Jessie menunduk. “Sudah baikan.”“Untung saja kakakmu datang tepat pada waktunya. Gimana kamu bisa minum obat itu? Apa kamu masih ingat?” tanya Dacia.Jessie merasa kaget. “Obat?” Dia sungguh tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Sepertinya dia tidak makan apa-apa, hanya minum sebotol Coca Cola saja ….Tetiba Jessie terbengong. Jangan-jangan Coca Cola itu bermasalah?Dacia menatapnya. “Apa kamu mengingatnya?”“Aku … aku hanya minum sebotol Coca Cola. Tapi minuman itu bukan pemberian Yale. Setiap orang di aula juga dibagikan Coca Cola.” Padahal Jessie sudah sangat mewaspadai Yale. Dia pun tidak minum botol air pemberian Yale waktu itu. Namun, mengenai masalah Coca Cola, teman-teman lainnya juga dibagikan minuman yang sama. Itulah sebabnya Jessie bisa meminumnya.Sepertinya Dacia sudah mengerti. Ada masalah dengan botol Coca Cola itu.“Oh ya, Yale, dia ….” Jessie ingin menanyakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa melontarkannya.Jujur saja, Jessie sungguh kecewa dengan Yale. Yale
Si lelaki berpakaian hitam mengerahkan tenaganya untuk mencabut kuku. Saking kuatnya tenaga si lelaki berpakaian hitam itu, bahkan daging di jari-jari Yale juga ikut tercabut. Darah memuncrat ke wajah si lelaki.Yale menjerit dengan histeris. Kedua matanya kelihatan sangat merah. Urat hijau di ujung keningnya juga kelihatan sangat menonjol. Keringat dan darah bercampur aduk di sekujur tubuh Yale.Saat kuku kelima dicabut, Yale yang kesakitan itu kehilangan kesadarannya. “Siram dan bangunkan dia. Lanjut!” Jules lalu berdiri. “Bungkus kelima kuku itu dan hadiahkan kepada Charles. Bilang saja, itu hadiah dariku.”Setelah itu, Jules pun meninggalkan tempat.Keesokan harinya, saat Charles menerima “hadiah”, dia spontan kelihatan muram.Pelayan mengangkat kepala dengan perlahan. “Tuan Muda, katanya kuku-kuku ini milik Yale. Yale lagi ada di tangan Jules sekarang. Sepertinya nyawanya tidak akan panjang lagi.”Charles sungguh merasa marah. “Sepertinya dia masih belum membocorkan rencanaku. Se
”Jadi?” Jerremy kembali menunjukkan sikap dinginnya. “Selain kamu, masih ada siapa lagi di sini?”Dacia pun tertawa. “Kamu sungkan juga, ya. Seandainya terjadi apa-apa dengan Jessie, aku pun nggak ada cara untuk jelasin sama Jules.”Usai berbicara, Dacia mengamati Jerremy sekilas. “Kamu itu kakaknya Jessie, tapi kamu malah lalai.”Raut wajah Jerremy sangat muram. Belum sempat Jerremy berbicara, Dacia langsung meninggalkan tempat.Jessie berjalan menuruni tangga. Saat menyadari Jerremy sedang membuka sepatunya, Jessie langsung mendekatinya. “Kak.”Jerremy bertanya, “Di mana pelayan?”Jessie membalas dengan tersenyum, “Hari ini anaknya lagi sakit. Jadi, aku suruh dia pulang untuk jaga anaknya.”“Kamu sudah makan siang?”Jessie melihat Jerremy sedang melipat lengan pakaiannya. Dia pun bertanya, “Kakak mau masak?”Jerremy mencuci tangannya. “Kalau bukan aku, apa kamu yang masak?”Dulu ketika ada Jodhiva, dia akan memasak untuk adik-adiknya. Jodhiva sama seperti ayah mereka yang jago memasa
Marry sedang berbaring di atas ranjang dengan wajah masih dibaluti perban. Dia berlagak marah. “Sakit sekali! Sekarang wajahku pasti masih bengkak.”“Semuanya akan membaik dalam beberapa bulan ini.” Charles memegang punggung tangan Marry. “Kamu tenang saja. Tuan Tom tidak akan cepat bosan dengan wajahmu ini.”Bola mata Marry berputar. “Gimana kalau dia bosan?”Charles pun tersenyum. “Kalau dia bosan, aku akan suruh anggotaku untuk menjemputmu.”“Serius?”“Emm, kamu istirahat dulu.” Charles berjalan ke sisi pintu. Pada saat ini, bawahannya berhenti di sisinya.“Tuan Muda.” Entah apa yang dibisikan bawahan di telinga Charles. Raut wajahnya seketika menjadi serius. Dia tidak menghiraukan wanita di dalam kamar pasien, lalu membawa anggotanya meninggalkan tempat.Setelah mereka pergi, Marry mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Jules. Kemudian, dia segera menghapus pesan tersebut.Di sisi lain, Jules menerima pesan masuk dari Marry. Dia melirik sekilas, lalu memasukkan ponsel k
Charles melirik bawahannya.Bawahannya berbicara dengan gugup, “Tuan Muda, kami benar-benar tidak tahu apa-apa. Kami tidak mungkin akan mengkhianatimu!”“Erwan, apa yang Marry lakukan sebelum operasi?” Tatapan Charles tertuju pada wajah Erwan.Sepertinya Charles sedang mencurigai Marry.Keringat dingin seketika membasahi punggung Erwan. Dia menunduk, lalu membalas dengan perlahan, “Tiga hari sebelum Marry operasi, dia tidak berhubungan dengan siapa pun. Dia hanya bertanya masalah Tuan Tom saja. Sepertinya dia sedang bersiap-siap.”Charles tidak berbicara. Meskipun dia mencurigai Marry, memang tidak ditemukan bukti Marry berhubungan dengan Keluarga Tanzil.Tetiba Charles tersenyum. “Aku ingin mengantarnya ke sisi Tom. Apa dia tidak memakiku?” Maksud di balik ucapan Charles adalah mungkin Marry akan menolak rencananya, lalu mengkhianatinya.Erwan masih saja bersikap tenang. “Tapi Yale tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Marry. Meskipun dia kesal sama Tuan, dia juga tidak mungkin berse
Jessie tersenyum. “Sudah selesai dari tadi.”“Apa yang kamu peluk itu?”“Ini ….” Tiba-tiba Jessie tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia menunduk, lalu menggigit bibir bawahnya. “Kalau aku jujur, apa kamu bakal marah?”Jules memandang wajah Jessie, lalu menyipitkan matanya. “Kalau kamu tidak jujur, apa kamu tidak takut aku akan marah?”“Ini pemberian ayahnya Yale buat Yale. Ayahnya nggak bisa menghubunginya. Jadi, aku pun ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, Jules menarik napas dalam-dalam. “Yale lagi! Apa kamu ingin memaafkannya?”“Semua ini bukan masalah maaf atau bukan. Tadi aku lihat ayahnya cukup kasihan. Aku hanya ingin wakili ayahnya untuk serahkan bingkisan ini kepadanya saja. Apa yang dia perbuat juga nggak ada hubungannya sama ayahnya.”Jules sungguh kesal. “Memangnya kamu tahu keberadaannya?”Jessie merasa syok. “Nggak tahu, makanya aku berencana suruh Kak Jerry untuk bantu aku ….”“Jerry juga tidak tahu.” Jules terlihat sangat tenang. “Hanya aku saja yang tah
Jessie tumbuh besar di lingkungan yang sangat harmonis. Dia tidak pernah mengalami hal sesadis ini. Apalagi apa yang menimpa Yale sekarang juga berhubungan dengan Jules.Jules tidak berani memberi tahu Yale juga karena ada pertimbangannya sendiri. Itulah sebabnya dia ingin memperlihatkan sisi terbaiknya kepada Jessie.Di Kediaman Ozara.Suara tamparan keras terdengar di dalam ruang tamu. Dacia memiringkan kepalanya. Wajahnya tampak memerah saat ini.Dacia berusaha untuk menahan emosinya, hanya mendengar omelan Lidya saja. “Sebenarnya kamu ada di pihak siapa? Rencana kakakmu hampir saja tercapai, tapi kamu malah merusaknya!”Asalkan Jessie kehilangan kesuciannya, dia pun tidak akan bisa bersama dengan Jules lagi. Dengan begitu, Charles pun memiliki kesempatan untuk mengancam Jessie. Tak disangka, putri tidak bergunanya ini malah “berkhianat”!Dacia menatap Lidya yang gusar itu dengan tatapan tenang. “Ibu, aku hanya nggak ingin kalian melakukan kesalahan. Apa kalian kira Keluarga Fernand
“Dia orangnya keras dan tidak patuh. Memangnya kenapa kalau aku kurung dia? Apa kamu sakit hati?” Raut wajah Lidya kelihatan dingin.Daniel mengerutkan keningnya. “Dia itu anakmu.”Gerakan tangan Lidya langsung berhenti. Dia mengangkat kepalanya. “Justru karena dia itu anakku, tapi dia malah tidak menganggapku sebagai ibunya.”Saat Daniel hendak mengatakan sesuatu, pengurus rumah segera berjalan ke dalam. “Nyonya, Nona Jessie datang ke rumah.”Lidya merasa kaget. Kemudian, dia pun tertawa. “Sepertinya putri Tuan Javier itu cukup mencemaskan anakku ini. Persilakan dia ke dalam.”Tanpa menunggu arahan pengurus rumah, Jessie sudah berjalan ke dalam ruang tamu. “Di mana Dacia?” Dia tidak bersikap sehormat sebelumnya lagi.Lidya melirik Jessie sekilas. “Nona Jessie, Dacia lagi tidak enak badan. Dia lagi istirahat, tidak bisa bertemu dengan tamu.” Kemudian, Lidya pun berdiri. “Kamu sudah makan siang belum? Aku suruh mereka untuk mempersiapkannya ….”“Aku bukan datang untuk makan siang.” Jess