Share

Bab 1481

Penulis: Daun Jahe
Giselle merasa bingung. Dia mengambil piring buah dan teh ke lantai atas. Kebetulan tampak Gilbert dan Emir berjalan keluar ruang baca. Dia pun tertegun sejenak. “Dari tadi kalian di ruang baca?”

Gilbert mengangguk.

Emir menatapnya. “Aku lagi bahas sesuatu dengan Gilbert di ruang baca. Ada apa?”

“Tadi aku suruh Melia antarin buah dan minuman ke atas. Tapi dia bilang dia tidak menemukan kalian di di ruang baca ….”

Raut wajah Emir spontan berubah. Dia langsung bertukar pandang dengan Gilbert. Sepertinya, Melia sudah mendengarnya.

Di sisi lain, Melia sedang duduk sendirian di kolam halaman belakang. Langit sudah gelap. Lampu di halaman sudah menyala.

Gilbert mengikuti pelayan berjalan ke halaman belakang. Pelayan mengatakan sesuatu, lalu berpamitan. Dia berjalan ke sisi Melia. Melia sedang melempar kerikil di tangan ke dalam kolam.

Saat mendengar adanya suara langkah kaki, Melia pun tertegun. Tanpa menoleh, dia berkata, “Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Tapi nggak apa-apa. Aku juga n
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1482

    “Melia, perasaan bisa dipupuk. Setidaknya ucapanku itu serius, tidak ada hubungannya dengan utang budi.” Angin malam mengembus kerah pakaiannya. Tatapan Gilbert masih terlihat panas. “Kalau aku hanya ingin menebusmu, aku punya banyak cara untuk menebusmu, tidak mesti menggunakan cara ini.”Melia masih tertegun di tempat. Beberapa saat kemudian, dia baru bersuara, “Apa kamu menyukaiku? Meski hanya sedikit saja.”Gilbert menunduk untuk menatap Melia. “Setidaknya aku tidak merasa risi dan tidak membencimu.”Kali ini Melia tidak berbicara lagi.Gilbert mengangkat tangan mengusap pipi Melia. Melia terdiam di tempat. Detak jantungnya berdetak semakin kencang lagi. Dia menunduk, tidak berani bergerak.Telapak tangan Gilbert sangatlah kasar. Tangan kasar itu meraba-raba di wajah Gilbert, lalu meraba ujung bibirnya.Gilbert mendekat dengan perlahan. Tangan di sisi tubuh Melia dikepal erat. Dia pun menahan napasnya.Saat Gilbert mendekati bibirnya, tetiba dia berhenti, lalu beralih mengecup keni

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1483

    Moris juga merasa lega. “Untung saja dia tidak satu komplotan dengan Pak Suryadi.”Jika tidak, Grup Boga akan semakin semena-mena lagi.Tak lama kemudian, Moris pun meninggalkan ruangan.Javier menuang minuman dengan perlahan. “Sekarang Grup Boga diambil alih dia?”Roger menggeleng. “Bukan, Gilbert hanya mengambil sebagian sahamnya saja. Dia tidak mengambil alih Grup Boga. Dia malah menyerahkan Grup Boga kepada Bu Larissa.”Javier meletakkan cangkir teh ke depan mulut. Gilbert menyerahkan Grup Boga kepada mantan istri Suryadi. Sepertinya Larissa bisa mengetahui masalah penggelapan dana Suryadi juga karena diberi tahu Gilbert.Gilbert tidak turun tangan sendiri. Dia malah bersembunyi di belakang mengalihkan pandangan Suryadi, lalu memanfaatkan Larissa. Seandainya Gilbert adalah musuh, dia adalah tokoh yang tidak gampang untuk dihadapi.Pada saat ini, di Grup Boga.Gilbert dan Larissa sedang duduk di dalam ruang kerja sembari mencicipi teh dan mengobrol. Dia tidak begitu menyukai anak ha

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1484

    Dua bulan dihabiskan demi menemukan petunjuk. Gilbert lebih memahami ibunya daripada polisi lain. Ibunya bisa mati juga karena ketamakannya. Dia ingin memiliki kedudukan yang lebih tinggi dengan mengancam keuntungan pihak lawan. Itulah sebabnya nasibnya bisa berakhir seperti ini.Gilbert menyesap teh dengan perlahan. “Semuanya sudah berlalu.” Dia sendiri juga tidak bersedih atas kematian ibunya. Meskipun ada yang mengungkit masalah itu, dia juga sudah tidak peduli lagi.Larissa menatap Gilbert. Dia juga memiliki anak sendiri. Tidak mungkin dia tidak sakit hati dengan apa yang dialami Gilbert. “Kamu bisa memiliki ibu seperti itu juga bukan salahmu.”Gilbert tertegun sejenak, lalu tersenyum. “Apa kamu lagi menghiburku?”“Aku bukan lagi menghiburmu. Aku sangat membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Aku memang memiliki konflik dengan ibumu, tapi tidak berarti aku akan mengalihkannya ke dirimu.”Larissa berkata dengan datar, “Ibumu juga memanfaatkan anaknya sendiri, dia memang t

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1485

    Melia mengatakan, “Nggak apa-apa, sayang kalau dibuang.”Gilbert berjalan ke dalam ruang kerjanya. Dia yang biasanya tidak suka mengenakan pakaian formal langsung melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya.Melia mengambil cangkir kopi mengikuti langkah Gilbert. Begitu mengangkat kepala, tampak kemeja putih tipis Gilbert melekat erat di dadanya. Dadanya naik turun seiring napasnya. Dapat diketahui bahwa Gilbert sering berolahraga sebelumnya.Wajar saja, namanya Gilbert pernah menjadi mata-mata, apalagi tamatan akademi kepolisian. Dia pernah mengikuti pelatihan dalam waktu lama.Saat Gilbert mengganti pakaiannya waktu itu, Melia juga pernah sekali memergokinya. Ototnya tidak tergolong berlebihan, tetapi lekuk tubuhnya sangatlah indah.Ketika di perusahaan, Melia pernah mendengar para karyawan wanita membahas soal otot perut. Sepertinya semua wanita suka lelaki dengan otot di bagian perutnya, soalnya kelihatan sangat seksi.Tatapan Melia spontan beralih ke bagian bawah. Dia kepikiran s

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1486

    “Tapi aku tidak suruh kamu menilai sesuatu dengan firasatmu. Kamu tidak memahamiku, apalagi aku juga tidak melakukan hal yang bisa kamu percayai, gimana kamu bisa percaya sama aku?”Melia menarik napas dalam-dalam. “Apa kamu pernah membiarkanku untuk memahamimu?”Gilbert menatap Melia. “Sekarang juga belum terlambat.”Melia tertegun sejenak. Memahami Gilbert mulai sekarang? Hanya saja, apa yang perlu Melia pahami? Melia merasa ragu. “Apa kamu akan menjawab semua pertanyaanku?”Gilbert terdiam. “Tergantung sikon.”“Kamu lagi main-main sama aku? Ya sudah, aku pergi dulu.” Seolah-olah Melia tidak memiliki temperamen saja. Dia meletakkan cangkirnya, berdiri hendak berjalan pergi.Tangan Gilbert merangkul pinggang Melia dengan perlahan. Dia bisa merasakan hawa panas dari pinggang Melia.Kedua tangan Melia menopang dada Gilbert. Detak jantung Melia tak berhenti berdegup. Telapak tangannya juga semakin panas saja.Sepertinya Melia tidak berani untuk mengangkat kepala untuk menatapnya. Gilbert

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1487

    Jessie spontan tertawa.Ujung bibir Jerry berkedut. “Dia memang mata duitan.”Bos dari pasar burung berjalan menghampiri mereka, lalu berkata dengan tersenyum, “Hai bos kecil, apa kalian menyukai Duit-ku?”“Namanya Duit?”Jujur saja, nama itu cukup kampungan!Bos itu pun tersenyum. “Iya, bukannya tadi ia sudah memperkenalkan dirinya kepada kalian? Namanya Duit.”Ujung bibir Jessie dan Jerry berkedut.Jessie berjalan ke sisi burung beo, lalu tersenyum sembari melambaikan tangannya. “Duit, apa kabar?”Burung beo mengepakkan sayapnya. “Duit baik sekali.”Jessie pun tertawa. Dia menoleh menatap sang bos. “Duit jago ngomong, ya?”“Tentu saja, Duit pintar sekali. Asalkan kamu mengajarinya, ia pasti bisa.”Jessie merasa sangat ajaib. Dia melihat burung beo itu. “Selamat ulang tahun, Kakek.”Burung beo memiringkan kepalanya. “Selamat ulang tahun, Kakek.”Jessie pun tertawa, lalu berlari ke sisi Jerry untuk menggandeng tangannya. “Kak Jerry, aku mau beli burung ini.”Jerry mengangguk, lalu meli

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1488

    Seandainya wanita yang dipasangkan kepada Hiro adalah wanita yang dia sukai, semuanya juga bukanlah masalah bagi Hiro.Julie mendekatinya, lalu bertanya, “Sepertinya identitas gadis itu nggak sederhana?”Hiro menggerakkan sedikit bibirnya. “Dia putri dari Pak Javier Fernando.”“Putrinya Pak Javier?” Julie seolah-olah kepikiran sesuatu. Raut wajahnya seketika menjadi muram. Dia spontan memaki, “Sial!”Bukannya dia memiliki hubungan saudara dengan Keluarga Ozara?Di vila Javier.Setelah burung beo dibawa pulang ke rumah, kepala Javier terasa sangat sakit lantaran terlalu cerewet. Dia menekan-nekan hidungnya. “Ulang tahun kakek kalian besok malam. Kenapa kalian belinya secepat ini? Apa kalian tidak merasa sakit kepala?”“Cuma Ayah saja yang merasa sakit kepala. Aku merasa baik-baik saja. Oh, ya, Duit.”Burung beo terbang di dalam sangkar. “Duit tidak sakit kepala! Tidak sakit kepala!”Jessie pun tertawa.Saat ini, Claire berjalan menuruni tangga. Dia berkata dengan tersenyum, “Duit? Bagus

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 1489

    Tatapan Melia sesekali melirik ke sisi Gilbert. Tampak dia melepaskan dua kancing kemejanya, lalu menurunkan jendela mobil. Angin malam berembus mengacaukan rambut hitamnya. Gilbert sedang menahan dirinya.Melia menggigit bibirnya. “Apa kamu nggak tertarik sama aku?”Gilbert tertegun sejenak, lalu memalingkan kepala menatapnya. “Apa maksudmu?”Melia menunjuk. Dia merasa dirinya tidak perlu berpura-pura lagi. Dia juga bukan gadis muda lagi.“Kamu menciumku karena ingin memastikan hubungan kita. Tapi kalau kamu nggak tertarik sama aku, kita nggak usah menikah saja. Karena aku nggak bisa tidur satu ranjang sama suamiku tanpa melakukan apa-apa.”Melia tidak menatap Gilbert sama sekali. Sepertinya dia terlalu buru-buru?Gilbert terdiam beberapa saat, lalu tertawa. Di dalam mobil yang hening ini, suara tawa Gilbert terdengar sangat jelas.Melia memalingkan kepala memelototinya. “Apa yang lagi kamu tertawakan?”Gilbert masih tersenyum. “Maksudmu tertarik dalam hal itu?” Sambil berbicara, tata

Bab terbaru

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2769

    “Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2768

    Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2767

    Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2766

    Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2765

    Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2764

    Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2763

    Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2762

    Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2761

    Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status