Louis menatap Candice. “Kamu salah dengar. Tadi aku tidak bicara seperti itu.”Jacob dan Mardi terdiam di tempat.Kening Candice tampak berkerut. “Serius?”Louis mengiakan. Kemudian, dia mengambil sepotong kue tar untuk menyuapi Candice. “Enak?”Candice mengangguk. “Lumayan.” Dia langsung melupakan apa yang hendak dikatakannya tadi, lalu pergi melahap kuenya.Louis menatap ke sisi Jacob dan Mardi yang terbengong itu dengan tersenyum. Jacob dan Mardi langsung mengacungkan jempol. Bagus! Pintar sekali!Di sisi lain, berhubung Cherry sedang mengandung, dia pun tidak bisa mengonsumsi alkohol. Asisten dan manajer Cahya datang untuk bersulang. Bukan hanya mereka berdua saja, ada juga rekan kerja satu bidang Cahya dan juga para sutradara.Desta menatap Jessie dan Jody dengan tersenyum. “Bukannya kalian berdua itu bintang cilik perusahaan kami?”Tentu saja Jessie masih ingat dengan Desta. Jessie yang mengenakan terusan tuan putri yang sangat indah mengangguk ke sisinya. “Halo, Paman Desta.”Ha
Jacob membantu di samping. Sementara itu, Mardi meracik minuman untuk para tamu.Saat ini, Claire sedang duduk di bangku panjang sembari memandang pemandangan malam di kejauhan. Tampak ada segelas anggur merah yang masih belum dihabiskan di tangannya.Setelah Javier selesai menjamu para tamu, dia pergi mencari Claire. Dia berjalan ke sisi Claire, lalu duduk di samping Claire.Claire bersandar di pundak Javier dengan tersenyum. “Seandainya Yvonne dan Ayah ada di sini, mereka pasti akan merasa sangat gembira, ‘kan?”Javier memeluk pundaknya, lalu mengecup kepala Claire. “Emm, mereka pasti akan gembira.”“Javier, aku gembira sekali.” Claire menggenggam tangan Javier. Kelima jari tangan saling ditautkan. “Aku nggak menyesal untuk bertemu denganmu.”Javier menatap wajah merona istrinya, lalu berkata, “Claire mabuk?”Claire langsung duduk tegak dengan mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku mabuk? Aku masih belum mabuk.”Javier pun tersenyum, kembali memasukkan Claire ke dalam pelukannya. “O
Javier membalikkan tubuh Claire, lalu meraba bibirnya. Senyumannya semakin lebar lagi. “Aku sudah menjadi milikmu. Kalau kamu ingin memanjakanku seperti semalam, aku sangat bersedia.”Claire menutup wajahnya. “Kamu lagi tertawain aku? Dasar berengsek!”Javier menggendong Claire. Dia spontan melingkari leher Javier. “Kamu ngapain?”“Mandi.”Claire menolak beberapa kali. “Kalau kamu mau mandi, kamu mandi sana. Ngapain bawa-bawa aku?”Javier sungguh tidak berdaya. “Semalam kamu muntah di pakaian aku. Aku sudah bantu kamu lap tubuh kamu semalam.”Claire terbengong, lalu menatap Javier dengan bingung. “Bukannya kamu bilang ….”Javier menurunkan Claire di kamar mandi, lalu mengisi air ke dalam bathtub. “Semalam kamu berusaha menggoda aku, kemudian muntah di tubuhku. Kamu sudah menyiksaku semalaman.”Claire merasa canggung. Ternyata semua tidak seperti yang dipikirkannya. Claire ingin meniduri Javier, tapi semuanya tidak berhasil.Javier menarik Claire ke dalam pelukannya. “Gimana cara kamu m
Claire melebarkan mulutnya. “Film ini ….” Tetiba terdengar suara yang tidak bisa dideskripsikan. Wajahnya seketika merona!Astaga! Sebenarnya film apa yang dicari Claire!“Aku … aku … aku ganti dulu.” Claire meletakkan piring buah, lalu hendak berdiri. Namun, Javier langsung menarik Claire masuk ke dalam pelukannya.Javier menatap wajah yang memerah itu, lalu bertanya, “Kenapa kamu mengajakku nonton film seperti ini? Apa kamu lagi mengisyaratkan sesuatu?”Claire menggeleng. “Bukan, aku ….”Bibir Javier mendekati pipinya. “Benarkah?” Telapak tangan Javier menempel di bagian pinggangnya. “Apa kamu tidak ingin melakukan yang lain?”Belum sempat Claire menjawab, bibirnya sudah disumpal oleh Javier. Bibir Javier lalu beralih ke bagian leher Claire. Dia tersenyum. “Aku ingin Claire yang semalam.”Claire langsung mengambil inisiatif untuk menciumnya. Bibir Claire mencium bibir Javier, lalu perlahan-lahan berpindah tempat ke bagian pinggang. Tetiba Javier menahan pundak Claire. Keringat sudah
Javier menekan Claire ke dalam pelukannya, lalu mengecup bibirnya. “Pekerjaan tidak sepenting kamu.”Claire memeluk Javier dengan erat. Dia membenamkan kepalanya di dalam pelukan Javier. Saat tersenyum, air mata pun menetes dari ujung matanya. “Kamu selalu bersikap baik sama aku. Aku pasti akan terbiasa.”Javier tersenyum. “Kamu mesti terbiasa.” Jari tangan Javier mengusap air mata Claire. “Seumur hidupmu, kamu hanya boleh terbiasa dengan kebaikan dan cinta yang kuberikan.”Entah sejak kapan film telah berakhir, mereka juga tidak mengetahuinya. Claire merasakan kehangatan yang diberikan Javier. Setelah berkali-kali, mereka pun saling berpelukan dan memejamkan mata.Tetiba Claire teringat dengan bunga mawar biru di dalam halaman. Bunga-bunga itu sangatlah indah, seindah kisah cinta mereka.“Aku sungguh beruntung bisa bertemu kamu pada malam 10 tahun lalu. Seandainya waktu bisa diulang kembali, aku juga nggak akan menyesal.”Javier menunduk menatap orang di dalam pelukannya. Dia pun ters
Claire menunduk. “Bagaimana dengan tuan muda kecil itu ….”Gina menghela napas. “Jasadnya tidak ditemukan. Hengky memang masih muda, masih sanggup untuk mengambil alih kekuasaan. Sekarang … dia masih larut dalam kesedihan kehilangan anak semata wayangnya.”Claire menggigit bibirnya dengan kuat.Sejujurnya, hingga saat ini, Claire sendiri juga tidak menerima kabar kepergian anak itu. Jules masih sangat kecil, tapi dia malah mesti menanggung dendam pribadi para seniornya. Bahkan, Jolin juga gugur saat menjalankan misinya.Tak lama kemudian, Claire mengantar kepergian Gina. Pada saat ini, Widya berjalan ke sisi Claire. “Bu Claire, Grup Zahra antar keranjang bunga buat kamu.”“Grup Zahra?” Claire tertegun sejenak. Seingat Claire, sepertinya Grup Zahra adalah milik keluarga Noni Zahra.Hingga detik ini, Soulna tidak pernah memiliki hubungan bisnis dengan Grup Zahra. Alasannya karena kasus Noni waktu itu.Claire melihat keranjang bunga yang diangkat ke dalam ruangan. Di atasnya memang terter
Javier memeluk Claire dari belakang. Detak jantungnya berdetak kencang. “Tiga tahun lalu, kamu di seberang, sedangkan aku di sini.”Setelah berbicara, Javier membenamkan kepala ke dalam leher Claire. “Tiga tahun lalu, kamu datang untuk melelang perhiasan. Tapi malam ini, aku ingin beri kamu perhiasan yang paling bagus.”Acara lelang akhirnya dimulai. Di atas panggung sedang dipajang barang lelang pertama, yaitu berlian merah muda dari Negara Anggara. Para hadirin mulai membuka harga.Claire melihat Javier yang tidak bergerak sama sekali. Sepertinya tujuan kedatangan Javier bukan demi berlian ini. Dia juga mulai penasaran perhiasan apa yang hendak Javier hadiahkan kepadanya.Setelah beberapa produk dilelang, Javier masih saja tidak membuka harga. Claire yang penasaran itu segera mendekatinya. “Aku mulai penasaran.”Javier mendekati telinganya. “Penasaran, ya?”Claire tersenyum. “Apa mungkin aku nggak penasaran? Aku lihat pelelangan di bawah sana nggak begitu sengit. Sepertinya ada baran
Javier memeluk Claire. “Bagaimana cara kamu berterima kasih?”Claire menjinjit ujung kakinya, lalu mencium bibir Javier. “Ini adalah hadiah yang paling aku sukai dari semua jenis hadiah. Aku akan menyimpannya untuk selamanya.”Javier mengecup kening Claire. “Yang penting Claire gembira.”Keesokan harinya, di akademi musik.Bunga-bunga tampak telah bermekaran menghiasi seisi taman. Orang-orang tampak lalu lalang di koridor. Saat ini, para guru sedang mengobrol. “Dengar-dengar Angie akan kembali mengajar lagi? Seingatku, dia jurusan nari balet, ‘kan?” “Memangnya kenapa kalau dia belajar nari balet? Dia pernah dapat banyak penghargaan atas bakat pianonya. Wajar kalau dia kembali jadi mentor di sini.”“Dengar-dengar dia itu satu angkatan dengan Louis. Dia itu bunga kampus angkatan musik modern. Seandainya mereka jadian di masa kuliah dulu, sepertinya mereka akan menjadi pasangan yang paling serasi. Sayangnya, waktu itu Louis nggak punya pemikiran seperti ini.”Guru wanita di samping berd