Naomi memiliki bentuk wajah oval. Besarnya seukuran telapak tangan, terlihat sangat anggun dan mungil. Di suasana yang ramai ini, dia tampak begitu tenang.Setelah para tamu undangan masuk ke aula, pesta pun akan segera dimulai. Ketika pembawa acara mengucapkan kata sambutan di atas panggung, lampu di dalam aula seketika meredup. Begitu musik dimainkan, semua orang melihat ke arah pengantin wanita yang berjalan memasuki aula.Noni memakai veil pengantin dan gaun pernikahan putih yang panjang. Dia menggandeng lengan ayahnya sembari berjalan selangkah demi selangkah. Sementara itu, Hans berdiri di atas panggung. Ekspresinya tidak terlihat jelas karena cahaya yang redup.Roy menyerahkan putrinya kepada Hans. Hans meraih tangan Noni. Mereka berdua berbalik berjalan menuju ke arah pembawa acara. Pembawa acara mengucapkan selamat kepada mereka, lalu bertanya kepada pengantin pria, "Apakah kamu bersedia menjadikan wanita di sampingmu sebagai istri dan hanya mencintainya seumur hidupmu?""Dia
Hans menarik napas dalam-dalam. Dia berhenti sejenak, lalu menggendong Selly pergi."Hans!" teriak Guffin dengan histeris. Dadanya terasa sesak sehingga dia memegangnya dengan kuat. Tiba-tiba, dia memuntahkan darah.Melihat ini, raut wajah Vilya berubah drastis. Dia memapah Guffin sembari memekik, "Sayang!"Pada pernikahan ini, pengantin pria membawa wanita lain pergi meninggalkan pengantin wanita berdiri sendirian di atas panggung. Hal ini membuat para tamu undangan merasa simpati.Roy akhirnya turun tangan untuk menenangkan kericuhan. Namun, beberapa tamu undangan meninggalkan acara tanpa menyantap hidangan, termasuk Mario. Setelah berjalan sampai ke pintu masuk, Mario menyadari bahwa Hardy tidak mengikutinya. "Ayo pergi. Tidak ada yang perlu dilihat," kata Mario."Ayah yang memintaku datang, tapi Ayah juga yang memintaku pergi. Ayah pulang duluan saja," balas Hardy, lalu berbalik masuk."Kamu ...," pekik Mario. Dia merasa sangat kesal sampai tidak bisa berkata-kata. Pada akhirnya, d
Hardy berujar sambil tersenyum, "Kamu baru sadar?"Naomi tiba-tiba merasa gugup. Dia jarang berbincang dengan pria dan sama sekali tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Andaikan saja dia seberani Widya! Naomi menarik napas panjang, lalu mencoba bertanya, "Kamu nggak pulang?""Aku baru mau pulang," jawab Hardy. Dia melihat arlojinya dan melanjutkan, "Aku turun duluan, ya."Naomi hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia hanya mengangguk dan berkata, "Oke.""Bukannya kamu juga mau turun ke lantai bawah?" tanya Hardy."Ah ... iya," sahut Naomi sambil memaki dirinya sendiri dalam hati. Mengapa dia harus merasa secanggung ini saat bicara dengan Hardy?Hardy memandang punggung Naomi yang berjalan mendahuluinya. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan wanita yang begitu pemalu. Aneh, padahal Naomi cukup berani saat mereka dipersulit oleh pria yang mengemudikan Range Rover tempo hari.Lift yang membawa Naomi dan Hardy ke bawah cukup sesak. Keduanya berdiri di masing-masing sisi lift yang
Naomi memijat pelipisnya. Entah mengapa dia merasa Widya terlalu bersemangat dalam hal ini.[ Hans kabur dari upacara pernikahan dengan selingkuhannya ]Kemarin malam, perkara pernikahan Keluarga Zahra dan Keluarga Jetmadi menjadi topik perbincangan populer para netizen di internet. Mayoritas netizen wanita memaki-maki Hans karena mengacaukan pernikahan dengan Selly. Sementara itu, segelintir netizen pria membela Hans. Mereka setuju Hans kabur daripada harus menikahi wanita yang sudah menjadi bekas banyak pria lainnya.Roy merobek-robek koran yang memuat berita sensasional itu sambil memaki, "Hans bangsat!"Elsa memandang Roy dengan dingin dan berujar, "Setelah masalahnya sampai ke titik ini, kamu baru puas, 'kan?""Aku ...." Roy tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Harus diakui, Keluarga Jetmadi benar-benar telah memperdaya Keluarga Zahra. Kemudian, Roy teringat sesuatu dan bertanya pada istrinya, "Apa kamu sudah lama tahu soal hal ini?"Elsa memasang ekspresi datar. Dia sudah mengeta
Hans teringat pada Noni. Wanita itu tidak pernah menangis, bahkan saat dia melihat apa yang Hans dan Selly lakukan di kantor. Hans menduga Noni mungkin rendah diri karena dia sudah tidak murni. Noni mungkin sudah sangat bersyukur ada pria yang bersedia menikahinya.Namun, faktanya tidak seperti itu. Noni bukannya rendah diri, dia hanya tidak pernah menggantungkan harapan apa pun pada Hans. Daripada disebut rendah diri, lebih tepat mengatakan bahwa dia berdarah dingin. Lantaran masa bodoh dengan perselingkuhan Hans, Noni selalu memiliki ekspresi dingin dan berjarak. Dengan mengeraskan hatinya, tidak ada yang bisa membuatnya kecewa.Vilya mendadak menelepon Hans. Setelah mendengar beberapa lama, Hans langsung berdiri dan menyahut, "Aku ke sana sekarang."Hans mengambil mantel dan melangkah ke pintu. Penampilannya tampak sangat kuyu karena bergadang semalaman."Hans, kamu mau pergi? Mau ke mana? Apa kamu mau menemui Noni?" tanya Selly.Berbagai pertanyaan Selly membuat ekspresi Hans berub
Senyum Selly perlahan menghilang, lalu dia berkata, "Hans, aku ... aku nggak bermaksud mengancammu." Tanpa memedulikan sakit di pergelangan tangannya, dia buru-buru berdiri dan menjelaskan, "Aku takut banget karena teleponku nggak tersambung dari kemarin. Hans, kata dokter kehamilan bisa membuat pikiran kacau dan emosi nggak stabil. Aku ... aku cuma takut."Hans menarik napas panjang dan berujar, "Ayahku menjalani operasi pendarahan otak."Wajah Selly tampak memucat."Aku harus menunggui ayahku di rumah sakit seharian. Lagi pula, aku juga sudah menjagamu semalaman sebelumnya. Kamu belum puas? Apa kamu berharap aku terus menemanimu bahkan saat ayahku mati?" ucap Hans lagi."Maaf, Hans ... aku salah. Aku nggak tahu ...," kata Selly dengan panik.Hans menutupi wajahnya dan berujar dengan nada berat, "Aku lelah, Selly."Ada dua arti saat seorang pria mengaku lelah. Yang pertama lelah secara fisik, yang kedua lelah secara batin. Namun, Hans jelas sedang mengisyaratkan makna yang berbeda pad
Begitu kata-kata itu terlontar, Claire menyadari orang-orang di sekitar menoleh dan memandangnya dengan ekspresi kaget. Dia malu sekali dan merasa ingin bersembunyi.Javier tertawa pelan, lalu bertanya balik setelah memikirkannya sejenak, "Jadi, aku boleh tidur dengan wanita mana pun selain Kayla?"Claire mengaduk supnya dengan sendok sambil menjawab dengan nada sebal, "Kamu boleh coba kalau kamu mau."Javier menyahut dengan tenang, "Aku bakal coba setelah selesai makan."Claire merasa Javier sengaja memancing emosinya, jadi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Setelah mobil mereka diparkir di halaman Vila Blue Canyon, Claire turun dari mobil dan menutup pintu. Javier merapikan mantelnya dan berjalan menghampirinya. Claire bersedekap dan bertanya, "Bukannya kamu mau coba tidur dengan wanita baru? Kenapa kamu turun mobil?"Javier mengulum senyum dan menyahut, "Kalau aku benar-benar pergi, kamu bakal ribut denganku."Claire memalingkan muka dan langsung masuk ke vila. Saat dia sedang mengg
Hans tertegun mendengar kata-kata Noni.Noni berujar, "Aku tahu seberapa besar kamu membenciku. Perlakuan baikmu padaku cuma formalitas, hanya seperti tugas yang kamu selesaikan untuk menyenangkan keluarga kita. Aku tahu seberapa buruk reputasiku. Tapi, bukan berarti aku mau saja menerima setiap pria yang bersedia menikahiku. Biarpun aku nggak bisa menikah, aku nggak akan bergantung padamu. Jadi, kamu bisa tenang.""Biar bagaimanapun, aku adalah putri kesayangan Keluarga Zahra. Biarpun aku sudah rusak, aku tetap pernah menjadi sosok yang dicintai dan dibanggakan semua orang. Ini adalah karmaku. Aku bisa menerima ganjaran semua perbuatanku. Tapi, aku nggak akan menggantungkan kebahagiaan dan kehidupanku pada pria mana pun," lanjut Noni.Usai berkata begitu, Noni mendorong pergi Hans, lalu menyeret kopernya ke luar pintu dengan tegas. Hans terdiam di sana dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuh.Setelah masuk ke dalam mobil, Noni memandang ke luar jendela. Bukannya dia tidak bisa bers
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me