"Kalau kalian tidak mau membayar kompensasinya, aku tidak akan melepaskan kalian!" ancam pria itu. Mobil yang lewat juga makin banyak sehingga jalanan menjadi macet. Suara klakson terus terdengar dan banyak pejalan kaki yang mengerumuni mereka.Widya yang panik berujar, "Mana boleh begitu? Kami bersedia membayar kompensasinya, tapi kami nggak sanggup membayar 200 juta. Apa kamu nggak bisa menoleransi kesalahan kami?"Pria itu meludah, lalu menimpali, "Menoleransi apanya? Pokoknya kalian harus membayar kompensasinya! Jangan pikir aku tidak berani main tangan karena kalian itu wanita!"Naomi memandang pria itu dengan tenang seraya menjelaskan, "Harga mobilmu ini sekitar 2,38 miliar dan model ini termasuk yang paling murah. Biaya asuransinya setiap tahun seharga 56 juta, ditambah dengan biaya bensin, parkir, dan tol, total biaya mobilmu sekitar 200 juta setahun. Tapi, kamu malah meminta kompensasi sebesar 200 juta. Coba kamu tanya apa pihak asuransi bersedia membayar sebanyak itu, nggak?"
Naomi memandang ke arah Hardy, ternyata dia adalah orang kejaksaan? Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa pria yang telah membantunya sebelumnya, lagi-lagi membantunya sekarang.Saat itu, Hardy menatap Naomi sambil memicingkan mata. Barusan, dia tidak sempat memperhatikan dengan saksama. Dia hanya melihat bahwa kedua wanita ini sepertinya sedang dalam masalah, jadi datang untuk membantu saja.Namun, kini Hardy merasa bahwa Naomi cukup familier. Tiba-tiba, Naomi yang teringat dengan sesuatu pun mengeluarkan selembar uang 50 ribu dari dompetnya, lalu berjalan mendekat sambil berkata, "Pak, ini uang kopi terakhir, kukembalikan padamu." Hardy tampak terkejut. Kemudian, dia tiba-tiba mengingat sesuatu sehingga berkata, "Kamu si wanita pada hari itu ...."Naomi pun mengangguk sambil tersenyum. Hardy sontak tertawa, lalu menggeleng sembari mengusap pelipisnya. Dia mendorong uang itu, lalu menolak, "Sudah kubilang, tidak perlu dikembalikan. Anggap saja aku mentraktirmu.""Mana bisa begitu? Ak
Naomi mendongak dan menatap pot bunga di jendela. Tanpa disadari, dia kembali teringat dengan orang itu. Dia tahu tentang Keluarga Chaniago dan juga Cahya, tetapi dia baru pertama kali mendengar tentang Tuan Muda Kedua Keluarga Chaniago.Musim dingin di Kota Jimbar sangat dingin dengan salju yang melimpah. Claire yang mengenakan mantel bulu putih baru saja turun dari mobil. Wajah kecilnya terlihat memerah karena kedinginan. Saat ini, Javier melilitkan syal di lehernya, lalu tak kuasa tertawa sambil meledek, "Padahal, katanya wanita lebih tahan terhadap dingin daripada pria, tapi lihatlah dirimu."Claire berkata dengan kesal, "Itu juga tergantung pada orangnya!"Javier menyentuh pipi wanita itu yang dingin dengan telapak tangannya yang hangat, lalu berkata, "Musim dingin di Negara Mardani lebih dingin, 'kan?"Claire pun mengiakannya. Dia menunduk sambil berucap, "Jadi, aku nggak akan keluar rumah."Mendengar ini, Javier membelai rambutnya sembari berkata, "Kita akan mencari hotel pemand
Di Perusahaan Soulna yang ada di ibu kota.Setelah kejadian kemarin, Widya makin suka dengan Naomi dan mendekatinya. Mereka bahkan duduk bersama saat makan siang. Widya memang selalu ramah dan suka berbicara, sedangkan Naomi termasuk tipe yang lambat untuk akrab dengan seseorang. Bagi orang lain, Naomi mungkin terlihat seperti tidak peduli dan hanya merespons Widya secara singkat.Setelah makan siang, Naomi pergi lebih dahulu. Dua staf wanita lain mendatangi Widya, lalu berkata, "Widya, kenapa kamu begitu peduli dengan Naomi? Padahal, dia nggak begitu ingin meresponsmu."Namun, Widya malah mendongak dan memandang mereka sambil berkata, "Dia nggak mengabaikanku. Kalian mungkin sudah salah paham." Setelah itu, Widya menambahkan, "Sebenarnya, dia orang yang cukup baik, nggak seperti yang kita bayangkan."Staf wanita itu melihat sekeliling, lalu berkata, "Tapi, apa kamu benar-benar mengenalnya? Dengar-dengar, pagi tadi Naomi datang ke kantor dengan mobil mewah. Orang yang mengantarnya adal
Mobil mereka diparkir di luar gerbang. Saat ini, Claire dan Javier turun dari mobil. Wanita itu berdiri di luar gerbang untuk waktu yang lama, tetapi tak kunjung masuk. Javier melihatnya sambil berkata, "Tidak mau masuk?""Karena aku tiba-tiba pulang, Nenek pasti bakal kaget, 'kan?" tanya Claire. Dia menggenggam kedua saku celananya, seolah-olah bisa membayangkan ekspresi Gabriana.Javier pun mendorong gerbang, lalu Claire ikut berjalan masuk. Di halaman yang luas ini, masih ada tumpukan salju yang telah disapu. Ranting-ranting pohon yang gundul terlapisi embun beku, bahkan jendela pun membeku.Pintu rumah terlihat setengah terbuka. Dalam sekejap, seorang wanita paruh baya keluar dari dalam. Dia masih membawa seember air dan tampak sangat kaget ketika melihat Javier dan Claire. Dia segera bertanya, "Kalian mencari siapa?" Namun, Claire tidak menjawabnya. Dia hanya bertanya, "Nenek dan Paman Riandy ada di rumah, nggak?"Begitu mendengar cara Claire memanggil, wanita paruh baya itu lagi
Claire tidak berencana untuk tinggal dan makan siang di sini. Dia hanya memberi tahu tentang Hendri yang pergi ke luar negeri kepada Riandy, lalu segera pergi.Dalam perjalanan pulang, perut Claire mulai keroncongan. Javier sengaja meledek, "Bukannya tadi kamu bilang tidak lapar?"Claire pun mengerucutkan bibirnya sambil menjawab, "Aku baru merasa lapar sekarang."Javier memeluknya dengan erat. Dia meletakkan dagunya di kepala Claire, lalu bertanya, "Kamu mau makan apa?"Setelah berpikir sejenak, Claire menjawab, "Aku mau makan semur daging lokal, ngidam banget."Javier pun berkata sambil tersenyum, "Oke."....Di kantor Perusahaan Soulna.Setelah beberapa staf wanita selesai membuang air kecil, mereka berdiri di depan wastafel untuk mencuci tangan sambil merapikan riasan. Mereka juga sekalian bergosip."Naomi ternyata mampu membeli casing ponsel yang begitu mewah. Dia sudah pasti menjadi simpanan pria kaya, 'kan?""Siapa yang tahu? Pantas saja dia begitu angkuh, ternyata dia nggak lev
Widya berkata, "Sebenarnya mereka hanya nggak mengenalmu dengan baik, makanya berpikir kamu orang seperti itu. Tapi, aku ingin bertanya padamu ...."Widya menoleh menatap Naomi sembari bertanya, "Apa casing ponselmu benar-benar semahal itu?"Naomi tertegun sejenak, lalu balik bertanya, "Casing ponselku, ya?" Dia sama sekali tidak mengerti mengapa Widya bertanya tentang casing ponselnya. Dia pun menjawab, "Casing ponselku sudah ada saat ayahku membelikan ponsel untukku. Aku juga nggak tanya berapa harganya.""Ayahmu?" tanya Widya dengan kaget.Naomi tertawa, lalu menyahut, "Ya, ayahku."Widya menarik napas. Dia sepertinya sudah mengerti. "Jadi, orang yang mengantarmu tadi pagi itu …."Naomi menunduk sambil memikirkan gosip yang dibicarakan para karyawan, lalu membalas, "Ya, dia ayahku."Ternyata pria itu ayahnya Naomi! Menyadari hal ini, Widya akhirnya merasa tenang. Dia tersenyum seraya bertutur, "Ternyata kamu orang yang rendah diri. Aku sudah bilang sejak awal, kamu pasti nggak sepe
Ketika mendapat notifikasi permintaan pertemanan diterima oleh Hardy, Widya menoleh menatap Naomi, lalu tersenyum sembari menggoda, "Apa kamu juga mau ID Line-nya?"Naomi terbatuk-batuk, lalu menimpali, "Nggak ... nggak perlu.""Jangan malu-malu. Bagaimana kamu bisa mendapatkan pacar kalau nggak berinisiatif? Bukannya kamu jomlo? Biar aku memberimu kesempatan," ujar Widya terkekeh-kekeh.Naomi langsung mengalihkan pandangannya dan bertanya, "Kesempatan apa?""Menggodanya!" Setelah melontarkan ucapannya, Widya tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Dia menatap Naomi dengan curiga sembari bertanya, "Jangan-jangan kamu belum pernah berpacaran?"Naomi seketika merasa malu saat mendengar pertanyaan Widya. Dia terdiam untuk waktu yang lama. Menyadari ini, Widya pun menepuk-nepuk pundak Naomi seraya menghibur, "Belum pernah berpacaran bukan hal yang memalukan. Aku nggak akan menertawaimu. Tentang saja."Ketika berbicara, Widya membuka aplikasi Line, lalu bertanya, "Apa ID Line-mu, biar aku tambah per
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun
“Aku mengerti perasaan kamu ingin membantunya.” Diago mengenakan kacamatanya, lalu membereskan dokumen di atas meja. “Hanya saja, kalau kamu terlibat dalam masalah ini, nantinya malah akan mendatangkan kerepotan untukmu.”Dacia mengangguk. “Aku mengerti. Seorang tahanan diracuni di dalam tahanan. Pasti ada orang kuat di belakangnya. Tapi kekuatan orang itu akan mendatangkan ancaman bagi keluarga kerajaan.”Pengawasan di penjara sangat ketat. Jika ingin berbuat hingga tahap seperti ini, meski ada mata-mata di dalam, orang biasa juga tidak sanggup untuk melakukannya.Lagi pula, jika masalah pembunuhan di dalam penjara diselidiki, pasti akan mendatangkan kerepotan yang sangat besar. Hanya saja, berhubung orang itu berani melakukannya, dia pasti punya cara untuk menyingkirkan kerepotan.Sepasang tangan Diago saling bertautan. Dia pun bertanya, “Apa kamu sudah memutuskannya?”Dacia membalas dengan serius, “Sudah. Meskipun aku nggak bisa menduga siapa orang di belakang masalah ini, setidakn
“Aku juga berharap seperti itu.” Jules meletakkan cangkir teh, lalu berdiri. Dia mengancingi lengan pakaiannya dengan perlahan, lalu meninggalkan tempat.Reyhan menatap bayangan punggung Jules yang semakin menjauh dengan mengepal erat tangannya.Pengurus rumah menghela napas lega, hanya saja dia masih saja merasa trauma. “Tuan, apa yang harus kita lakukan kali ini ….”Reyhan berhenti di samping tubuh pengurus rumah, lalu memperingatinya, “Ini masalahmu. Pikirkan cara untuk selesaikan masalah ini. Kalau kamu tidak berhasil menyelesaikannya, aku akan habisi kamu.”Raut wajah pengurus rumah kelihatan panik. Dia tidak berani bersuara.Derrick yang sedang berdiri di depan pintu melihat Jules berjalan keluar Kediaman Keluarga Taylor. Dia membukakan pintu mobil belakang mempersilakan Jules ke dalam. Setelah mereka berdua memasuki mobil, Derrick langsung mengendarai mobil meninggalkan tempat.Di tengah jalan, Derrick melihat ke kaca spion luar jendela. “Tuan Muda, kunjunganmu kali ini pasti ak
Di Kediaman Keluarga Taylor.Sissae membuang makanan yang diantar pelayan. “Keluar! Keluar kalian semua!”Reyhan dan Risella sedang berdiri di depan pintu kamar. Ketika melihat makanan berantakan di atas lantai, Reyhan mengerutkan keningnya. Dia menyuruh pelayan untuk meninggalkan ruangan.Risella berjalan ke dalam kamar, lalu duduk di samping ranjang. Dia menatap wajah putrinya yang masih membengkak itu. “Sissae, kamu tenangkan dirimu dulu.”“Bagaimana aku bisa tenang? Wanita murahan itu suruh anggotanya untuk pukul aku. Dia bahkan berani suruh pengawal murahannya untuk turun tangan sama aku!”Sissae tidak pernah merasa dihina seperti ini. Wajar jika dia merasa sangat murka.Reyhan berjalan ke dalam kamar. Raut wajahnya kelihatan muram. “Aku rasa kamu masih belum belajar dari pengalaman sebelumnya. Sissae, kalau kamu berani bersikap semena-mena lagi, aku akan usir kamu dari rumah!”Mata Sissae langsung memerah. Padahal dia telah dipukul, Reyhan bukannya menghiburnya, melainkan malah m
Tatapan Jules menjadi serius. “Sepertinya pelajaran yang kuberikan terlalu ringan. Dia masih saja berani berulah.”Seandainya bukan karena Jules mengutus pengawal untuk mengikuti Jessie, sepertinya Sissae pasti akan turun tangan terhadap Jessie.“Nona Sissae bisa bersikap arogan juga karena mengandalkan ayahnya. Semua itu juga karena Keluarga Taylor.” Filbert paham bagaimanapun ada banyak anak yang bersikap semena-mena karena mengandalkan kekuatan keluarganya.Jules memutar pena di tangannya. Pada saat ini, Jules menerima pesan singkat dari Derrick.Di sisi lain, Derrick melakukan pengejaran ke sisi dua pengawal berpakaian hitam. Hanya saja, mereka menghilang di dalam kerumunan.Derrick berdecak sembari menggertakkan giginya. Dia segera kembali ke lokasi untuk memeriksa Brayden yang tertembak. Peluru menembus di bagian dadanya. Dia melebarkan matanya yang kosong itu. Brayden juga sudah kehabisan napasnya.Derrick segera lapor polisi.Derrick mengikuti polisi untuk memberi pernyataan di
Pengawal berjalan mendekati Jessie.Miya pun menjerit, “Tolong!”Pengawal dari Vila Laguna kedengaran suara Miya. Mereka menyadari sepertinya telah terjadi sesuatu, mereka pun berlari dengan buru-buru. Pengawal yang dibawa mereka lebih banyak daripada pengawal Sissae.Miya menunjuk ke sisi Sissae. “Wanita itu mau menggebuki Bos. Apa yang harus kita lakukan?”Sissae tidak menyangka mereka akan membawa pengawal sebanyak ini. Dia menggertakkan giginya. Masih terdengar rasa arogan di dalam ucapannya. “Memangnya kenapa kalau aku suruh anggotaku untuk memukul kalian? Memangnya anggotamu berani untuk menyentuhku? Aku itu putri dari Keluarga Taylor. Kalau kalian menyinggungku, aku akan membuat kalian tidak betah untuk tinggal di Negara Hyugana lagi.”Jessie tertawa sembari melihat ke sisi pengawal. “Turun tangan.”Sepertinya pengawal tidak merasa Sissae sulit untuk dihadapi. Mereka benar-benar ingin turun tangan terhadap anggotanya. Pengawal yang direkrut Jules cukup profesional. Dengan gampan
Hanya saja, Jessie yakin Jules bisa menyelesaikannya dengan baik.Setelah berjalan ke dalam ruang pemeriksaan kandungan, Jessie menoleh untuk berkata kepada Miya, “Kamu tunggu di luar saja.”Miya mengangguk, lalu melihatnya memasuki ruangan.Miya sedang berjalan mondar-mandir di koridor. Sekitar 15 menit kemudian, dia melihat Jessie berjalan keluar ruangan. Miya segera mendekatinya. “Bagaimana?”Jessie menyerahkan hasil USG kepadanya. Miya melihatnya dan merasa kaget. “Astaga! Anak kembar?”Jessie mengisyaratkan Miya untuk diam. “Kamu bantu aku rahasiakan masalah ini dulu, ya. Jangan sampai semua orang tahu masalah anakku masih ada di dalam kandunganku.”Sebelumnya, Jules mengabarkan ke publik bahwa Wika dan Sissae mencelakai Jessie hingga keguguran. Tentu saja Jules melakukannya karena pemikirannya sendiri. Semua dilakukan juga demi anak di dalam kandungan. Jadi, tentu saja Jessie mesti bekerja sama untuk bersandiwara.Miya menutup mulutnya sembari mengangguk. “Aku mengerti.”Baru sa
Awalnya, Reyhan berpikir bahwa dengan kematian Wrenka, semua hal yang pernah dilakukan atas perintah putrinya akan lenyap tanpa bukti. Sementara, saat Jules memblokir berita tersebut, orang-orang yang mereka atur sudah lebih dulu meninggalkan penjara. Namun, jika masalah ini dipublikasikan dan menarik perhatian internal penjara, mereka pasti akan melakukan penyelidikan, situasi akan jauh lebih merepotkan. Pengurus rumah terbengong. Keringat dingin mulai membasahi punggungnya. “Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Reyhan duduk dengan raut muram. “Terpaksa dilenyapkan.”Kaki pengurus rumah terasa lemas. Dia sungguh bingung harus berbuat apa. “Tuan, tapi dia itu ….”Reyhan tidak memberi pengurus rumah kesempatan untuk berbicara. “Kalau dia mati, kamu pun mesti mati. Apa kamu mengerti?”Saat ini, pengurus rumah merasa lehernya bagai dicekik saja. Dia tidak bersuara sama sekali.Langit di luar sana sudah semakin menggelap. Lampu di dalam ruang baca Vila Laguna masih menyala. Derric
Wartawan mulai membubarkan diri. Filbert mengikuti langkah Jules berjalan ke dalam aula. “Kak Jules, sebenarnya apa yang terjadi? Apa Wika sudah mati?”Filbert tidak mengetahui masalah ini.Jules berhenti di depan lift, lalu mengiakan. “Dia sudah mati.”Akhirnya Filbert paham. “Jadi, ada orang yang sengaja menyuruh wartawan itu kemari untuk mencelakaimu? Siapa yang tidak punya otak. Bukannya dia sudah memicu rasa curiga?”Jules telah memblokir informasi ini. Lagi pula, hanya orang-orang di penjara dan pusat laboratorium forensik yang mengetahui masalah ini. Begitu informasi terbongkar, itu berarti ada “masalah” dengan internal dua pihak itu?Jules menatap Filbert sembari menepuk-nepuk pundaknya. “Kamu memang pintar.”“Sudah lama aku bersamamu. Apa mungkin aku tidak pintar?” Filbert tersenyum cengengesan.Jules mengangguk. “Tidak ada yang memicu rasa curiga. Semua ini skenarioku.”Kali ini, Filbert tidak tersenyum lagi. Dia mengikuti langkah Jules untuk memasuki lift. “Kamu tidak bercan