Pengacara penggugat berkata sambil tersenyum, "Tersangka kecelakaan tabrak lari mengaku bersalah karena ingin menggantikan terdakwa untuk diadili. Karena dia bisa mengganti laporan, itu artinya pengakuan lisannya juga bisa dipalsukan."Pengacara penggugat pun bangkit perlahan dan menyerahkan dokumennya. Setelah dokumen diserahkan, hakim mulai membaca dokumen tersebut sambil mengernyit.Pengacara Javier berkata, "Ini adalah semua bukti kejahatan terdakwa. Mana mungkin seorang penderita gangguan mental bisa merencanakan kasus demi kasus dengan begitu jelas dalam keadaan tidak sadar atau tidak mampu mengendalikan perilakunya?"Kemudian, pengacara itu melanjutkan, "Saat penderita gangguan mental melakukan kejahatan tanpa bisa mengendalikan perilaku mereka, tidak peduli siapa pun korbannya, dia tetap tidak bisa menghindari tanggung jawab hukum. Perilaku yang direncanakan dengan sengaja bahkan lebih tidak bisa dianggap sebagai tindakan yang kehilangan kendali."Hakim melihat ke arah pihak te
Begitu mendengar kata-kata Javier, para pendengar sontak gempar.Hakim memukul palu sambil berkata, "Harap tenang." Kemudian, dia melihat pihak penggugat dan bertanya karena bingung, "Meniru perilaku kepribadian kedua?"Saat ini, Javier melihat ke arah pengacara. Orang itu mengangguk, lalu membuka dokumen yang baru saja didapatkannya dan menjelaskan, "Dilihat dari kasus ini, karena pelaku melakukan aksi pembunuhan berencana di bawah kendali dari kepribadian keduanya, dia sebenarnya bisa dibebaskan dari tanggung jawab pidana.""Tapi, pada dasarnya, itu cuma berlaku ketika kondisi terdakwa sepenuhnya tidak sadar dan digantikan oleh kepribadian keduanya. Itu karena dirinya digantikan oleh kepribadian kedua sehingga kesadarannya tidak bisa dikontrol. Hanya dalam situasi ketidakmampuan untuk mengenali atau membedakan, terdakwa baru bisa dibebaskan dari tanggung jawab pidana," lanjut si pengacara.Pengacara penggugat melihat Sylvie, lalu menambahkan, "Tapi, terdakwa jelas menyadari keberadaa
Ketika hakim bertanya kepada pengacara terdakwa, pengacara tersebut langsung menyerah dalam pembelaannya. Saat Sylvie mendengar putusan di ruang sidang, dia merasa dunianya seolah-olah runtuh. Bahkan, ketika dibawa pergi, langkahnya juga tidak stabil.Claire dan Javier keluar dari pengadilan. Wanita itu bertanya, "Gimana kamu bisa menemukan begitu banyak bukti?" Bahkan, dia sendiri pun terkejut.Javier mengangkat tangan untuk menyentuh hidung istrinya, lalu menjawab, "Ini semua berkat putramu."Jody menemukan buktinya di rumah Sylvie, yaitu sebuah jam saku. Dalam jam tersebut, terdapat foto Ronan dengan seorang wanita, yang tidak lain adalah ibu kandung Sofie dan Sylvie. Hal ini juga memastikan alasan Ronan meninggalkan Keluarga Sinaga beberapa tahun yang lalu.Selama perjalanan pulang, Claire mampu menebak alasan di baliknya. Itu karena Ronan bertemu dengan ibu dari kedua wanita itu dan jatuh cinta padanya. Mereka saling mencintai, tetapi tak bisa bersama karena Ronan sudah menikah. M
Beberapa hari setelahnya, persidangan Sylvie telah berakhir. Dia dijatuhkan hukuman mati sebagai hasilnya.Claire datang ke lapas demi melihatnya untuk kali terakhir. Polisi membawa Sylvie ke ruang besuk tahanan. Wajah wanita itu tetap tenang dan tak berekspresi, seolah-olah tidak menganggap dirinya sebagai narapidana yang akan dihukum mati. Dia duduk, lalu mengangkat telepon di depannya.Sylvie berbicara sambil tersenyum samar. "Ini benar-benar lucu. Nggak disangka, orang yang datang melihatku untuk kali terakhir adalah kamu."Claire menatapnya, lalu bertanya, "Kamu benar-benar nggak menyesal?"Sylvie tertawa mendengarnya. Namun, dia menjawab dengan tatapan dingin, "Menyesal? Apa yang perlu kusesali? Memangnya aku salah? Ini semua terjadi gara-gara dunia ini nggak adil."Claire memicingkan mata sambil berkata, "Kamu memang kasihan, tapi itu nggak bisa dijadikan alasan untuk membunuh dan membalas dendam.""Kamu tahu apa? Memangnya kamu pernah mengalami itu semua?" tanya Sylvie.Wanita
Claire naik ke mobil, lalu berkata, "Aku sudah selesai mengobrol dengannya."Tangan Javier bersandar di belakang kursinya. Dia mencondongkan tubuh ke arah istrinya sambil bertanya, "Claire, kamu kenapa?"Claire menjawab sambil mengernyit, "Nggak disangka, dia akan segila ini."Javier pun memeluknya. Pria itu berkata, "Dia sudah mendapat akibat dari perbuatannya sendiri."Claire tampak menunduk. Dia mengurungkan niatnya untuk melontarkan sesuatu. Javier menyadari hal tersebut. Itu sebabnya, dia mengangkat wajah Claire sambil bertanya, "Kamu mau bilang apa?""Sekarang, aku masih bingung dengan satu hal. Gimana Sylvie bisa menemukan informasi tentang kita?" tanya Claire sambil melihatnya. Sylvie tidak mengenal mereka, jadi kenapa dia begitu mengenal tentang dirinya. Bahkan, dia tahu jelas tentang konfliknya dengan Noni.Javier menempatkan dagunya di atas rambut Claire yang tebal, lalu berkata, "Dia itu terlalu mendalami perannya sehingga sulit untuk melepaskan diri. Jadi, wajar saja kalau
"Ya, Tante. Namaku Jessie," balas Jessie dengan sopan.Stella berjalan ke sisi ranjang, lalu berkata pada Lisa, "Kenapa kamu nggak pernah membawa temanmu pulang untuk dikenalkan kepada Ayah dan Ibu? Ibu bahkan mengira kamu nggak punya teman di sekolah."Lisa tetap diam. Sementara itu, Jessie berkata sambil tersenyum, "Kalau gitu, lain kali aku akan berkunjung ke rumah Lisa."Mendengar ini, Stella tampak tersenyum lebar. Dia berkata, "Boleh. Tante akan sangat menyambutmu. Aduh, prestasi Lisa di sekolah nggak begitu bagus. Ke depannya, tolong bantu dia, ya.""Baik, pasti kubantu," janji Jessie sambil mengangguk.Lisa tampak menggigit bibirnya. Dia berbalik untuk berbaring, lalu berkata, "Aku sudah lelah, mau tidur dulu."Melihat sikap putrinya, Stella sangat kesal. Dia segera memarahi, "Dasar kamu ini! Kami sengaja datang ke rumah sakit untuk menjengukmu, tapi kamu malah marah-marah. Karena ada temanmu di sini, kamu takut Ayah dan Ibu bikin kamu malu, ya?""Stella, putrimu sudah begini.
Tubuh Noni tertegun di tempat.Hans memeluk Noni dengan erat. Dia menunduk mendekatkan bibirnya di atas kepala Noni, lalu berkata, “Kamu sudah kurusan.”Sebelum mencari Noni, Hans pernah kepikiran gambaran pertemuan mereka. Hans berpikir dirinya akan mengungkapkan betapa rindunya Hans kepadanya, lalu mengikat Noni untuk tidak bisa pergi lagi. Namun ketika bertemu dengan Noni, Hans malah takut. Dia takut ditolak dan dibenci oleh Noni.Noni tertegun di dalam pelukan Hans. Beberapa saat kemudian, Noni menggigit erat bibirnya, lalu mendorong Hans.“Hans.” Noni tidak menatapnya. “Kenapa kamu cari aku lagi? Hubungan kita sudah nggak memungkinkan.”Hati Hans seketika terasa sakit. Dia tertegun di tempat. “Kamu masih membenciku.”“Bukan benci.” Noni memalingkan kepala untuk melihatnya. Dia berlagak tenang. “Aku sudah melepaskan masa lalu.”Hans mendekatinya. “Aku tidak bisa melepaskannya.”Noni terkaku di tempat. Dia berusaha untuk menenangkan emosinya. “Mana mungkin kamu nggak bisa melepaskan
“Hans ….”…Di sekolah swasta ibu kota.Saat Jessie yang sedang memikul ransel hendak memasuki ruang kelas, Yura dan beberapa kakak tingkatan lainnya berjalan kemari. “Jessie,” panggil Yura.Jessie memalingkan kepala untuk melihat sekilas. Keningnya spontan berkerut. “Kenapa kamu lagi?”Berhubung Yura sering menindas Lisa, Jessie sangat tidak menyukainya. Dia juga tidak tahu kenapa Yura bisa menjadi wakil ketua OSIS. Yura melipat kedua tangannya berdiri di hadapan Jessie. “Tentu saja karena ada urusan.”Jessie menatapnya. “Urusan apa?“Tentu saja karena urusan Lisa.”“Kamu nggak usah ngomong masalah Lisa sama aku.” Jessie membalikkan tubuhnya hendak memasuki kelas. Tetiba terdengar suara Yura. “Gimana kalau kamu dibohongi Lisa?”Langkah kaki Jessie langsung berhenti. Dia menoleh untuk melihat Yura. “Apa yang lagi kamu katakan?”Lisa membohongi Jessie? Mana mungkin?Yura tahu Jessie tidak percaya dengan omongannya. Dia mengeluarkan ponsel, lalu masuk ke dalam akun TikTok. “Kalau kamu
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me