Melia berjalan ke sisi mobil itu. Mobil berhenti di area parkiran. Widya menghentikan mobil, lalu membuka pintu. Siapa sangka baru saja Widya menuruni mobil, tampak Melia sedang berjalan ke sisinya. “Lama nggak berjumpa! Sepertinya kamu melewati hari-harimu dengan sangat bagus. Sekarang kamu malah sudah ganti mobil.”Widya sungguh tidak menyangka akan bertemu Melia. Senyuman di wajahnya seketika menghilang. “Memangnya kenapa? Aku juga nggak habisin uang keluarga kalian.”Saat Widya hendak pergi, Melia mengadang langkahnya. “Sudah tiga tahun. Kamu juga nggak perhatian apakah ibumu melewati harinya dengan baik di keluarga kami?”Ketika mengungkit masalah ibu, Widya mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara.Saat Widya berumur 15 tahun, ibunya menikah lagi dengan seorang pebisnis. Sejak saat itu, dia bersama ibunya tinggal di Kediaman Gozali, lalu mengganti marganya. Hanya saja, Widya tahu dirinya dan ibunya hanyalah orang luar saja.Giselle sangat menuruti apa kata si lelaki. Dia beru
Melia menyesap teh dan tidak berbicara.Saat bersama ayahnya mengunjungi Grup Angkasa, sebenarnya Melia tidak ingin ikut. Dia memang adalah teman kuliah Javier, hanya saja hubungan kedua orang tidaklah akrab.Emir bisa menyuruhnya untuk ikut juga berharap Javier bisa lebih toleransi lantaran melihat hubungan mereka. Hanya saja, Emir telah lalai dalam menyusun rencananya.Melia juga mengerti ayahnya berharap dirinya bisa menancapkan kakinya di dalam dunia bisnis dengan stabil. Ada banyak orang yang ingin bekerja sama dengan Grup Angkasa, tetapi tidak semua orang akan diberikan kesempatan. Ada betapa banyak orang yang ingin menjilat Keluarga Fernando. Hanya saja, mereka semua hanya fokus dengan Javier, malah melupakan sosok Claire.Sepertinya Emir tahu betapa Javier memanjakan istrinya. Itulah sebabnya dia menyuruh Melia untuk menjalin hubungan baik dengan Claire.Semua orang merasa Claire bisa menikahi Javier karena sedang beruntung saja. Bahkan, ada yang merasa Claire hanyalah seorang
Apalagi di saat makan malam, Melia tidak berinisiatif untuk mengobrol dengan Javier. Jelas sekali dia tidak bermaksud untuk menggaet Javier.Melia meletakkan hadiah yang dibawanya ke atas meja, lalu berkata dengan tersenyum, “Demi mengutarakan rasa terima kasihku, aku harap Nyonya Claire bisa menerima hadiah ini.”Dari kotaknya saja dapat diketahui betapa mahalnya hadiah pemberian Melia.Claire menyipitkan matanya. Dia masih tidak mengerti. “Nona Melia terlalu sungkan. Bukankah kalian sudah mentraktir kami waktu itu? Sepertinya nggak seharusnya aku menerima hadiah dari Nona Melia lagi.”Ada dua makna dari memberi hadiah. Satunya adalah untuk mengutarakan rasa terima kasih, sedangkan satunya lagi adalah untuk menjalin hubungan baik. Sepertinya Melia bukan datang untuk mengutarakan rasa terima kasihnya, lebih ingin menjalin hubungan baik. Hanya saja, Melia tidak menunjukkan maksudnya dengan jelas.Ketika menyadari Claire tidak berencana untuk menerima hadiah, semuanya juga berada di dala
Javier merangkul pinggang Claire, lalu mendekatinya. “Memangnya bukan?”Claire tertegun sejenak, lalu tersenyum lebar. “Oh ya?”Javier menunduk, lalu mengecup pipinya, kemudian beralih ke ujung bibirnya. “Memang iya.”Claire mendorong Javier dengan perlahan. Dia mengangkat kepalanya, lalu menatap wajah tampan yang berada di dekatnya. “Semua itu juga karena kamu tahu aku nggak bakal mengajukan permintaan yang nggak masuk akal.”Jika ingin seorang lelaki menuruti ucapan wanitanya, tidak ada gunanya untuk membuat onar. Tidak dipungkiri, terkadang membuat onar bisa mendekatkan hubungan kedua insan. Namun jika terlalu sering menggunakan trik itu, malah akan membuat lelaki merasa jengkel kepada pasangannya. Dalam masalah penting, Javier memilih untuk menuruti apa kata Claire. Dia memberi rasa hormat dan percaya yang sangat cukup terhadap Claire. Jika wanita menghargai si lelaki di luar sana, si lelaki juga akan bersikap lembut terhadap wanitanya sewaktu di rumah. Teori itu memang benar.Har
Widya menunduk sembari menggigit erat bibirnya.Ketika Giselle melihat kondisi ini, dia khawatir Emir akan emosi. Dia segera mendorong Widya. “Ayahmu lagi bertanya.”Baru saja Widya hendak menjawab, tetiba Melia bersuara, “Perusahaannya itu juga perusahaan yang nggak terkenal. Ayah, kamu jangan banyak tanya lagi.”Berhubung Melia sudah berbicara seperti itu, Emir juga tidak memedulikannya lagi. Seandainya Widya bisa menjadi petinggi di perusahaan besar, itu berarti putri tirinya ini cukup berkompeten.Widya menatap Melia. Namun, Melia tidak meladeninya.Selesai makan siang, Widya juga tidak tinggal lama lagi. Giselle mengantarnya keluar. Saat hendak pergi, Giselle menarik tangan putrinya. “Widya, apa kamu akan menyalahkan Ibu?”Temperamen Widya tidaklah keras. Jika dia mengatakan dirinya tidak menyalahkan ibunya, itu berarti dia benar-benar tidak menyalahkan ibunya. Sekarang Widya juga sudah dewasa. Dia bisa mengerti pilihan ibunya.“Ibu, apa kamu menyesal?” tanya Widya kembali.Gisell
“Setelah wanita menikah, dia seharusnya budiman seperti ibumu, menjaga rumah tangga, anak, dan juga melayani suami. Tapi suami merasa semua tugas itu seharusnya dilakukan seorang istri. Dia bahkan nggak pernah berterima kasih sama sekali. Kamu sendiri juga tahu, ibumu nggak berani menentang permintaan ayahku.”Mobil berhenti di bawah gedung apartemen. Widya melepaskan sabuk pengaman, tetapi dia tidak menuruni mobil, melainkan memalingkan kepalanya melihat sosok Melia.“Jadi, itu alasannya kamu nggak suka sama ibuku?” Widya sedang menunggu jawaban Melia.Melia bersandar di tempat duduknya. “Aku hanya nggak suka melihat ibumu yang selalu menjilatnya.”Widya menunduk dan tidak berbicara. Mana mungkin Widya tidak tahu betapa menderitanya sang ibu? Setelah menikah lagi, Giselle tidak bisa melanjutkan pekerjaan yang disukainya. Emir berharap ibunya menjadi ibu rumah tangga, bahkan tidak diperbolehkan untuk bergaul dengan teman-temannya.Giselle pernah menjelaskan sebelumnya. Dia tidaklah pan
Claire merasa terkejut. “Bukannya dia itu anaknya Pak Emir?”Izza menggeleng. “Aku juga nggak jelas. Tapi intinya seperti ini, sewaktu di Perusahaan Teknologi Sendana, Nona Melia sering bertengkar dengan Pak Emir. Karyawan juga mengatakan sayang sekali Nona Melia itu seorang perempuan.”Sayang sekali Nona Melia itu seorang perempuan?Kening Claire berkerut. Dia spontan memahami apa yang terjadi.Emir tidak berencana untuk membina Melia karena anak perempuan akan menikah pada nantinya. Meski Melia sangat hebat, dia juga tidak mungkin selamanya menjadi bagian dari Keluarga Gozali.Claire berpikir sejenak, lalu berkata pada Izza, “Bantu aku buat janji untuk ketemuan dengan Nona Melia.”Beberapa hari kemudian, di Perusahaan Teknologi Sendana.Melia membawa dokumen ke ruangan direktur utama dengan wajah muram. Para karyawan juga sudah terbiasa dengan gambaran ini. Buktinya, dokumen dibanting kuat di atas meja direktur utama.Emir mengerutkan keningnya sembari mengangkat kepalanya. “Melia, a
Melia masih tidak menghentikan aksinya. “Ayah, aku sungguh benci dengan sikap egoismu. Aku lebih benci lagi dengan cara berpikirmu yang begitu dominan. Sudah sepantasnya kamu bercerai dengan ibuku.”Saat ini, Melia melepaskan kartu pekerjanya, lalu membuangnya ke lantai. “Kamu meremehkan aku karena aku itu anak perempuan, ‘kan? Oke! Aku nggak akan bekerja lagi. Aku ingin kamu tahu aku nggak kalah hebat dari lelaki!”Tanpa menunggu balasan dari Emir, Melia langsung berjalan keluar ruangan. Begitu mengangkat kepala, dia malah melihat kedatangan Claire.Melia tertegun sejenak, lalu berkata, “Apa kamu datang untuk mencari ayahku? Dia lagi di dalam.”Claire tersenyum. “Aku datang untuk mencarimu.”Lagi-lagi Melia tertegun.Melia mencari sebuah restoran di sekitar perusahaan. Restoran ini memang bukan sebuah restoran kelas atas, tetapi suasananya cukup nyaman. Dia mengeluarkan dua botol bir dari dalam kulkas, lalu menuangkannya ke dalam gelas. “Nyonya Claire suruh aku pilih tempat. Aku malah
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me