Marry sedang berbaring di atas ranjang dengan wajah masih dibaluti perban. Dia berlagak marah. “Sakit sekali! Sekarang wajahku pasti masih bengkak.”“Semuanya akan membaik dalam beberapa bulan ini.” Charles memegang punggung tangan Marry. “Kamu tenang saja. Tuan Tom tidak akan cepat bosan dengan wajahmu ini.”Bola mata Marry berputar. “Gimana kalau dia bosan?”Charles pun tersenyum. “Kalau dia bosan, aku akan suruh anggotaku untuk menjemputmu.”“Serius?”“Emm, kamu istirahat dulu.” Charles berjalan ke sisi pintu. Pada saat ini, bawahannya berhenti di sisinya.“Tuan Muda.” Entah apa yang dibisikan bawahan di telinga Charles. Raut wajahnya seketika menjadi serius. Dia tidak menghiraukan wanita di dalam kamar pasien, lalu membawa anggotanya meninggalkan tempat.Setelah mereka pergi, Marry mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Jules. Kemudian, dia segera menghapus pesan tersebut.Di sisi lain, Jules menerima pesan masuk dari Marry. Dia melirik sekilas, lalu memasukkan ponsel k
Charles melirik bawahannya.Bawahannya berbicara dengan gugup, “Tuan Muda, kami benar-benar tidak tahu apa-apa. Kami tidak mungkin akan mengkhianatimu!”“Erwan, apa yang Marry lakukan sebelum operasi?” Tatapan Charles tertuju pada wajah Erwan.Sepertinya Charles sedang mencurigai Marry.Keringat dingin seketika membasahi punggung Erwan. Dia menunduk, lalu membalas dengan perlahan, “Tiga hari sebelum Marry operasi, dia tidak berhubungan dengan siapa pun. Dia hanya bertanya masalah Tuan Tom saja. Sepertinya dia sedang bersiap-siap.”Charles tidak berbicara. Meskipun dia mencurigai Marry, memang tidak ditemukan bukti Marry berhubungan dengan Keluarga Tanzil.Tetiba Charles tersenyum. “Aku ingin mengantarnya ke sisi Tom. Apa dia tidak memakiku?” Maksud di balik ucapan Charles adalah mungkin Marry akan menolak rencananya, lalu mengkhianatinya.Erwan masih saja bersikap tenang. “Tapi Yale tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Marry. Meskipun dia kesal sama Tuan, dia juga tidak mungkin berse
Jessie tersenyum. “Sudah selesai dari tadi.”“Apa yang kamu peluk itu?”“Ini ….” Tiba-tiba Jessie tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia menunduk, lalu menggigit bibir bawahnya. “Kalau aku jujur, apa kamu bakal marah?”Jules memandang wajah Jessie, lalu menyipitkan matanya. “Kalau kamu tidak jujur, apa kamu tidak takut aku akan marah?”“Ini pemberian ayahnya Yale buat Yale. Ayahnya nggak bisa menghubunginya. Jadi, aku pun ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, Jules menarik napas dalam-dalam. “Yale lagi! Apa kamu ingin memaafkannya?”“Semua ini bukan masalah maaf atau bukan. Tadi aku lihat ayahnya cukup kasihan. Aku hanya ingin wakili ayahnya untuk serahkan bingkisan ini kepadanya saja. Apa yang dia perbuat juga nggak ada hubungannya sama ayahnya.”Jules sungguh kesal. “Memangnya kamu tahu keberadaannya?”Jessie merasa syok. “Nggak tahu, makanya aku berencana suruh Kak Jerry untuk bantu aku ….”“Jerry juga tidak tahu.” Jules terlihat sangat tenang. “Hanya aku saja yang tah
Jessie tumbuh besar di lingkungan yang sangat harmonis. Dia tidak pernah mengalami hal sesadis ini. Apalagi apa yang menimpa Yale sekarang juga berhubungan dengan Jules.Jules tidak berani memberi tahu Yale juga karena ada pertimbangannya sendiri. Itulah sebabnya dia ingin memperlihatkan sisi terbaiknya kepada Jessie.Di Kediaman Ozara.Suara tamparan keras terdengar di dalam ruang tamu. Dacia memiringkan kepalanya. Wajahnya tampak memerah saat ini.Dacia berusaha untuk menahan emosinya, hanya mendengar omelan Lidya saja. “Sebenarnya kamu ada di pihak siapa? Rencana kakakmu hampir saja tercapai, tapi kamu malah merusaknya!”Asalkan Jessie kehilangan kesuciannya, dia pun tidak akan bisa bersama dengan Jules lagi. Dengan begitu, Charles pun memiliki kesempatan untuk mengancam Jessie. Tak disangka, putri tidak bergunanya ini malah “berkhianat”!Dacia menatap Lidya yang gusar itu dengan tatapan tenang. “Ibu, aku hanya nggak ingin kalian melakukan kesalahan. Apa kalian kira Keluarga Fernand
“Dia orangnya keras dan tidak patuh. Memangnya kenapa kalau aku kurung dia? Apa kamu sakit hati?” Raut wajah Lidya kelihatan dingin.Daniel mengerutkan keningnya. “Dia itu anakmu.”Gerakan tangan Lidya langsung berhenti. Dia mengangkat kepalanya. “Justru karena dia itu anakku, tapi dia malah tidak menganggapku sebagai ibunya.”Saat Daniel hendak mengatakan sesuatu, pengurus rumah segera berjalan ke dalam. “Nyonya, Nona Jessie datang ke rumah.”Lidya merasa kaget. Kemudian, dia pun tertawa. “Sepertinya putri Tuan Javier itu cukup mencemaskan anakku ini. Persilakan dia ke dalam.”Tanpa menunggu arahan pengurus rumah, Jessie sudah berjalan ke dalam ruang tamu. “Di mana Dacia?” Dia tidak bersikap sehormat sebelumnya lagi.Lidya melirik Jessie sekilas. “Nona Jessie, Dacia lagi tidak enak badan. Dia lagi istirahat, tidak bisa bertemu dengan tamu.” Kemudian, Lidya pun berdiri. “Kamu sudah makan siang belum? Aku suruh mereka untuk mempersiapkannya ….”“Aku bukan datang untuk makan siang.” Jess
“Prang!” Jessie menendang rak pajangan. Keramik dan barang berharga yang dipajang di atas sana pun jatuh dan pecah. Ketika melihat koleksi kesayangannya diperlakukan seperti ini, amarah Lidya langsung meluap. “Kamu … kamu sudah gila!”“Keluarga Fernando kurang ajar atau nggak, bukannya kamu bisa lihat gimana nasib Keluarga Zirma?” Jessie mengangkat teko teh yang terbuat dari kristal. “Sudah lama aku nggak suka sama kalian. Kenapa kamu nggak jadi ibu rumah tangga saja, malah suka pamer di luar sana? Apa kamu ingin semua orang tahu kamu, seorang anak haram keluarga kerajaan, ingin memanfaatkan putramu untuk mendapatkan kedudukan tinggi?”Setiap kata-kata yang dilontarkan Jessie sangat tegas. Alhasil, Lidya merasa malu dan tidak bisa membantah.“Bukannya kamu merasa aku gampang untuk ditindas? Kalau begitu, hari ini aku akan bersikap arogan.” Jessie melepaskan tangannya. Teko teh mahal itu jatuh ke atas meja dan pecah berkeping-keping.Lidya memegang dadanya sembari menarik napas dalam-da
Jessie membawa keranjang buah berjalan ke dalam kamar. Dacia spontan memalingkan kepala melihat ke sisinya. Kemudian, Jessie meletakkan keranjang ke atas nakas. “Sepertinya kamu sudah nggak bisa menghadiri acara ulang tahun akademi. Kondisimu sekarang ini setidaknya perlu dirawat selama setengah bulan.”Dacia tersenyum. “Terima kasih.”“Untuk apa kamu bersikap sungkan sama aku?” Jessie duduk di bangku samping ranjang. “Kamu juga pernah membantuku, ‘kan?”Dacia kembali tersenyum. “Kalau begitu, anggap saja kita impas.”Tak lama kemudian, Jessie meninggalkan kamar pasien. Ketika berjalan ke koridor, dia pun menyadari sesosok bayangan punggung yang sangat familier baginya.Bukannya orang itu adalah pengawalnya Jules, Derrick?Jessie diam-diam mengikuti langkahnya. Tampak dia berjalan ke area rawat inap Gedung A. Tak lama kemudian, Derrick masuk ke dalam sebuah kamar pasien yang dijaga oleh dua orang pengawal di luar sana. Jessie bersembunyi di balik dinding, tidak berani terlalu dekat de
Jessia yang bersembunyi di mobil belakang dapat mendengar ucapan itu. Dia langsung berdiri. “Kenapa kamu nggak tahu malu banget, sih!”Derrick sungguh kaget. “Nona Jessie?”Jessie segera berjalan ke samping mobil, lalu bersandar di atas jendela untuk menatap Jules. “Ternyata kamu ingin dihidupi? Kamu ingin habisi uang keluargaku?!”Jules menatap wajah indah dan polos si wanita. Dia pun tertawa. “Kekayaan Keluarga Fernando saja masih belum dikuras habis oleh kalian. Apa mungkin aku berani mengurasnya?”Jessie mencemberutkan wajahnya. “Maksudmu aku dan kakakku itu anak nggak berguna?”Jules mencubit pipi Jessie. “Kamu memang cukup tidak berguna. Kalau tidak, apa mungkin kamu akan menghancurkan Kediaman Keluarga Ohara.”Jessie terdiam sejenak. Tetiba dia merasa canggung. “Namanya juga lagi emosi. Siapa suruh wanita tua itu menindas Dacia!”Entah sejak kapan Derrick sudah meninggalkan mobil. Jules membuka pintu mobil, lalu menarik Jessie ke dalam mobil. Dia memangku Jessie, lalu mendekatka