Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi saat Ario sudah tiba di rumah Lasmini. Sulastri mengerutkan keningnya melihat kedatangan calon menantunya itu. Bukan hanya Sulastri yang kaget dan bingung dengan kedatangan Ario di pagi hari itu, Lasmini sama bingungnya seperti ibunya. Hanya Bima yang tidak bingung. Justru balita itu tampak sangat senang melihat kedatangan ayahnya.
“Ayahhh!” seru anak itu berjalan tertatih-tatih ke arah Ario yang sudah merentangkan kedua tangannya siap untuk menyambut anaknya.
“Aduh anak Ayah, sudah bangun kamu, hm.” Ario menggendong dan menciumi wajah Bima dengan gemas. Seketika anak itu tertawa karena bulu-bulu halus Ario mengenai wajahnya.
“Geyi...geyi, Yah.” Bima berteriak dengan suara cadelnya khas anak berusia dua tahun. Hal itu justru membuat Ario semakin gemas.
Lasmini dan Sulastri tertawa senang melihat interaksi ayah dan anak itu.
“Mas Ario sudah mandi?” tanya Lasmini.
“Bima, ayo pakai bajunya, sayang. Kalau tidak mau pakai bajunya nanti Ayah tidak mau ajak Bima jalan-jalan lagi nih.” Ario mendekat ke arah anaknya yang langsung terdiam saat mendengar ucapannya tadi.Bima seketika matanya berkaca-kaca lalu dalam sekejap dia menangis kencang dan berlari ke arah Sulastri. Ario terkejut melihat reaksi Bima yang langsung menangis saat dia mengatakan tidak akan mengajak jalan-jalan lagi kalau tidak mau memakai baju.“Wah, Bu, kenapa Bima menangis?” tanya Ario kebingungan.Sulastri terkekeh. Dia maklum, karena Ario sebelumnya tidak tahu kebiasaan Bima. Dia mengulum senyumnya saat melihat Ario kebingungan untuk menghentikan tangisan anaknya. Sulastri mengerti posisi Ario saat ini yang belajar untuk menjadi seorang ayah yang baik untuk anaknya.Sementara itu Lasmini tertawa pelan saat melihat Ario berusaha membujuk anaknya yang terus menangis, bahkan tangisan Bima semakin kencang.“Bun, janga
Drtt...drtt...drtt.Dering telepon milik Rosalia berbunyi. Awalnya wanita itu ingin mengabaikan panggilan telepon yang sudah berdering sebanyak tiga kali. Tapi akhirnya panggilan telepon itu dia angkat juga setelah melihat nama sepupunya di layar.“Halo, Kak Bayu. Tumben telepon pagi-pagi, ada apa?” tanya Rosalia penasaran.[Aku ingin menyampaikan sesuatu sama kamu, Lia. Sesuatu yang pastinya membuat perasaan kamu bercampur aduk, antara sedih, marah dan kecewa. Semua itu akan membaur menjadi satu.] ujar laki-laki yang ternyata adalah Bayu, dan Bayu adalah sepupu dari Rosalia.“Ada apa sih, Kak? jadi penasaran.”[Kalau kamu penasaran hari ini kita makan siang bareng, yuk. Aku akan memberitahu kamu berikut bukti-bukti yang aku punya. Jadi kamu tidak menuduh aku membual dan menyebar fitnah.]“Soal apa itu, Kak. Aku semakin penasaran. Coba sebutkan di telepon saja atau kakak kirim buktinya melalui aplikasi pesan.&rd
Bayu terdiam di dalam ruangannya. Dia memikirkan ucapan Rosalia yang melarang untuk menjatuhkan Ario. Ada benarnya juga ucapan adik sepupunya itu. Bagaimanapun Ario adalah salah satu pewaris perusahaan tempat dia bekerja saat ini. Ario adalah cucu laki-laki satu-satunya Hermawan Susilo, pendiri perusahaan tempat Bayu bekerja. Jadi memang rasanya tidak mungkin untuk menyingkirkan Ario, malah bisa jadi dirinya yang akan tersingkir.Bayu menganggukkan kepalanya. Dia sudah memutuskan akan fokus untuk menjatuhkan wanita yang pernah dia cintai, yang saat ini berubah menjadi wanita yang sangat dia benci.Bayu kemudian mengambil file yang pernah ada tanda tangan Lasmini sebelumnya. File tersebut berisi tentang pengeluaran perusahaan, yang saat itu pernah Lasmini tanda tangani untuk keperluan biaya acara ‘Family Gathering’ beberapa tahun silam. Sebagai sekretaris Bayu, saat itu Lasmini ditunjuk sebagai ketua pelaksana acara ‘Family Gathering’ dan dalam l
Bayu terkejut saat Ario melayangkan tamparan di wajahnya. Dia tidak siap. Sehingga dia tidak bisa menghindar dari tangan Ario. Bayu merasakan pipinya panas. Dia merasakan sakit di pipinya dan juga di hatinya.“Saya melakukan ini untuk kepentingan perusahaan, Pak Ario. Jadi Pak Ario jangan asal pukul saja. Saya bisa menuntut kalau begini caranya.” Bayu menatap tajam ke arah Ario. Dia tidak terima perlakuan Ario terhadapnya.“Silakan! lalu apa maksud kamu melapor kepada polisi terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut? kita bisa memecahkan masalah ini sendiri tanpa melibatkan polisi. Aku merasa dilangkahi kalau begini caranya. Seharusnya kita lakukan investigasi terlebih dahulu. Kalau memang benar ada pelanggaran, kita bisa memberikan sanksi dan setelah itu kita bisa memutuskan apakah akan membawa masalah ini ke ranah hukum atau tidak. Tapi kamu melakukan seolah semua sudah jelas. Sekarang polisi datang kemari sedangkan aku tidak tahu m
“Kenapa aku harus melepaskan Lasmini? kamu takut batal menikah sama dia, hah?” Bayu tersenyum sinis ke arah Ario dan berusaha membawa Lasmini keluar dari ruangan itu.Ario terkejut mendengar ucapan Bayu. Dia tidak tahu Bayu tahu dari mana rencana pernikahannya dengan Lasmini. Tidak ada yang tahu kecuali keluarganya.‘Dia tahu dari mana mengenai rencana pernikahanku dengan Lasmini’ batin Ario.“Terkejut, ya? aku juga tahu kalau kamu punya anak laki-laki dari wanita sialan ini,” ucap Bayu. Dia terus bergerak menuju pintu sambil menyeret tubuh Lasmini. Darah segar menetes semakin deras dari pinggang Lasmini yang terkena pisau lipat. Bayu sengaja melukai pinggang Lasmini, agar polisi dan Ario sulit untuk menangkapnya. Dia terus mengarahkan pisau lipat itu dan terus menekannya di pinggang ramping Lasmini.Wajah Lasmini sudah semakin pucat dan tubuhnya sudah sangat lemas. Dia merasakan sakit di pinggangnya yang terkena pisau
Ario terpaku mendengar ucapan dokter. Tubuhnya seketika lemas tak bertenaga. Dia sama sekali tidak menyangka kalau hal ini akan menimpa wanita yang sangat dia cintai. Dia sangat menyesal tidak langsung menaruh pisau lipat ayahnya ke dalam tas kerjanya. Seandainya dia langsung menaruhnya di dalam tas, tentu hal seperti ini tidak akan terjadi.“Pak Ario! kami membutuhkan jawaban anda sekarang untuk melakukan operasi terhadap Ibu Lasmini!” seru dokter tiba-tiba membuyarkan lamunan Ario.Ario yang tersadar dari lamunannya dengan tergagap segera menjawab pertanyaan dokter itu. “B-baik, lakukan yang terbaik untuk Lasmini, Dok. Tolong selamatkan tunangan saya,” ucap Ario lirih.“Kami sebagai dokter hanyalah perantara. Tuhan yang menentukan, Pak Ario. Bapak sebaiknya berdoa agar operasinya berjalan dengan lancar. Kalau Bapak sudah menyetujui maka kami akan melakukan operasi, sebaiknya Bapak ke bagian administrasi sekarang.” Setelah be
“Saya salah satu keluarga Ibu Lasmini. Saya mendengar kalau Bu Lasmini sedang terluka. Saya ingin menjenguknya, Suster.” Orang tersebut tersenyum ramah saat berhadapan dengan suster jaga. “Tapi tadi Pak Ario berpesan kalau tidak boleh ada satu orangpun yang boleh masuk ke dalam ruang rawat Bu Lasmini,” ucap suster itu ramah. “Tapi bagaimana saya bisa menemui saudara saya kalau masuk saja untuk melihat keadaannya tidak boleh?” orang itu menatap suster jaga dengan tatapan sendu. “Saya hanya menjalankan tugas, Bu. Maaf saya tidak mau mengambil resiko, lagipula ini sudah lewat jam besuk pasien. Kalau mau membesuk Ibu Lasmini, silakan besok datang lagi dan bertemu langsung dengan Pak Ario. Beliau sepertinya akan setiap saat menjaga istrinya,” sahut suster itu sopan. “Istrinya?” tanya wanita itu terkejut. Kedua tangan wanita itu seketika terkepal di sisi tubuhnya. Dia seperti menahan amarah saat ini dan tidak terima saat suster jaga itu menyebut kalau Lasmi
“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ario dengan tatapan tajam yang dia tujukan kepada Rosalia. Dia kemudian menarik tangan Rosalia menjauh dari ruang rawat itu.“Kenapa? seharusnya aku yang bertanya kenapa kamu mengatakan kalau Lasmini itu istri kamu, hah?” Rosalia balik bertanya dan menatap tajam ke arah Ario.Ario tersenyum sinis menatap Rosalia. “Lasmini sudah lama ada di hatiku. Bahkan sebelum aku dipaksa menikah sama kamu. Dia sudah menjadi istri di hatiku. Kamu lebih baik jangan keras kepala, Lia. Sejak awal kita menikah, aku sudah katakan kalau pernikahan kita paling lama satu tahun. Kamu sudah setuju saat itu, bukan? tapi kenapa saat aku mengajukan gugatan cerai kamu berubah? jangan katakan karena kehadiran Lasmini! aku menggugat cerai kamu sebelum aku bertemu lagi dengan Lasmini. Aku tekankan sekali lagi kalau Lasmini bukan orang ketiga dalam rumah tangga kita. Perceraian ini bukan orang ketiga penyebabnya. Tapi karena keinginan