak Aska, lalu mendekatinya. “Ariel adalah wanita yang akan aku nikahi di kemudian hari. Sekarang putramu sudah menyentuh istriku. Mengenai utang itu, meskipun Tuan Tobias tidak mencari kalian, Keluarga Fernando juga tidak akan tinggal diam.”Usai berbicara, Jodhiva membawa anggotanya meninggalkan ruang tamu.Aska terbengong di tempat. Dia merasa dunianya sedang runtuh saja. Tadinya dia mengira wanita itu tidak memiliki latar belakang apa-apa. Dia pun bisa membantu putranya untuk mengatasi “masalah sepele” itu. Siapa sangka kali ini putranya telah bertemu dengan lawan tangguh, lebih tepatnya dua lawan tangguh.Saat ini, di Grup Angkasa.Alicia berjalan ke resepsionis untuk membuat janji ketemu dengan Jodhiva. Resepsionis berkata, “Maaf, Nona Alicia, Tuan Muda Jody lag
“Muka siapa yang tebal? Apa semua ini salahku?”“Salahku.” Jodhiva mengusap ujung mata Ariel. Kemudian, dia mengusap dagu si wanita dan mengangkatnya. “Tidak seharusnya aku membiarkanmu yang tidak bisa masak sendirian di rumah. Demi keselamatan, saat aku tidak ada di rumah, aku akan merekrut pelayan untuk membantumu. Jangan sampai nanti kamu kehilangan nyawamu sendiri.”Balasan yang didapatkan Jodhiva adalah suara keroncongan perutnya.Jodhiva tersenyum. “Kamu lapar?”Ariel mengiakan.Jodhiva juga tidak ingin Ariel kelaparan. “Dapur tidak mungkin bisa dibersihkan dalam waktu singkat. Terpaksa pesan makanan dulu.”Setelah memesan makanan, Ariel menyantap makanan di depan meja. Masakan yang dipesan memang tidak bisa dibandingkan dengan masakan Jodhiva, tetapi setidaknya rasanya cukup enak.Jodhiva menghabiskan waktu 1,5 jam untuk membersihkan dapur. Dia berjalan ke balkon untuk mengutus pelayan ke Vila Galatta.Baru saja panggilan diakhiri, Jodhiva pun menerima panggilan dari Edwin.Keni
Jodhiva menatap wajah Ariel yang mirip dengan kucing belang itu. Apa Ariel tidak sadar betapa kotor wajahnya saat ini?Ariel yang ditatap itu pun merasa malu. “Untuk apa kamu lihat aku?”Jodhiva berkata, “Kenapa Tuan Muda Ariel bisa sedekil kucing belang saja?”Suasana kasmaran seketika dihancurkan oleh ucapan Jodhiva. Ariel langsung mendorongnya. “Kamu yang kucing!”Jodhiva menekan Ariel ke dalam pelukannya. “Apa kamu tidak percaya?”Ariel menggigit pundaknya, tetapi tidak terlalu kuat. Jodhiva mencubit pipinya, lalu mencium bibirnya. Belum sempat Ariel merespons, Ariel pun sudah digendong. “Hei, Jody! Lepaskan aku!”Jodhiva menggendong Ariel ke dalam kamar mandi. Ariel menatap dirinya dari dalam cermin, lalu segera menutup wajahnya. “Astaga!”Jodhiva menurunkan Ariel di depan wastafel. “Aku tidak membohongimu, ‘kan?”Ariel merasa canggung hingga tidak sanggup mengangkat kepalanya. Ternyata dari tadi dia berbicara terhadap Jodhiva dengan wajahnya yang sekotor ini?Pantas saja ketika J
Setelah pintu ditutup, Ariel duduk, lalu mengambil ponselnya.Saat Jodhiva telepon tadi, Ariel sempat membaca berita dari dalam selimut. Alicia malah diberitakan sebagai calon istrinya Jodhiva? Ariel berdecak. Maaf! Posisi itu sudah direservasi Ariel.Pada jam tujuh malam, Jodhiva sedang duduk di dalam ruang VIP Klub Garzia. Selain pengawal, tidak ada orang lain di dalam ruangan.Tak lama kemudian, Sanur pun menampakkan diri. Sanur berjalan ke sisi Jodhiva dengan tersenyum. “Apa Tuan Muda Jody mencariku?”Jodhiva mempersilakan Sanur untuk duduk, lalu mengisyaratkan pengawal untuk menuangkan anggur. Dia duduk dengan kaki bersilang dan punggung bersandar. Di bawah cahaya lampu, tidak terlihat ekspresi di wajahnya. “Tuan Sanur, kamu itu bagian dari Perusahaan Konstruksi Dokar. Aku mengajakmu ketemuan bukan demi masalah pekerjaan, tapi aku berharap kamu bisa keluar untuk klarifikasi hubunganku dengan putrimu.”Tangan Sanur yang memegang gelas anggur terkaku. Dia mengangkat kepalanya. “Gos
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t