"Biarpun mereka menyukaiku, aku tidak menyukai mereka. Yang aku sukai itu kalian," ujar Jacky sambil memeluk salah satu wanita di situ.Saat Jacky hendak menciumnya, wanita itu menahan bibir Jacky dengan jarinya seraya berkata, "Jangan buru-buru gitu, Pak Jacky. Kita punya banyak waktu malam nanti."Jacky bertanya dengan gembira, "Kalian berdua punya waktu luang malam ini?""Pak Jacky serakah banget, kamu menginginkan kami berdua sekaligus?" ujar wanita itu sambil berpura-pura merajuk dan mendorong Jacky.Jacky malah kegirangan dan menarik kedua wanita itu ke dalam pelukannya. Situasi erotis di sana disaksikan secara langsung oleh seseorang yang berdiri di luar. Wanita dalam pelukan Jacky menyadari hal itu, lalu sengaja memeluk leher pria itu dan berkata, "Pak Jacky, kamu nggak takut wanitamu cemburu? ""Wanita mana yang kamu maksud? Aku tidak punya, tuh! Para wanita itu yang berinisiatif mendekatiku. Aku sih cuma ingin bersama kalian berdua," sahut Jacky. Dia sudah tidak sabar untuk m
Emosi yang menggebu-gebu mendorong para wanita itu untuk menghajar Jacky. Pria itu hanya bisa pasrah digebuki. Sementara itu, kedua wanita muda tadi sudah terlebih dahulu menyingkir.Keduanya melangkah ke koridor sebelah, lalu melapor pada Claire, "Bu Claire, kami sudah menyelesaikan misi. Saat ini, Jacky sudah dikerubungi para wanita itu.""Terima kasih atas bantuan kalian. Aku akan segera mentransfer bayaran kalian," ujar Claire."Terima kasih, Bu Claire," ujar kedua wanita itu. Kemudian, mereka segera berlalu dari situ.Claire bersedekap dan mengawasi situasi di kolam renang lewat kaca di koridor. Kedua wanita tadi adalah orang suruhannya. Dengan dipersenjatai tubuh seksi dan wajah rupawan, mereka sengaja mendekati Jacky. Benar saja, Jacky langsung jatuh ke dalam perangkap. Kemungkinan, pria itu memang tidak pernah waspada pada wanita mana pun yang mendekatinya.Nafsu sudah melumpuhkan kewaspadaan Jacky. Dia yang selama ini selalu mempermainkan dan menipu wanita, kini harus berakhir
Namun, kini Jacky yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang dijebloskan dalam penjara. Ini benar-benar ironis.Hendri menatap Jacky dan berujar, "Tidak perlu pusingkan itu, aku tidak akan pernah memberitahumu. Kamu bisa pelan-pelan menebaknya di sini. Suatu hari, kamu akan dibebaskan. Saat itu mungkin kamu akan dapat jawabannya."Jacky terlihat seolah-olah tidak bisa bernapas dan bibirnya tidak bisa melontarkan sepatah kata lain pun. Dari alokasi 10 menit yang diberikan pada pengunjung, Hendri hanya memerlukan waktu beberapa menit sebelum beranjak pergi.Setelah meninggalkan kantor polisi, Hendri menerima telepon dari Lucy. Sesampainya ke apartemen, Lucy ternyata sudah menunggu di lantai bawah. Begitu melihat Hendri muncul, Lucy langsung menghampiri dan menamparnya.Pipi Hendri ditampar begitu keras, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Lucy mencengkeram kerah bajunya dan berujar dengan marah, "Kamu memang nggak rela melihatku senang, 'kan? Kamu sudah puas setelah membuat Jac
Claire menatap Naomi dan bertanya, "Kamu setuju?""Aku akan mengusahakan yang terbaik," sahut Naomi sambil mengangguk.Setelah rapat selesai, Naomi menghampiri Claire dan memanggil, "Bu Claire."Claire menoleh dan tersenyum tipis padanya, lalu berkata, "Kurasa ini nggak akan jadi tantangan sulit buatmu, 'kan?"Naomi menunduk dan menyahut, "Terima kasih atas kesempatan yang Bu Claire berikan padaku, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin. Hanya saja ... aku belum pernah merancang perhiasan dengan unsur Dinasti Tundra.""Aku akan membimbingmu. Jangan khawatir, aku juga akan menyuruh yang lain untuk menyediakan informasi soal unsur Dinasti Tundra bagimu. Aku percaya kamu bisa," ujar Claire sambil menepuk bahu Naomi.Naomi mengangguk dan berjanji dengan serius, "Aku nggak akan mengecewakanmu."Claire kembali ke ruangan departemen administrasi dan mendapati Hendri sudah menunggunya di sofa. Dia duduk di balik meja dan bertanya sambil tersenyum, "Kamu nggak berencana balik ke sana?" Maks
Claire berkata dengan dingin, "Kamu cuma nggak beruntung dilahirkan di keluarga yang lebih menghargai anak laki-laki. Kamu merasa semua kesialanmu disebabkan keberadaan adik laki-lakimu dan karena nenekmu yang pilih kasih.""Tapi, apa kamu pernah berusaha mengubah keadaanmu? Kamu menurut saja saat nenekmu menikahkanmu dengan pria kaya. Kamu setuju demi lepas dari kendali nenekmu, tapi nyatanya kamu juga berharap mendapatkan pengakuan dengan memanfaatkan pernikahan itu.""Satu-satunya usahamu untuk mengubah keadaan hanyalah setuju untuk menikah dengan pria kaya. Kamu lemah dan nggak bisa apa-apa. Kamu nggak berani melawan dan cuma bisa berkompromi. Atas dasar apa kamu mau menyalahkan orang lain?" tambah Claire.Lucy tertegun, lalu berujar dengan ekspresi pucat, "Bicara apa kamu ...."Claire menyela sambil menatap Lucy tanpa ekspresi, "Aku bicara omong kosong atau nggak, kamu tahu jelas di hatimu. Selain luar biasa tolol, orang yang menolak menghadapi kenyataan hanyalah yang belum cukup
Naomi hanya tersenyum tanpa menimpali pembicaraan para karyawan wanita itu. Lantaran koma selama belasan tahun, interaksi sosialnya sudah lama terputus. Sampai saat ini, dia bahkan belum terbiasa bergaul dengan orang lain.Sewaktu para karyawan itu mengobrol dengan heboh, Naomi mencari alasan untuk pamit ke kantornya. Melihat kepergian Naomi, salah seorang karyawan itu berujar dengan heran, "Kok rasanya Naomi nggak suka bergaul dengan orang lain, ya?""Iya, aku juga merasa begitu. Sejak masuk ke sini, dia cuma membicarakan urusan pekerjaan dengan orang lain. Waktu makan siang dan pulang kerja, sepertinya dia lebih sering sendirian.""Apa jangan-jangan dia punya gangguan kecemasan sosial?"....Malam itu, Naomi pulang ke Kediaman Mahendra dengan membawa dokumen kantor. Dia melihat ayahnya sedang mengobrol dengan seseorang di telepon.Melihat putrinya pulang, Aditya menggumamkan sesuatu, lalu segera mengakhiri panggilan. Kemudian, dia menoleh pada Naomi dan berkata, "Kamu sudah pulang ke
Keesokan harinya, di Perusahaan Soulna.Claire berjalan ke depan pintu ruangan Naomi, lalu mengetuk pintu. Begitu membuka pintu, Claire melihat Naomi memijat keningnya. Di depannya terdapat setumpuk dokumen. Kelihatannya, Naomi sedang pusing.Naomi berdiri dan memanggil, "Bu Claire?"Claire tersenyum sembari berucap, "Sepertinya kamu lagi stres. Kamu nggak menemukan inspirasi, ya?"Naomi menunduk dan menjelaskan, "Iya. Rasanya semua sketsa yang aku gambar ... nggak bagus."Claire melirik gumpalan-gumpalan kertas di tong sampah, lalu melihat jam tangan dan bertanya, "Kamu mau ikut aku jalan-jalan, nggak?"Naomi tertegun. Kemudian, Claire membawa Naomi ke Jalan Goma yang terletak di belakang Kota Kuno Liguman. Jalan itu dipenuhi dengan bangunan-bangunan klasik. Saat melewati jalan itu, rasanya seperti kembali ke zaman kuno.Claire dan Naomi berhenti di depan toko perhiasan yang bernama Paviliun Jaira. Dekorasi di toko ini juga sangat klasik, tetapi yang dipajang di dalam toko bukan perhi
Semua perhiasan ini adalah karya seni. Setiap perhiasan yang diukir bos toko ini terinspirasi dari cerita klasik pegunungan dan samudra.Tatapan Claire tertuju pada gelang perak yang ada di rak. Ukiran burung di gelang ini sangat hidup. Claire pernah melihat desain ukiran bunga di gelang itu. Namun, Claire juga tidak bisa menggambar ukiran yang hidup seperti ini.Pria itu berkata, "Gelang ini diukir oleh guruku dan masih ada banyak karya seni lainnya." Kemudian, dia menunjuk pajangan emas yang dihiasi dengan ukiran bunga. Di bagian atasnya juga ada hiasan batu akik berwarna hijau, biru, dan merah. Di bawah cahaya lampu, pajangan itu terlihat sangat indah."Apa ini cincin?" tanya Naomi. Dia mengamati sebuah cincin di dalam rak. Ini adalah pertama kalinya Naomi melihat desain seperti ini.Terdapat ukiran emas di cincin itu dan 8 buah hiasan berlian kecil. Sementara itu, batu utama di cincin berwarna biru. Pria itu mengangguk, lalu menyahut sembari tersenyum, "Iya. Cincin ini juga hasil k
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me