Hardy berujar sambil tersenyum, "Kamu baru sadar?"Naomi tiba-tiba merasa gugup. Dia jarang berbincang dengan pria dan sama sekali tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Andaikan saja dia seberani Widya! Naomi menarik napas panjang, lalu mencoba bertanya, "Kamu nggak pulang?""Aku baru mau pulang," jawab Hardy. Dia melihat arlojinya dan melanjutkan, "Aku turun duluan, ya."Naomi hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia hanya mengangguk dan berkata, "Oke.""Bukannya kamu juga mau turun ke lantai bawah?" tanya Hardy."Ah ... iya," sahut Naomi sambil memaki dirinya sendiri dalam hati. Mengapa dia harus merasa secanggung ini saat bicara dengan Hardy?Hardy memandang punggung Naomi yang berjalan mendahuluinya. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan wanita yang begitu pemalu. Aneh, padahal Naomi cukup berani saat mereka dipersulit oleh pria yang mengemudikan Range Rover tempo hari.Lift yang membawa Naomi dan Hardy ke bawah cukup sesak. Keduanya berdiri di masing-masing sisi lift yang
Naomi memijat pelipisnya. Entah mengapa dia merasa Widya terlalu bersemangat dalam hal ini.[ Hans kabur dari upacara pernikahan dengan selingkuhannya ]Kemarin malam, perkara pernikahan Keluarga Zahra dan Keluarga Jetmadi menjadi topik perbincangan populer para netizen di internet. Mayoritas netizen wanita memaki-maki Hans karena mengacaukan pernikahan dengan Selly. Sementara itu, segelintir netizen pria membela Hans. Mereka setuju Hans kabur daripada harus menikahi wanita yang sudah menjadi bekas banyak pria lainnya.Roy merobek-robek koran yang memuat berita sensasional itu sambil memaki, "Hans bangsat!"Elsa memandang Roy dengan dingin dan berujar, "Setelah masalahnya sampai ke titik ini, kamu baru puas, 'kan?""Aku ...." Roy tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Harus diakui, Keluarga Jetmadi benar-benar telah memperdaya Keluarga Zahra. Kemudian, Roy teringat sesuatu dan bertanya pada istrinya, "Apa kamu sudah lama tahu soal hal ini?"Elsa memasang ekspresi datar. Dia sudah mengeta
Hans teringat pada Noni. Wanita itu tidak pernah menangis, bahkan saat dia melihat apa yang Hans dan Selly lakukan di kantor. Hans menduga Noni mungkin rendah diri karena dia sudah tidak murni. Noni mungkin sudah sangat bersyukur ada pria yang bersedia menikahinya.Namun, faktanya tidak seperti itu. Noni bukannya rendah diri, dia hanya tidak pernah menggantungkan harapan apa pun pada Hans. Daripada disebut rendah diri, lebih tepat mengatakan bahwa dia berdarah dingin. Lantaran masa bodoh dengan perselingkuhan Hans, Noni selalu memiliki ekspresi dingin dan berjarak. Dengan mengeraskan hatinya, tidak ada yang bisa membuatnya kecewa.Vilya mendadak menelepon Hans. Setelah mendengar beberapa lama, Hans langsung berdiri dan menyahut, "Aku ke sana sekarang."Hans mengambil mantel dan melangkah ke pintu. Penampilannya tampak sangat kuyu karena bergadang semalaman."Hans, kamu mau pergi? Mau ke mana? Apa kamu mau menemui Noni?" tanya Selly.Berbagai pertanyaan Selly membuat ekspresi Hans berub
Senyum Selly perlahan menghilang, lalu dia berkata, "Hans, aku ... aku nggak bermaksud mengancammu." Tanpa memedulikan sakit di pergelangan tangannya, dia buru-buru berdiri dan menjelaskan, "Aku takut banget karena teleponku nggak tersambung dari kemarin. Hans, kata dokter kehamilan bisa membuat pikiran kacau dan emosi nggak stabil. Aku ... aku cuma takut."Hans menarik napas panjang dan berujar, "Ayahku menjalani operasi pendarahan otak."Wajah Selly tampak memucat."Aku harus menunggui ayahku di rumah sakit seharian. Lagi pula, aku juga sudah menjagamu semalaman sebelumnya. Kamu belum puas? Apa kamu berharap aku terus menemanimu bahkan saat ayahku mati?" ucap Hans lagi."Maaf, Hans ... aku salah. Aku nggak tahu ...," kata Selly dengan panik.Hans menutupi wajahnya dan berujar dengan nada berat, "Aku lelah, Selly."Ada dua arti saat seorang pria mengaku lelah. Yang pertama lelah secara fisik, yang kedua lelah secara batin. Namun, Hans jelas sedang mengisyaratkan makna yang berbeda pad
Begitu kata-kata itu terlontar, Claire menyadari orang-orang di sekitar menoleh dan memandangnya dengan ekspresi kaget. Dia malu sekali dan merasa ingin bersembunyi.Javier tertawa pelan, lalu bertanya balik setelah memikirkannya sejenak, "Jadi, aku boleh tidur dengan wanita mana pun selain Kayla?"Claire mengaduk supnya dengan sendok sambil menjawab dengan nada sebal, "Kamu boleh coba kalau kamu mau."Javier menyahut dengan tenang, "Aku bakal coba setelah selesai makan."Claire merasa Javier sengaja memancing emosinya, jadi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Setelah mobil mereka diparkir di halaman Vila Blue Canyon, Claire turun dari mobil dan menutup pintu. Javier merapikan mantelnya dan berjalan menghampirinya. Claire bersedekap dan bertanya, "Bukannya kamu mau coba tidur dengan wanita baru? Kenapa kamu turun mobil?"Javier mengulum senyum dan menyahut, "Kalau aku benar-benar pergi, kamu bakal ribut denganku."Claire memalingkan muka dan langsung masuk ke vila. Saat dia sedang mengg
Hans tertegun mendengar kata-kata Noni.Noni berujar, "Aku tahu seberapa besar kamu membenciku. Perlakuan baikmu padaku cuma formalitas, hanya seperti tugas yang kamu selesaikan untuk menyenangkan keluarga kita. Aku tahu seberapa buruk reputasiku. Tapi, bukan berarti aku mau saja menerima setiap pria yang bersedia menikahiku. Biarpun aku nggak bisa menikah, aku nggak akan bergantung padamu. Jadi, kamu bisa tenang.""Biar bagaimanapun, aku adalah putri kesayangan Keluarga Zahra. Biarpun aku sudah rusak, aku tetap pernah menjadi sosok yang dicintai dan dibanggakan semua orang. Ini adalah karmaku. Aku bisa menerima ganjaran semua perbuatanku. Tapi, aku nggak akan menggantungkan kebahagiaan dan kehidupanku pada pria mana pun," lanjut Noni.Usai berkata begitu, Noni mendorong pergi Hans, lalu menyeret kopernya ke luar pintu dengan tegas. Hans terdiam di sana dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuh.Setelah masuk ke dalam mobil, Noni memandang ke luar jendela. Bukannya dia tidak bisa bers
Widya melihat ponselnya. Sebelum keluar, Widya sudah mengirim pesan kepada Hardy. Setelah menunggu beberapa menit, Naomi bertanya, "Gimana kalau kita jalan-jalan dulu? Nanti kita baru bertemu dengannya setelah dia sampai."Widya berpikir sejenak, lalu menyahut, "Boleh juga."Kemudian, Naomi mengirim pesan kepada Hardy. Mereka berdua jalan-jalan di mal terlebih dahulu, lalu makan. Widya yang kelaparan langsung mengeluh setelah duduk dan memesan makanan, "Ternyata Pak Hardy mengingkari janjinya. Kenapa dia nggak langsung tolak saja kalau nggak mau datang? Sekarang dia malah nggak datang setelah berjanji. Bukannya ini sama saja dengan menipu kita?"Widya membuka menu dan berkomentar dengan kesal, "Pria yang ganteng memang nggak bisa dipercaya! Huh!"Naomi tersenyum sembari menimpali, "Nggak apa-apa. Kita berdua saja juga sudah cukup."Widya membalas, "Benar, di dunia ini ada banyak pria ganteng. Kalau yang ini nggak bisa dipercaya, mungkin nanti ada pria lain lagi."Widya tidak marah lagi
Naomi tertegun, lalu memandang Hardy. Kebetulan Hardy juga melihat Naomi. Kemudian, Naomi segera membantah, "Jangan bicara sembarangan. Warnanya beda jauh.""Warna pakaian kalian berdua lebih terang, sedangkan pakaianku begitu gelap. Jadi, aku kelihatan beda," ucap Widya sambil merapikan jaket hitamnya.Sebelum Naomi sempat bicara, Hardy tertawa dan berujar, "Ini hanya kebetulan."Setelah selesai makan, Widya tiba-tiba memberi saran untuk menonton di bioskop. Sesampainya di bioskop, Widya mengamati beberapa pilihan film di layar. Akhirnya, Widya memilih film horor dan bertanya, "Gimana kalau hari ini kita menonton film yang agak menantang?"Suasana saat menonton film horor lebih menarik daripada menonton film romantis. Apalagi saat melihat bagian film yang mengerikan dan memeluk orang di samping. Jadi, menonton film horor bisa membantu untuk mendekatkan hubungan antara 2 orang.Naomi berucap, "Aku nggak masalah."Hardy yang ragu-ragu bertanya, "Kalian yakin mau menonton film ini?"Widy