Claire bergumam, "Memangnya bukan itu maksudmu?"Javier membenamkan wajahnya di bahu Claire dan tertawa. Kemudian, Javier berkata, "Ternyata kamu menganggapku orang seperti itu."Sebelum Claire sempat merespons, Javier sudah menggendong Claire dan melanjutkan seraya tersenyum, "Kalau begitu, mulai besok aku akan menjadi orang seperti itu."Terdengar suara Claire yang memprotes dari lantai atas, "Javier, kamu menjebakku lagi!"Keesokan harinya, di Perusahaan Soulna. Salah satu karyawan bertanya, "Eh, Bu Claire cuti lagi, ya?"Karyawan lain menyahut, "Sejak Bu Claire pulang dari kantor cabang di Negara Shawana, dia sudah sibuk selama setengah tahun ini. Tentu saja dia butuh istirahat."Naomi pergi ke kantin sendirian untuk makan. Kebetulan dia mendengar percakapan 3 karyawan wanita di seberang. Di tempat duduk lain, beberapa karyawan makan sambil berbincang. Sementara itu, Naomi malah menyendiri.Sekarang, beberapa karyawan wanita yang pernah mengajak Naomi berkumpul dulu hanya menyapa N
Naomi menunduk dan berkata dengan ragu-ragu, "Aku ... nggak punya kontak mereka lagi." Selain Candice, Naomi memang tidak menyimpan kontak teman-teman lainnya.Widya yang bingung melirik Naomi sekilas dan menimpali, "Kamu itu benar-benar anak rumahan. Kamu nggak bisa terus seperti ini, kamu harus punya mencari teman."Sebenarnya Naomi hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia malah berteriak, "Injak rem!"Saat Widya tersadar, semuanya sudah terlambat. Mobil Widya sudah menabrak mobil yang berhenti di depan lampu lalu lintas ketika dia baru menginjak rem. Widya yang kaget berucap, "Gawat, aku menabrak mobil orang. Apa merek mobil orang itu?"Widya tidak terlalu paham dengan merek mobil, tetapi kelihatannya mobil itu sangat mahal. Sekarang, Widya takut dia tidak sanggup membayar kerugiannya.Naomi melihat logo mobilnya, lalu menyahut, "Land Rover. Dilihat dari modelnya, seharusnya ini seri 3.0 L6. Harganya sekitar miliaran.""Apa? Land Rover seharga miliaran?" ujar Widya yang merasa frustras
"Kalau kalian tidak mau membayar kompensasinya, aku tidak akan melepaskan kalian!" ancam pria itu. Mobil yang lewat juga makin banyak sehingga jalanan menjadi macet. Suara klakson terus terdengar dan banyak pejalan kaki yang mengerumuni mereka.Widya yang panik berujar, "Mana boleh begitu? Kami bersedia membayar kompensasinya, tapi kami nggak sanggup membayar 200 juta. Apa kamu nggak bisa menoleransi kesalahan kami?"Pria itu meludah, lalu menimpali, "Menoleransi apanya? Pokoknya kalian harus membayar kompensasinya! Jangan pikir aku tidak berani main tangan karena kalian itu wanita!"Naomi memandang pria itu dengan tenang seraya menjelaskan, "Harga mobilmu ini sekitar 2,38 miliar dan model ini termasuk yang paling murah. Biaya asuransinya setiap tahun seharga 56 juta, ditambah dengan biaya bensin, parkir, dan tol, total biaya mobilmu sekitar 200 juta setahun. Tapi, kamu malah meminta kompensasi sebesar 200 juta. Coba kamu tanya apa pihak asuransi bersedia membayar sebanyak itu, nggak?"
Naomi memandang ke arah Hardy, ternyata dia adalah orang kejaksaan? Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah membantunya sebelumnya, lagi-lagi membantunya sekarang.Saat itu, Hardy menatap Naomi sambil memicingkan mata. Barusan, dia tidak sempat memperhatikan dengan saksama. Dia hanya melihat bahwa kedua wanita ini sepertinya sedang dalam masalah, jadi datang untuk membantu saja.Namun, kini Hardy merasa bahwa Naomi cukup familier. Tiba-tiba, Naomi yang teringat dengan sesuatu pun mengeluarkan selembar uang 50 ribu dari dompetnya, lalu berjalan mendekat sambil berkata, "Pak, ini uang kopi terakhir, kukembalikan padamu." Hardy tampak terkejut. Kemudian, dia tiba-tiba mengingat sesuatu sehingga berkata, "Kamu si wanita pada hari itu ...."Naomi pun mengangguk sambil tersenyum. Hardy sontak tertawa, lalu menggeleng sembari mengusap pelipisnya. Dia mendorong uang itu, lalu menolak, "Sudah kubilang, tidak perlu dikembalikan. Anggap saja aku mentraktirmu.""Mana bisa begitu? Ak
Naomi mendongak dan menatap pot bunga di jendela. Tanpa disadari, dia kembali teringat dengan orang itu. Dia tahu tentang Keluarga Chaniago dan juga Cahya, tetapi dia baru pertama kali mendengar tentang Tuan Muda Kedua Keluarga Chaniago.Musim dingin di Kota Jimbar sangat dingin dengan salju yang melimpah. Claire yang mengenakan mantel bulu putih baru saja turun dari mobil. Wajah kecilnya terlihat memerah karena kedinginan. Saat ini, Javier melilitkan syal di lehernya, lalu tak kuasa tertawa sambil meledek, "Padahal, katanya wanita lebih tahan terhadap dingin daripada pria, tapi lihatlah dirimu."Claire berkata dengan kesal, "Itu juga tergantung pada orangnya!"Javier menyentuh pipi wanita itu yang dingin dengan telapak tangannya yang hangat, lalu berkata, "Musim dingin di Negara Mardani lebih dingin, 'kan?"Claire pun mengiakannya. Dia menunduk sambil berucap, "Jadi, aku nggak akan keluar rumah."Mendengar ini, Javier membelai rambutnya sembari berkata, "Kita akan mencari hotel pemand
Di Perusahaan Soulna yang ada di ibu kota.Setelah kejadian kemarin, Widya makin suka dengan Naomi dan mendekatinya. Mereka bahkan duduk bersama saat makan siang. Widya memang selalu ramah dan suka berbicara, sedangkan Naomi termasuk tipe yang lambat untuk akrab dengan seseorang. Bagi orang lain, Naomi mungkin terlihat seperti tidak peduli dan hanya merespons Widya secara singkat.Setelah makan siang, Naomi pergi lebih dahulu. Dua staf wanita lain mendatangi Widya, lalu berkata, "Widya, kenapa kamu begitu peduli dengan Naomi? Padahal, dia nggak begitu ingin meresponsmu."Namun, Widya malah mendongak dan memandang mereka sambil berkata, "Dia nggak mengabaikanku. Kalian mungkin sudah salah paham." Setelah itu, Widya menambahkan, "Sebenarnya, dia orang yang cukup baik, nggak seperti yang kita bayangkan."Staf wanita itu melihat sekeliling, lalu berkata, "Tapi, apa kamu benar-benar mengenalnya? Dengar-dengar, pagi tadi Naomi datang ke kantor dengan mobil mewah. Orang yang mengantarnya adal
Mobil mereka diparkir di luar gerbang. Saat ini, Claire dan Javier turun dari mobil. Wanita itu berdiri di luar gerbang untuk waktu yang lama, tetapi tak kunjung masuk. Javier melihatnya sambil berkata, "Tidak mau masuk?""Karena aku tiba-tiba pulang, Nenek pasti bakal kaget, 'kan?" tanya Claire. Dia menggenggam kedua saku celananya, seolah-olah bisa membayangkan ekspresi Gabriana.Javier pun mendorong gerbang, lalu Claire ikut berjalan masuk. Di halaman yang luas ini, masih ada tumpukan salju yang telah disapu. Ranting-ranting pohon yang gundul terlapisi embun beku, bahkan jendela pun membeku.Pintu rumah terlihat setengah terbuka. Dalam sekejap, seorang wanita paruh baya keluar dari dalam. Dia masih membawa seember air dan tampak sangat kaget ketika melihat Javier dan Claire. Dia segera bertanya, "Kalian mencari siapa?" Namun, Claire tidak menjawabnya. Dia hanya bertanya, "Nenek dan Paman Riandy ada di rumah, nggak?"Begitu mendengar cara Claire memanggil, wanita paruh baya itu lagi
Claire tidak berencana untuk tinggal dan makan siang di sini. Dia hanya memberi tahu tentang Hendri yang pergi ke luar negeri kepada Riandy, lalu segera pergi.Dalam perjalanan pulang, perut Claire mulai keroncongan. Javier sengaja meledek, "Bukannya tadi kamu bilang tidak lapar?"Claire pun mengerucutkan bibirnya sambil menjawab, "Aku baru merasa lapar sekarang."Javier memeluknya dengan erat. Dia meletakkan dagunya di kepala Claire, lalu bertanya, "Kamu mau makan apa?"Setelah berpikir sejenak, Claire menjawab, "Aku mau makan semur daging lokal, ngidam banget."Javier pun berkata sambil tersenyum, "Oke."....Di kantor Perusahaan Soulna.Setelah beberapa staf wanita selesai membuang air kecil, mereka berdiri di depan wastafel untuk mencuci tangan sambil merapikan riasan. Mereka juga sekalian bergosip."Naomi ternyata mampu membeli casing ponsel yang begitu mewah. Dia sudah pasti menjadi simpanan pria kaya, 'kan?""Siapa yang tahu? Pantas saja dia begitu angkuh, ternyata dia nggak lev
“Hubungan keluarga kalian dengan keluarga Hiro cukup bagus, ‘kan? Kamu malah nggak tahu?”Yura tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada sosok Hiro dan Jeska yang berjalan mendekat.Jeska juga telah menyadari keberadaan Yura. Dia bagai sedang menunjukkan kepemilikannya, langsung merangkul lengan Hiro. “Nona Yura, kebetulan sekali.”Hiro menatap Yura dan juga tidak berbicara.Yura mengangguk dengan sopan, lalu berkata, “Kebetulan sekali.” Dia mengangkat gelas anggurnya, seolah-olah tidak ingin menghiraukan Jeska.Beberapa teman lainnya dapat merasakan aura aneh dari diri mereka. Salah satu dari mereka melihat ke sisi Hiro, kemudian bertanya, “Hiro, dia kekasihmu?”Hiro tidak menjawab. Jeska pun segera berkata, “Iya. Aku dan Kak Hiro sudah bersama selama beberapa saat.”Kak Hiro ….Semua orang di tempat kenal dengan Jessie. Mereka juga tahu bagaimana bagusnya hubungan Jessie dengan Hiro.Hiro sangat melindungi Jessie. Semua orang tahu Hiro menyukainya. Sebelumnya Jessie pun memanggil Hir
Ariel tersenyum, lalu bertanya, “Nona Yura itu teman sekolahmu, ya?”“Emm, dia temanku, Jessie, dan juga Jerry. Dulu kita selalu bersama.” Jodhiva meletakkan makanan ke atas meja, lalu menoleh untuk menatap Yura. “Kenapa? Apa kamu cemburu?”“Kata siapa aku cemburu? Aku cuma penasaran saja.”Ariel berjalan keluar dapur, lalu meletakkan gelas susu di atas meja. Dia duduk, lalu berkata, “Aku nggak berhubungan lagi dengan teman sekolahku dulu. Ternyata teman sekolah kalian cukup banyak.”Jodhiva juga ikut duduk. “Kenapa?”Ariel membalas, “Karena aku sekolah militer sewaktu di Yasia Tenggara. Semuanya itu cowok. Jadi, ayahku mengaturku untuk tinggal di asrama tersendiri. Saat aku baru sekolah di sana, cowok-cowok di sana mengira aku itu sok kaya, semuanya nggak suka sama aku. Mereka bahkan menindasku secara diam-diam.”“Aku juga nggak mau kalah. Jadi, setiap kali latihan militer, aku akan balas dendam sama mereka. Aku pukul mereka dengan kuat. Jadi, setelah itu, nggak ada lagi yang berani g
Javier meletakkan barang di tangannya di depan nisan. “Ayah, kita cabut rumput liarnya dulu.”Steven mengangguk. Dia juga mengenakan sarung tangan mulai membersihkan makam. Claire juga ikut turun tangan.Setengah jam sudah berlalu, rumput liar di samping makam sudah dibersihkan semuanya. Steven meletakkan sebuket bunga mawar putih di depan nisan, lalu meletakkan keranjang bunga di depan sana. Semua buah-buahan itu adalah buah-buahan yang disukai Prisca sewaktu hidup dulu.Steven masih tidak ingin pulang. Javier dan Claire juga tidak mengganggunya, duluan berjalan meninggalkan makam, hanya melihat dari kejauhan saja.“Ibu sudah meninggal dari dulu, Ayah masih saja merindukannya. Sepertinya mereka sangat mencintai satu sama lain.”Javier merangkul Claire ke dalam pelukannya. “Saat aku masih kecil, hubungan mereka memang sangat bagus. Semuanya sama seperti yang dikatakan kakekku, kelemahan ayahku itu adalah ibuku. Dia sama seperti Kakek Buyut, sama-sama jatuh di tangan wanita.”Claire ter
Yura tertegun sejenak, lalu menggeleng. “Jadi, bagaimana bisa seperti ini? Apa cuma ada satu restoran di ibu kota?”Yura mengangkat-angkat pundaknya. “Mungkin restoran yang tergolong enak di ibu kota cuma beberapa saja.”Bastian tersenyum. “Apa kamu tidak bisa makan di tempat yang tidak terlalu enak?”“Sekarang aku sudah tahu namamu.” Yura tersenyum, lalu meninggalkan tempat.Bastian berdecak. Dia memang sial!Jodhiva mengendarai mobilnya ke depan restoran. Baru saja Ariel memasuki mobil, Jodhiva langsung mengunci pintu mobilnya. Saat Bastian hendak membuka pintu, dia pun mengetuk jendela bagian samping pengemudi. “Apa maksudmu?”Jodhiva menatapnya dengan tersenyum, “Kami berdua masih ada urusan. Kamu urus sendiri.”“Bukan, kamu ….”Ketika melihat mobil benar-benar melaju pergi, Bastian langsung tersenyum dengan kesal. Di saat makan tadi, Jodhiva tidak merasa dirinya telah mengganggu dunia mereka berdua. Sekarang dia malah merasa risi?Heh! Inilah namanya kesetiakawanan seorang pria!
Seorang pria berjalan ke samping Yura, lalu bertanya, “Apa benar dengan Nona Yura?”Yura mengangkat kepalanya. Tadinya dia mengira lawan kencan buta yang diatur ayahnya tidak akan datang lagi. Jadi, Yura berencana untuk pulang setelah makan. Siapa sangka dia akan datang.Yura pun tersenyum. “Iya, silakan duduk.”Si pria duduk, kemudian melihat makanan di atas meja.Yura berkata dengan tersenyum, “Maaf, aku kira kamu sudah terlambat setengah jam, nggak akan datang lagi.”Pria itu merasa canggung. Dia mengira Yura sedang marah karena dirinya telah datang terlambat. “Tadi aku ada sedikit urusan. Oh, ya, Nona Yura, dengar-dengar kamu itu penerjemah?”Yura tidak mengesampingkan sendok garpunya. “Iya, aku lagi berpikir mau bekerja lagi atau nggak.”Masih terlihat senyuman di wajah si pria. “Kamu masih mau ke luar negeri?”“Tergantung sikon.” Usai berbicara, Yura mengangkat kepalanya untuk menatap si pria. “Kalau mau menikah, mungkin ada perubahan dengan pekerjaanku. Bisa jadi aku akan beker
Sepertinya Merry juga merasa hubungan putranya dengan Yura tidak sebagus dulu lagi. Apalagi putranya sedang terpikat dengan siluman rubah itu, raut wajah Merry kelihatan semakin muram lagi. “Sekarang Hiro bahkan tidak pulang ke rumah. Setiap harinya selalu tinggal di luar. Haish, gara-gara seorang wanita, dia malah berubah menjadi seperti ini.”Ricky berkata dengan serius, “Baiklah, berhubung semua itu pilihannya, mulai sekarang kita juga tidak bisa ikut campur dengan pilihan hidupnya.”Merry hanya merasa disayangkan. “Aku kira Yura bisa menjadi menantu keluarga kita.”Cooper pun tersenyum. “Tidak masalah. Semua itu juga tidak berdampak terhadap hubungan keluarga kita.”…Di Vila Laguna, Negara Hyugana.Jessie berjalan ke taman bunga, lalu pergi menyiram bunga mawar. Dia sungguh berharap bunga hasil rawatannya bisa tumbuh dengan indah saat musim semi nanti.Jules berjalan ke belakang Jessie, lalu mengambil gembor dari tangan Jessie. “Bukannya aku suruh kamu istirahat?”Jessie mencember
Hiro terdiam.“Dari kemarin kamu gonta-ganti kekasih melulu. Sekarang kamu berpacaran dengan Jeska. Semua itu karena kamu merasa dia memiliki kesamaan dengan Jessie. Tapi, karena kesamaan itu, kamu sudah menghancurkan dirimu sendiri.”Kedua mata Yura memerah. Dia merasa hubungan sepuluh tahunnya sudah tidak berharga lagi. Waktu itu, Yura menyukai Hiro karena dia merasa Hiro adalah tipe pria setia. Buktinya, Hiro bisa diam-diam berkorban dengan Jessie yang dia sukai.Setelah mengetahui kabar Jessie sudah menikah, Hiro sempat merasa sedih selama beberapa saat. Namun, Yura tetap saja menemani Hiro tanpa merasa menyesal sama sekali. Dia ingin mencoba untuk mengobati luka hatinya. Meskipun sebenarnya Hiro tidak tahu dirinya menyukai Yura. Tapi?Apa yang didapatkan Yura? Dia melihat Hiro terus gonta-ganti kekasih. Alasan Hiro meminta putus juga hanya satu, yaitu tidak cocok.Kemudian, Hiro bersama dengan Jeska. Boleh dikatakan bahwa waktu kebersamaan mereka lebih lama dibanding dengan mantan
Ariel tertegun sejenak. “Kenapa kamu tiba-tiba tanya aku?”“Kalau kamu mau pulang, aku akan temani kamu untuk pulang.” Jodhiva menyandarkan dagunya di atas kepala Ariel.Ariel memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jodhiva. “Bukannya kamu seharusnya bawa aku ke Negara Shawana?”Jodhiva terdiam beberapa saat. “Kamu mau ke sana?”“Kamu bilang sendiri mau perkenalkan aku ke teman-temanku. Seharusnya nggak keterlaluan kalau aku pergi menemui teman-temanmu?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Apa kamu yakin cuma mau melihat temanku?”Ariel meletakkan kopi di depan meja, lalu melingkari leher Jodhiva. “Kamu kenal semua orang di Pulau Persia, tapi aku nggak kenal siapa pun dari anggota Hunter. Bukannya sudah sewajarnya aku sebagai istrimu mengenal mereka?”Jodhiva tertawa. Dia menyentil hidung Ariel. “Oke, yang penting kamu gembira.”Jodhiva menggendong Ariel, lalu membawanya ke atas ranjang.Waktu baru menunjukkan pukul sebelas siang. Jalanan sangat sepi. Toko-toko juga sudah tidak beroperasi. Han
Apa wanita ini tidak enak badan kalau tidak minum alkohol?Yura tertegun sejenak, lalu berkata dengan perlahan, “Masalah waktu itu hanya kecelakaan saja. Kali ini, aku nggak bakal mabuk lagi.”Usai berbicara, tatapan Yura tertuju pada Bastian. “Sendirian?”“Aku bukan sendirian, tapi berdua. Oh, ya, kamu duduk di atas tubuh temanku.” Bastian berkata dengan asal-asalan.Yura melihat tempat yang diduduknya. “Aku duduk di tubuh temanmu?”Bastian menuang segelas anggur untuknya, lalu tersenyum. Dia kepikiran untuk mengejutkan Yura. “Iya, apa kamu ingin tahu? Tapi lebih baik kamu tidak usah tahu, deh, nanti kamu tidak bisa tidur.”Yura menyesap alkoholnya. “Aku akan semakin penasaran.”Bastian menyadari dirinya tidak berhasil masuk ke dalam jebakan. Dia pun berdecak. “Nyalimu besar juga, ya. Asal kamu tahu, temanku ini baru saja lompat dari atas gedung. Kepalanya hancur dan isinya berserakan di lantai. Temanku sangat kesal karena kamu duduk di atas tubuhnya. Jadi, kamu mesti hati-hati. Bisa