Jerremy menyadari sesuatu, lalu terkekeh. “Sekarang Jessie sedang dalam puncak kariernya. Kalau dia tiba-tiba mengumumkan masalah pernikahannya, sepertinya akan berdampak terhadap kariernya?”Tiba-tiba Jessie merasa tidak senang. Dia mengesampingkan sendok garpunya. “Kata siapa nggak boleh mengumumkan pernikahan setelah masuk ke dunia hiburan? Paling-paling aku akan kehilangan penggemar saja! Aku juga nggak takut. Meski aku benar-benar menikah, semua itu juga bukan hambatan bagiku.”“Oh, jadi kenapa Jules tidak melamarmu? Jangan-jangan dia sudah menyesal?”Jessie menggertakkan giginya. Jerremy pasti sedang balas dendam karena Jessie telah mengadu. Sekarang dia mulai menyindir Jessie.Jessie menarik napas dalam-dalam, lalu memaksakan diri untuk tersenyum. “Kak Jerry-ku, daripada kamu habisin waktu untuk urusin aku, lebih baik kamu urus diri kamu sendiri saja. Dasar cowok lajang!”Jerremy sungguh gusar. “Kata siapa aku itu lajang?”Jessie membalas, “Memangnya bukan?” Usai berbicara, Jess
Jerremy mengangkat kepalanya. “Apa yang terjadi?”Edwin menurunkan ponselnya. Raut wajahnya kelihatan muram. “Tuan Jerry, kata agen properti, vila itu sudah terjual pada dua hari lalu.”Jerremy dan Edwin pergi ke kantor penjualan Kompleks Amara. Manajer departemen penjualan bergegas datang untuk menyambut. Setelah mengetahui kondisi, dia pun tersenyum.“Tuan Jerry, maaf sekali, karyawan kami lalai dalam bekerja. Itulah sebabnya bisa terjadi kekeliruan seperti itu.”Dua hari lalu, vila sudah terjual. Setelah melakukan serah terima, agen lupa mencabut iklan. Itulah sebabnya bisa terjadi kesalahpahaman.Jika orang itu adalah orang lain, manajer juga hanya cukup meminta maaf saja. Namun, orang itu adalah Jerremy yang susah diajak bicara.Jerremy duduk di sofa. Karyawan segera menuangkan teh untuknya. “Siapa yang beli?”Edwin menatap Jerremy dengan syok. Jangan-jangan dia ingin membeli vila yang sudah terjual itu?Manajer merasa canggung. “Emm, coba aku telepon untuk tanyakan masalah ini?”
Derrick menyerahkan ponsel kepada Jules. Jules mengangkatnya, “Tuan Jerry berhasil menebak, ya?”Jerremy menggertakkan giginya. “Jules, apa kamu sangat miskin? Sampai ingin memeras uangku?”Jules pun tertawa. “Aku penasaran seberapa sukanya Tuan Jerry terhadap vila ini. Kalau kamu tidak rela untuk mengeluarkan uang itu, kamu pun tidak bisa memiliki vila ini.”Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kelak kita akan sering bertemu. Aku rasa lebih baik kamu jaga sikapmu, biar hubungan kita bisa lebih harmonis.”Jules dapat memahami maksud dari ucapan Jerremy. Dia pun tertawa. “Semua ini tidak ada urusannya sama kamu. Semuanya tergantung dengan Jessie.”“Kamu jangan gunakan Jessie untuk menekanku.”“Apa Tuan Jerry ingin menghadiahkan vila ini kepada seseorang?”Jerremy tertegun sejenak. Raut wajahnya kelihatan tegang. “Tidak ada hubungannya sama kamu.”“Kalau begitu, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.” Jules langsung mengakhiri panggilan. Sepertinya dia bisa membayangkan betapa murungnya w
“Aku kira kamu kenapa, soalnya raut wajahmu kelihatan sangat nggak bagus.”“Ahh … begitu, ya?” Dacia spontan mengusap wajahnya. Tiba-tiba dia tertegun. Raut wajahnya tidak bagus? Jangan-jangan Dacia keberatan dengan berita yang beredar ini? Apa Dacia sedang bercanda?Jessie mengulurkan tangan untuk mengusap kening Dacia. “Apa kamu nggak enak badan?”Dacia merasa tidak berdaya. Dia mengesampingkan tangan Jessie. “Bukan, mungkin tidurku nggak lelap semalam. “Oh, ya, Kak Jerry-mu lagi mau beli vila, ya? Sepertinya dia sedang mempersiapkan pernikahannya?”“Aku sudah telepon dia tadi.” Jessie melipat kedua lengan di depan dada. “Mengagetkanku saja! Aku juga kirain dia bakal menikah.” Usai berbicara, Jessie bergumam, “Betul juga, sepertinya pria yang bermulut silet seperti kakakku memang ditakdirkan nggak bakal punya istri.”Ujung bibir Dacia berkedut. Kemudian, dia berkata, “Bukannya hubungan kakakmu dengan Nona Yunita cukup bagus? Bisa jadi dia akan jadi calon kakak iparmu?”“Yunita?” Jess
Dacia melewati sisi Jerremy. Jerremy malah mencengkeram lengan Dacia, lalu merengkuh Dacia ke dalam dekapannya. Saat ini, Dacia tak berhenti meronta. “Kamu mau ngapain lagi?”Jerremy menutup mulut Dacia, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu pergi gosok gigi dulu, sebelum bicara sama aku.”Dacia terdiam membisu. Dia menepis tangan Jerremy, lalu berjalan ke dalam kamar mandi.Jerremy menekan-nekan keningnya. Jangan-jangan wanita ini mengira Jerremy merasa Jessie bisa mengadu karena disuruhnya? Entah apa yang ada di benak wanita ini?Dacia pergi menggosok gigi, lalu berjalan keluar kamar mandi. Saat ini, Jerremy sedang berdiri di depan jendela sembari menelepon. Jerremy dapat melihat pantulan bayangan Dacia dari dalam kaca. Dia mengakhiri panggilan, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Dacia. “Sekarang sudah bisa bicara, ‘kan?”Dacia merasa syok. “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Jerremy berjalan ke sisinya. Dacia spontan melangkah mundur hingga punggungnya menempel ke sisi dinding. “Bica
Dua hari kemudian, di vila.Javier yang telah kembali dari dinas di Area Andes sudah membaca berita itu. Dia membuang majalah ke atas meja, lalu melihat Jerremy dan Jules yang duduk di hadapannya. “Ini semua ulah kalian?”Jerremy melirik Jules sekilas. “Ulahnya.”Jules hanya tersenyum dan tidak berbicara.Javier menyandarkan tubuhnya, lalu menyilangkan kakinya. “Masalah kalian berebut sebuah vila bahkan diterbitkan di majalah! Sekarang demi masalah kalian, Vila Amara jadi semakin laris saja. Kalian memang telah membantu bisnis orang lain.”Sekarang Vila Amara laris manis. Dengan adanya berita perebutan Jerremy dengan seorang bos misterius, mereka bahkan tidak perlu membayar biaya iklan untuk mempromosikan vila mereka lagi.Jules mengangkat gelas tehnya. “Paman jangan marah lagi. Kalau Vila Amara berani memanfaatkan berita itu untuk menaikkan harga jual, dengan kemampuan Keluarga Fernando, sepertinya tidak sulit untuk membelinya.”Javier menatapnya. “Jadi, kenapa kamu tidak membelinya?”
Jules menunduk, lalu merapikan lengan kemejanya. “Jangan-jangan Tuan Jerry akan mengakui Dacia?”Tatapan Jerremy seketika menjadi dingin. “Apa maksudmu?”“Maksudku? Seharusnya kamu mengerti.” Jules mengangkat kepalanya. “Hubungan tidak jelas dan jarak di antara kalian adalah hambatan baginya. Dia tidak berani, kamu juga tidak bersedia. Alangkah baiknya kalian bisa segera mengakhiri hubungan itu.”Jules melintasi sisi Jerremy, berjalan ke depan mobil. Derrick segera membukakan pintu mobil untuknya.Tiba-tiba terdengar suara Jerremy dari belakang. “Kamu kira kamu sangat memahami masalahku dengannya?”Tiga tahun lalu, jelas-jelas Dacia yang memblokir nomor teleponnya, menghindarinya, lalu melarikan diri. Jerremy tidak pernah dipermainkan seperti ini. Jelas-jelas Dacia yang tidak bersedia.Jules menghentikan langkahnya di depan mobil. Tanpa menoleh, dia membalas, “Aku tidak memahami masalah kalian, tapi aku lebih memahaminya daripada kamu.”“Seandainya kamu bersedia untuk menjelaskan, apa
Jules mengiakan. “Sekarang.”“Tapi mendaftarkan pernikahan butuh kartu keluarga ….”Jules mengeluarkan kartu keluarga Jessie. Kali ini, Jessie sungguh merasa kaget. “Gimana kamu bisa mendapatkannya?”Jessie tersenyum tipis. “Tentu saja diberikan oleh ayah mertuaku.”Tadi Jules dan Jerremy pergi ke vila. Mereka memang sempat membahas masalah Vila Amara, tetapi ketika Javier berdua dengan Jules, Javier malah meminta sikapnya terhadap Jessie. Jadi, Jules sekalian meminta kartu keluarganya?Jessie sungguh tidak menyangka ayahnya akan memberikan kartu keluarga kepada Jules. Dia kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu saja masih belum resmi melamarku.”Jules berkata dengan tenang, “Kita daftarkan pernikahan kita dulu, baru aku akan melamarmu. Semuanya sudah diatur dengan baik.”Kali ini, Jessie pun merasa gugup. Ketika hari yang ditunggu-tunggu Jessie sudah datang, Jessie merasa sangat gugup.Tiba-tiba Jules mendekat, lalu mengecup bibirnya. “Kita menikah tidak?”Jessie yang dic