Beranda / Romansa / Kembalinya sang Putri Pewaris / Bab 136 Fakta Mengejutkan

Share

Bab 136 Fakta Mengejutkan

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 12:00:37

Akhirnya perjalanan bulan madu palsu itu berakhir juga. Begitu sampai kembali di rumah, Bianna merasa udara di sekitarnya sedikit berubah. Ada kelegaan, tetapi juga ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Dia masih merasa canggung setelah semua yang terjadi di Paris, sedangkan Damian, pria itu terlihat seperti biasa saja, seolah-olah tidak ada yang perlu dipikirkan.

Di depan pintu, Eduardo sudah berdiri dengan senyum sumringah, wajahnya penuh semangat seperti seseorang yang baru saja melihat anaknya pulang dari petualangan panjang.

"Ah, kalian akhirnya pulang!" seru Eduardo dengan antusias. "Bagaimana bulan madu kalian? Menyenangkan, kan?"

Bianna tersenyum tipis, berusaha mengabaikan rasa canggung di dalam hatinya. "Iya, Opa. Itu perjalanan yang sangat menyenangkan."

Eduardo tertawa kecil. "Tapi kenapa hanya tiga hari? Bulan madu itu setidaknya satu bulan! Bahkan lebih baik kalau kalian pergi setahun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (27)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
Kevin memang licik kira2 Damian berhasil mancing Kevin g ya
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
kok om Sean,dr awal memang si om ini mencurigakan deh
goodnovel comment avatar
wieanton
nah sm penasarannya dami sm kyk aku jg lho, ingin tau ada apa sm om sean jg. ini kyk lg main puzzle ya bab kesininnya ada sesuatu yg menarik dan. baru tau..dikit2 nanti ketauan ada apa sih. klo kecurigaan Damian terbukti, berarti om sean kecewakan akuuu ...... pdhl aku udah naksir berat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 137 Sean Berbicara

    Damian mendengkus kecil menanggapi rencananya sendiri. Akan tetapi, Bianna adalah kelemahan terbesar Kevin, dia tahu itu. Jika dia cukup dekat dengan Bianna, Kevin pasti akan bereaksi. Lelaki itu pasti masih menyimpan perasaan untuk Bianna, dan jika dia melihat Damian terlalu ‘terlibat’ dengannya, dia mungkin akan melakukan kesalahan.Tanpa sadar, Damian mengingat kembali momen ketika dia mencium Bianna di Paris. Wajah terkejut perempuan itu, bagaimana dia berusaha memberontak sebelum akhirnya pasrah menerima ciuman itu.Namun anehnya, Damian tidak merasakan apa pun. Tidak ada getaran di dadanya. Tidak ada desir aneh di tubuhnya. Bahkan saat bibir mereka bertemu, hatinya tetap sedingin es.Seharusnya dia merasa sesuatu, setidaknya ketertarikan kecil, tetapi tidak. Mungkin karena baginya, ini hanya bagian dari rencana. Tidak ada yang spesial, tidak ada emosi di dalamnya.Damian menghela napas panjang dan mengabaikan pikirannya s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 138 Kekecewaan Damian

    Damian tidak menjawab, dia hanya menoleh dengan tatapan penuh kebencian.Sean menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Percuma,” katanya dengan nada datar. “Meskipun kamu menemuinya, kamu tidak bisa meminta pertanggungjawaban apa pun dari Kevin.”Damian mengepalkan tangannya. “Jangan menguji kesabaranku, Om.”Sean mendengkus. “Aku hanya mengatakan fakta. Elara mati karena bunuh diri, bukan karena dibunuh. Secara hukum, Kevin tidak bisa dihukum hanya karena dia bajingan yang meninggalkan wanita yang mengandung anaknya.”Kata-kata itu menghantam Damian seperti tamparan keras. Dia tahu Sean benar. Tidak ada hukum yang bisa menjerat Kevin atas hal ini.Akan tetapi, bukan itu yang membuat emosinya semakin tak terkendali.Yang membuatnya benar-benar frustasi adalah kenyataan bahwa dia baru mengetahui semua ini sekarang. Dia, yang selama ini merasa bisa mengendalikan segalanya, ternyata bahkan ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 139 Kehangatan Bianna

    Aroma alkohol bercampur dengan parfum khas Damian menyelimuti udara di antara mereka.“Kamu tidak tahu apa-apa, kan?” Damian berbisik, tatapannya menyapu wajah Bianna dengan intens.Bianna semakin bingung. “Apa maksudmu?”Damian tidak menjawab. Dia hanya menatap Bianna lama, seolah-olah mencari sesuatu di dalam diri wanita itu. Kemudian dengan tiba-tiba, dia terjatuh ke depan.“Dami!” Bianna refleks menangkap tubuhnya, meskipun hampir kehilangan keseimbangan.Dion yang masih berdiri di ambang pintu langsung maju untuk membantu, tetapi Bianna menggeleng. “Aku bisa mengurusnya. Kamu boleh pulang, Dion.”Dion ragu, tetapi akhirnya mengangguk dan meninggalkan mereka.Bianna menghela napas berat, lalu mencoba memapah Damian ke sofa. Akan tetapi, sebelum dia bisa bergerak lebih jauh, Damian berbisik pelan.“Jangan tinggalkan aku .…”Bianna membeku.Di

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 140 Rencana yang Tiba-tiba

    Damian menatap Bianna yang masih terlelap, tampaknya tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak kencang, campuran antara terkejut dan kebingungan menyerangnya.Tanpa menunggu lebih lama, perlahan dia langsung bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Bianna yang masih tidur nyenyak. Dia harus pergi sebelum perasaannya semakin kacau.Tak berapa lama, Bianna mengerjapkan mata perlahan, membiarkan dirinya sepenuhnya tersadar dari tidur yang lelap. Tubuhnya terasa hangat, dan ada aroma samar yang masih tertinggal di sekitar tempat tidur.Namun, saat dia meraba sisi tempat tidur di sampingnya, tidak ada siapa-siapa. Bianna langsung bangun dan menoleh ke sekitar kamar. Kosong. Damian tidak ada di sana.Keningnya mengernyit. Semalam, dia ingat betul bahwa Damian tertidur dalam pelukannya tubuh pria itu begitu lelah dan penuh dengan kesedihan.Namun sekarang? Ke mana dia pergi?Bianna meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 141 Pesta Lelang

    Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih sebelas jam dari Meksiko itu berakhir juga. Setibanya mereka di London, Damian langsung membawa Bianna ke sebuah butik mewah di pusat kota. Bianna mengerutkan kening ketika mereka memasuki butik itu, tetapi Damian tidak mengatakan apa pun dan hanya menyuruh pegawai butik untuk mencarikan pakaian yang cocok untuknya.“Kenapa aku harus memakai gaun?” Bianna bertanya dengan nada curiga.Damian hanya tersenyum samar. “Kita punya acara malam ini.”Bianna mendesah pelan, tetapi tetap menurut. Dia dibawa ke ruang ganti, sementara pegawai butik membantunya memilihkan gaun. Setelah beberapa saat, akhirnya Bianna keluar dengan mengenakan gaun hitam panjang yang elegan. Rambutnya digulung ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang memesona. Gaun itu memiliki potongan dada yang cukup rendah, sesuatu yang jarang sekali Bianna kenakan. Namun, dia tetap mencoba percaya diri dan berjalan dengan anggun ke arah Da

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 142 Bagaimana Bisa?

    Kevin. Mata Bianna melihat dengan jelas pria itu juga ada di tempat yang sama dengannya. Namun, bukan hanya Kevin, di sampingnya berdiri seorang wanita cantik dengan gaun merah marun yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Viella.Bianna menegang. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat bagaimana Kevin dan Viella tertawa bersama, berbicara dengan akrab seolah-olah mereka sudah lama mengenal satu sama lain. Bianna menggigit bibir bawahnya, menahan perasaan yang tiba-tiba muncul di dadanya.***“Kenapa dia ada di sini?” gumam Bianna tanpa sadar.Damian, yang berdiri di sebelahnya, menyadari perubahan ekspresi Bianna. Dia mengikuti arah pandangan Bianna dan matanya langsung berubah dingin saat melihat Kevin.“Menarik,” ujar Damian pelan, suaranya terdengar penuh makna.Bianna menoleh ke arahnya dengan keraguan. “Apa kamu tahu mereka akan datang?”Damian menatap Kevin dan Viella dengan sorot

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 143 Ciuman Tidak Terduga

    Viella, yang duduk di sisi lain ruangan, tiba-tiba mengangkat tangannya dengan senyum percaya diri. "Dua puluh lima juta."Ruangan sedikit riuh mendengar tawaran itu. Semua orang tahu berlian itu adalah barang eksklusif, tetapi harga yang melonjak drastis membuat beberapa orang mulai ragu untuk melanjutkan.Damian melirik Viella dengan ekspresi datar. Tanpa basa-basi, dia kembali mengangkat tangannya. "Tiga puluh juta."Viella mengerutkan dahi, tetapi tetap tersenyum. "Tiga puluh lima juta."Kevin, yang duduk di sampingnya, tampak tidak senang dengan situasi ini. Dia mencondongkan tubuh ke arah Viella dan berbisik, "Viella, uangmu cukup? Kamu yakin bisa membayar sebanyak itu?"Viella menoleh padanya dengan tatapan tajam. "Kevin, hubungan kita hanya sebatas rekan bisnis. Jadi, kamu tidak berhak melarangku."Kevin mendengkus dan menyandarkan tubuhnya ke kursi, jelas tidak senang dengan respons Viella.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 144 Mencari Jalan Keluar

    Akan tetapi, Viella tak peduli. Dia terus berjalan cepat menuju pintu keluar, sementara Kevin tetap bersikeras mengejarnya.Di atas panggung, Bianna masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Sementara Damian, dengan santainya, merangkul pinggang Bianna erat, seolah-olah menunjukkan bahwa dia benar-benar serius dengan apa yang baru saja dia lakukan.Dan malam itu, permainan semakin memanas.Beberapa saat kemudian, Bianna menghela napas panjang setelah menutup teleponnya. Wajahnya tampak serius, pikirannya masih dipenuhi oleh berita yang baru saja disampaikan Esma. Salah satu pemilik saham yang mereka beli ternyata memberikan surat palsu, menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.Dia menggenggam ponselnya erat, mencoba menenangkan pikirannya. Suasana pesta yang santai dan penuh keakraban malam itu terasa begitu kontras dengan kekhawatiran yang kini memenuhi benaknya. Di sekelilingnya, para tamu menikmati ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 178 Akhir yang Indah

    Enam bulan kemudianAngin sore bertiup lembut, mengusap wajah Rachel yang termenung di bangku taman dekat dengan rumahnya. Pandangannya kosong menatap danau buatan di depannya, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal yang sama selama enam bulan terakhir ini, penyesalan.Hampir setiap hari, dia mengulang kembali momen itu dalam pikirannya. Betapa bodohnya dia yang hanya diam saat Sean bertanya apakah dia harus pergi. Seharusnya saat itu Rachel mengatakan sesuatu. Seharusnya waktu itu Rachel memintanya tetap tinggal.Rachel menggenggam erat jemarinya sendiri, hatinya terasa sesak."Aku seharusnya mengatakannya …," gumamnya, lalu tiba-tiba dia berteriak kesal, "Aku seharusnya bilang jangan pergi!" Suaranya bergetar menahan tangis."Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya malam itu?"Rachel membelalakkan matanya. Mencerna suara yang baru saja dia dengar lalu dengan cepat dia berdiri dan menoleh ke arah suara itu.Di sana, berdiri sosok yang selama ini selalu ada dalam pikirannya.Sean.Rache

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 177 Kembali ke New York

    Perjalanan menuju rumah Rachel dipenuhi dengan keheningan. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sedangkan Sean dan Rachel larut dalam pikiran masing-masing.Rachel menggenggam ujung mantelnya dengan erat, mencoba menahan sesuatu yang terasa mengganjal di dadanya. Sean di sampingnya tampak tenang, tetapi tatapannya lurus ke depan, seakan-akan menyembunyikan banyak hal yang ingin dia katakan.Mobil berhenti di depan rumah Rachel. Wanita itu membuka pintu mobil, tetapi sebelum turun, Sean akhirnya bersuara.“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita.”Rachel membeku. Jari-jarinya yang memegang pegangan pintu menegang. Dia menelan ludah susah payah, berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan, tetapi tenggorokannya terasa kering.“Kalau begitu .…” Rachel menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “hati-hati di perjalanan.”Sean tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa pahit.“Kau juga,” jawabnya.Rachel mengangguk pelan, lalu turun dari mobil. Sean tetap duduk di dalam, menatap punggung

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 176 Haruskah?

    Sean berdiri di tepi trotoar, menunggu dengan sabar di depan kantor tempat Rachel bekerja. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya, sedangkan lalu lintas kota mulai ramai seiring jam pulang kerja.Tidak lama, pintu kaca otomatis terbuka, dan Rachel muncul dari dalam gedung dia antara banyaknya para pekerja yang keluar dari gedung itu. Dia tampak lelah, tetapi senyum tetap terukir di wajahnya saat matanya menangkap sosok Sean. Dengan riang, dia melambaikan tangan."Sean!" serunya, mempercepat langkah mendekatinya.Sean, yang kini sudah benar-benar pulih tanpa tongkatnya, membalas senyum Rachel. "Lama sekali. Aku hampir mengira kau sudah lupa kalau ada seseorang yang menunggumu di sini," godanya.Rachel tertawa kecil. "Sibuk, tahu? Tapi aku senang kamu datang menjemputku."Sean mengangkat bahu. "Aku ‘kan harus memastikan kamu tidak pulang terlalu larut. Siapa tahu ada orang asing yang mencoba merebut perhatianmu," ujarnya dengan nada bercan

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 175 Bersatu

    Waktu berlalu, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Setelah menjalani pemulihan yang cukup panjang, Sean dan Steven hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mereka sempat melalui berbagai pemeriksaan dan tes untuk memastikan kondisi keduanya benar-benar sudah pulih.Hari itu langit begitu cerah, seolah-olah ikut merayakan kesembuhan mereka berdua.Damian sudah menunggu di depan ruang rawat sang anak yang pintunya terbuka dengan penuh antusias. Tidak berapa lama, orang yang dia tunggu akhirnya keluar juga. Bianna tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Steven yang terlihat lebih ceria dan sehat dibanding sebelumnya.“Siap pulang, jagoan?” Damian bertanya sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.Steven mengangguk dengan semangat. “Siap, Daddy! Aku kangen rumah!”Dari arah sebelah kanan Damian, Sean juga baru keluar dari ruang rawatnya, pria itu melangkah dengan tenang, meskipun tubuhnya masih sed

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 174 Satu Keluarga

    Rachel menghela napas, tidak menyangka kalau Sean akan bertanya hal itu. Wanita yang menguncir rambut panjangnya itu lebih dulu menyesap air putih dari gelas yang ada di meja samping tempat tidur sebelum akhirnya menjawab, “Aku bertemu dengan Bianna lebih dulu, lalu dari situlah aku mulai mengenal Damian. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang aneh darinya. Dia selalu bersikap baik, tapi juga menjaga jarak seolah-olah … ada sesuatu dalam diriku yang mengganggunya.”Sean mengangkat alis. “Mengganggunya?”Rachel mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku merasa dia melihatku bukan sebagai diriku sendiri … melainkan seseorang yang lain.”Sean menatap Rachel dalam diam. Pikirannya mulai menghubungkan banyak hal yang selama ini terasa samar. “Mungkin karena kamu mirip dengan Elara,” gumamnya lirih.Rachel menatap Sean, mencoba membaca ekspresinya. “Aku tidak pernah bertanya banyak, karena aku bisa merasakan sepertinya itu sesua

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 173 Steven Selamat

    Waktu terasa berjalan lambat bagi Damian dan Bianna yang menunggu di luar ruang operasi. Bianna duduk di bangku tunggu sambil terus meremas jemarinya sendiri, sedangkan Damian mondar-mandir di sepanjang lorong rumah sakit.“Aku tidak tahan lagi … ini sudah berjam-jam,” gumam Bianna dengan suara gemetar.Damian menghentikan langkahnya dan duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya erat. “Mereka akan baik-baik saja. Sean kuat, begitu juga Steven.”Bianna mengangguk, meskipun kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. Sementara Eduardo duduk di bangku lainnya ditemani oleh Dion. Pria tua itu menunduk sembari merapalkan doa-doa demi keselamatan cucu dan cicitnya.Setelah hampir lima jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rodriguez keluar dengan wajah tenang dan profesional didampingi seorang suster di sampingnya. “Dok, bagaimana keadaan mereka?” Damian langsung b

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 172 Hari Penting

    Damian menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi tetap tenang. “Bukan itu maksudku, Kak.”“Tapi itulah yang kamu katakan!” Sean mendekat, dadanya naik turun menahan amarah. “Kamu berbicara seolah-olah kehadiran Rachel itu seperti pengganti Elara! Seperti Elara tidak ada artinya bagimu!”Mendengar ucapan Sean, Damian mengepalkan tangannya. “Aku tidak pernah bilang begitu! Aku hanya mengatakan bahwa melihat Rachel … aku merasa sedikit lebih baik. Itu bukan berarti aku melupakan Elara!”Sean menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. “Jangan bicara seolah-olah kamu lebih menderita dariku, Damian! Kamu bahkan tidak ada di sana saat Elara meninggal! Kamu tidak melihatnya sekarat di pelukanku! Kamu tidak merasakan ketakutan dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik hidupmu!”Suasana semakin memanas, napas mereka berdua memburu.Damian menatap Sean dengan tatapan dingin. “Kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan, Kak? Aku juga

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 171 Sean Marah

    Malam semakin larut, tetapi Damian belum juga bisa memejamkan mata. Dia menatap Bianna yang tertidur di samping Steven, memeluk putra mereka dengan penuh kasih sayang. Wajah putranya masih pucat, tetapi napasnya kini lebih teratur setelah mendapatkan perawatan intensif. Damian mengusap rambut Steven dengan lembut, memastikan bahwa putranya nyaman.Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Sean.Dengan hati yang dipenuhi berbagai emosi, Damian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar rawat sang anak. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, mencari keberadaan Sean. Dia tahu bahwa saudaranya itu pasti masih ada di sekitar sini.Saat dia sampai di taman di balkon rumah sakit, langkahnya terhenti.Di sana, di bawah redupnya cahaya lampu taman, Sean sedang duduk di bangku panjang bersama Rachel. Keduanya tampak berbincang dengan santai. Rachel terkadang tertawa kecil, sementara Sean terlihat lebih rileks dibandingkan s

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 170 Membuka Hati

    Rachel tiba di rumah sakit, untuk menjenguk Steven. Saat dia melangkah ke dalam ruangan dan melihat ekspresi wajah semua orang, dia langsung menyadari bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil menatap mereka satu per satu. Bianna menghapus air matanya dan tersenyum. “Kak Sean cocok sebagai donor sumsum tulang untuk Steven.” Rachel terkejut. Dia menoleh ke arah Sean yang hanya berdiri diam di sudut ruangan, tampak tenang seperti biasanya. Namun, di balik ketenangannya, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Sean. Rachel melangkah mendekat dan berkata pelan, “Kau benar-benar akan melakukannya?” Sean menatap Rachel dan mengangguk tanpa ragu. “Ya. Aku akan menyelamatkan keponakanku.” Rachel menatapnya dalam-dalam. “Itu … luar biasa.” Sean tidak menjawab, hanya menoleh kembali ke Damian dan Bianna. “Kalau begitu, aku akan menyelesaikan tes tambaha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status