"Rupanya kamu yang bernama Dimas, ya? Aku sudah lama mendengar tentang reputasimu," ujar Aditya sambil bersulang pada Dimas.Dimas membungkuk sopan dan menyahut sambil tersenyum, "Aku juga sudah lama mendengar tentang Pak Aditya. Aku sangat kagum dengan proyek Teluk Bomin Bapak di luar negeri."Aditya mengulum senyum dan berujar, "Keberhasilan proyek Teluk Bomin itu berkat kerja sama dengan partner juga. Penghargaan atas proyek itu lebih banyak adalah milik mereka."Dimas menyesap anggurnya, lalu membalas, "Pak Aditya terlalu rendah hati.""Ngomong-ngomong, apa kamu mengenal putriku?" tanya Aditya sambil melirik Naomi. Dia melihat Dimas mengobrol dengan putrinya barusan."Nona ini putri Pak Aditya?" tanya Dimas dengan nada kaget.Aditya menjawab, "Ya, dia sangat jarang mengikuti acara seperti ini, jadi aku mengajaknya supaya dia terbiasa bersosialisasi.""Rupanya begitu. Aku juga baru bertemu dengannya di pesta beberapa hari yang lalu," ujar Dimas.Naomi hanya menunduk tanpa bersuara s
"Pantas saja Pak Aditya mengajak putrinya datang. Sepertinya dia memang berencana menjodohkannya."Aditya hanya tersenyum saat mendengar komentar orang-orang di sekitarnya. Dia memang berharap putrinya bisa banyak berkenalan dengan pemuda berprestasi seperti Dimas.Pada pukul 9 malam, Javier pulang ke Vila Blue Canyon. Claire yang terkejut pun bertanya, "Kok kamu pulang cepat banget?"Javier melepas dasi dan jasnya sambil menjawab, "Acaranya membosankan. Lebih baik aku pulang duluan untuk menemanimu."Claire mengambil jas dari tangan Javier sambil bertanya lagi, "Kenapa? Nggak ada wanita cantik di sana?"Javier mendekap Claire dari belakang, lalu menyurukkan wajahnya ke rambut wanita itu seraya menyahut, "Selain kamu, semua wanita kelihatan seperti pria di mataku."Claire balik badan dan menekan bibir Javier, lalu berkata, "Gombal."Javier tertawa pelan. Kemudian, dia melepaskan pelukannya pada Claire dan menyingsingkan lengan bajunya sambil berkata, "Aku bertemu Naomi tadi.""Naomi ju
Sepertinya ini pertama kalinya Naomi mendengar orang lain memuji Hardy. Dia lantas menatap Claire dan bertanya, "Bu Claire, kamu juga merasa Hardy itu pria yang baik?"Claire mengaduk sup dalam mangkuknya dan berujar, "Aku pernah bergabung dalam kamp pelatihan selama dua minggu lebih. Saat itu, Hardy sangat keras kepala dan bersemangat. Dibandingkan dengan dulu, dia sudah jadi lebih dewasa sekarang."Naomi mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Aku ... aku nggak tahu bagaimana sosoknya dulu, tapi aku nggak peduli soal masa lalunya.""Kenapa kamu bisa suka padanya?" tanya Claire.Pertanyaan Claire membuat Naomi teringat bahwa Hardy juga pernah menanyakan hal ini sebanyak tiga kali padanya. Naomi menunduk dan menjawab, "Aku juga nggak tahu, aku cuma merasa dia sangat baik."Apa itu karena Naomi pernah melihat Hardy menolong seseorang di rumah sakit? Apa karena pria itu membayar kopi Naomi di kafe, padahal mereka masih belum mengenal satu sama lain? Apa mungkin karena Hardy turun tangan
Beberapa menit kemudian, Hardy menelepon Naomi. Sementara itu, Naomi menjawab panggilan telepon sambil tersenyum, "Halo ...."Setelah mendengar ucapan Hardy, ekspresi Naomi berubah drastis. Di rumah sakit, Naomi berlari ke kamar pasien. Di dalam kamar, ada Hardy dan seorang pria paruh baya. Pria itu adalah ayah Hardy, Mario. Kaki kiri Hardy dipasang gips. Sepertinya selain cedera di kakinya, luka di bagian tubuh lain tidak terlalu parah. Dia duduk di tempat tidur seraya memandang Naomi.Mario memandang Naomi sembari bertanya, "Ini siapa?"Hardy menjawab dengan datar, "Teman.""Lukamu memang tidak terlalu parah, tapi kamu harus istirahat yang cukup," pesan Mario. Kemudian, dia keluar dari kamar.Naomi menghampiri tempat tidur Hardy sambil menunduk, lalu menatap Hardy dan bertanya, "Kamu baik-baik saja, 'kan?"Hardy tersenyum dan menyahut, "Aku tidak apa-apa, hanya luka ringan. Kamu tidak usah khawatir."Naomi menunduk seraya menggigit bibirnya. Dia menimpali, "Maaf, aku ... aku telepon
Air mata Naomi terus mengalir setelah mendengar ucapan Hardy. Naomi memegang dadanya, lalu berbalik dan pergi. Hati Hardy terasa sakit saat melihat sosok Naomi yang berlari keluar. Namun, Hardy tetap berusaha mengendalikan emosinya.Bianca langsung masuk ke kamar dan menegur, "Kamu benar-benar keterlaluan!"Hardy tertegun, dia berujar, "Bu ...." Bianca menampar Hardy."Bianca ...," panggil Fendra. Dia ingin menghentikan Bianca, tetapi tidak sempat. Hardy yang ditampar hanya terdiam.Bianca menarik napas dalam-dalam. Sesudah menenangkan dirinya, Bianca berucap, "Aku lihat sebenarnya kamu menyukai wanita itu. Kamu juga sakit hati setelah mengusirnya, 'kan? Apa yang terjadi sampai-sampai kamu harus membuat keputusan seperti ini? Apa kamu tidak bisa menghadapinya bersama?"Hardy menunduk seraya menimpali, "Bu, ini urusanku sendiri."Bianca menunjuk Hardy sembari membentak, "Urusanmu apanya? Kalau kamu bukan anakku, untuk apa aku mengurusmu? Oke, aku tidak akan ikut campur. Kamu sendiri yan
Naomi mengangguk dan berpamitan, "Kalau begitu, aku masuk dulu. Hati-hati di jalan."Setelah Naomi masuk ke rumah, Dimas baru naik ke mobil dan pergi. Naomi berjalan masuk ke ruang tamu. Irene baru selesai memasak makan malam. Melihat Naomi pulang, Irene tersenyum dan berujar, "Nona, makan malam sudah siap.""Aku nggak selera makan, kamu makan dulu," ucap Naomi yang langsung naik ke lantai atas. Irene meletakkan piring di atas meja, lalu memandang Naomi dengan ekspresi khawatir.Setelah Aditya pulang, Irene menceritakan keadaan Naomi kepada Aditya. Sementara itu, Aditya melepaskan jaketnya dan menyerahkannya kepada Irene. Dia berkata, "Aku lihat kondisinya dulu."Aditya berjalan ke depan pintu kamar Naomi, lalu mengetuk pintu. Begitu membuka pintu, Aditya melihat Naomi sedang duduk di depan meja sambil melihat album foto. Aditya bertanya, "Naomi, kenapa kamu tidak makan?"Naomi menggeleng dan menyahut, "Aku belum lapar."Melihat ekspresi Naomi yang kecewa, Aditya bisa menebak apa yang
Claire merenung untuk beberapa saat, lalu menyahut, "Tentu saja. Tapi, aku bisa merasakan cinta Javier. Jadi, aku nggak akan membiarkan kami berdua kehilangan satu sama lain.""Ternyata begitu," timpal Naomi seraya menunduk. Dia tersenyum getir. Pasangan yang tidak bisa bersama padahal saling mencintai memang sangat disayangkan. Masalahnya, jika perasaan cinta di antara kedua orang itu cukup dalam, mereka pasti tidak akan menyerah.Naomi menyukai Hardy, tetapi seperti apa perasaan Hardy kepada Naomi? Hardy menyerah begitu cepat, mungkin Hardy memang tidak terlalu menyukai Naomi.Satu minggu kemudian, Naomi dan Widya pergi ke toko cabang. Kondisi Naomi sudah perlahan-lahan pulih kembali. Naomi duduk di dalam ruangan kantor sambil menggambar sketsa. Tiba-tiba, seorang karyawan berdiri di luar pintu sambil berujar, "Naomi, ada pria ganteng yang mencarimu."Naomi merasa gugup. Dia langsung berdiri dan berjalan keluar. Sesampainya di koridor, Naomi melihat Dimas yang menunggunya. Naomi tamp
Claire mengernyit dan bertanya, "Jadi, kamu mencari Naomi?"Pelayan menyajikan secangkir kopi, lalu Dimas menggeser cangkirnya ke samping tangannya dan menyahut, "Ayah Naomi berniat menjodohkan kami. Jadi, wajar saja kalau aku mencari Naomi."Claire memijat kening seraya memastikan, "Jadi, kamu memang nggak punya maksud lain?"Dimas menimpali, "Naomi juga nggak berpikiran seperti itu. Aku juga tidak suka memaksa wanita."Claire tersenyum dan berkomentar, "Oh, waktu di hotel itu kamu bukan memaksa?"Dimas tidak bisa berkata-kata. Claire menopang dagunya dan melanjutkan, "Aku baru bisa tenang kalau kamu bicara seperti itu. Kebetulan aku butuh bantuanmu untuk masalah ini."....Kabar Naomi yang berpacaran dengan Dimas sudah tersebar. Tentu saja, Aditya sudah mengetahuinya. Dia sendiri juga terkejut. Aditya bergegas pulang, dia melihat Naomi yang sedang makan malam. Naomi mendongak dan berujar, "Ayah, kamu sudah pulang.""Kerjaanku baru selesai," sahut Aditya. Dia meletakkan tasnya di meja
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem