Glenn berjalan sambil menguap ke apartemen Gardenia Hills. Saat ia sampai di depan gedung dengan puluhan lantai itu, ia tiba-tiba teringat akan keinginan sang ayah saat berniat membangun sebuah apartemen."Kau pergi sebelum mewujudkan hal itu, Ayah. Kenapa kau tidak pernah menepati janjimu?" gumam Glenn pelan. Dadanya sesak setiap kali ia teringat akan sosok kedua orangtuanya itu, bercampur aduk. Selain ada perasaan sesal karena hubungan mereka buruk sebelum mereka pergi, Glenn juga marah lantaran belum bisa berbuat apapun demi keduanya. "Tapi aku akan segera merebut semua itu kembali, Ayah, Ibu," ujar pemuda itu sebelum ia melangkah ke dalam area apartemen. Ia langsung disambut oleh Alexander yang telah memakai piyama mewahnya."S and R. Dua ratus juta," gumam Glenn sambil melempar dirinya ke atas soda.Alexander sedikit melongo saat Glenn menyebutkan merk piyama biru tua berbahan satin dengan kualitas terbaik itu, "Kau tahu?"Dengan menyangga kepalanya, Glenn berkata, "Lebih dari
Glenn menyeringai lebar, begitu puas melihat Mike telah menyerah kepadanya. Ia berpikir setidaknya ia bisa bekerja di restoran itu dengan tenang tanpa adanya gangguan lagi.Walaupun ia yakin jika orang seperti Mike itu tidak akan mungkin bisa berubah, tapi ia cukup puas dengan membuat orang itu tidak akan menyerangnya selama beberapa waktu ke depan.Begitu urusannya selesai di restoran milik Alexander Barata itu, Glenn segera pulang ke apartemen untuk membicarakan masalah lelang yang akan digelar besok.Alexander yang memang sedang menunggu kedatangan Glenn, dengan segera bertanya cepat, "Jadi, apa yang harus aku lakukan di acara lelang itu?"Glenn tersenyum sekilas, "Kau sepertinya terlihat tidak sabar untuk segera datang ke sana.""Ya, harus aku akui memang aku sangat penasaran siapa yang akan berhasil mendapatkan stasiun televisi milik keluargamu itu," ujar Alexander jujur.Glen manggut-manggut, "Aku yang akan mendapatkan stasiun televisi itu.""Hah?""Lebih tepatnya kau yang akan
Keesokan harinya, Glenn pun menemani Alexander menghadiri acara lelang tersebut. Sebelum Alexander keluar dari mobil mewahnya itu, Glenn berkata, "Dapatkan itu untukku!" Kata-kata itu terdengar seperti sebuah perintah di telinga Alexander, namun ia sama sekali tidak keberatan. Ia menjawab dengan penuh percaya diri, "Glenn, aku ini Alexander Barata, aku tidak akan mungkin bisa dikalahkan dengan begitu mudah. Aku pasti akan mendapatkannya." Glenn mengangguk yakin dan kemudian menepuk punggung Alexander yang langsung mendapat balasan sebuah pelototan tajam dari Alexander. Ia memprotes, "Aku jadi terlihat seperti seekor kuda yang diminta untuk berlari." Glenn mengangkat sebelah alisnya sebagai sebuah balasan. "Ah, iya. Kau bisa mendengarkan seluruh percakapan kamu melewati monitor dan juga earphone itu," ujar Alexander. Glenn mendengus keras dan membalas, "Apa kau pikir aku ini orang yang bodoh sampai kau mengulanginya berkali-kali?" Alexander tertawa kecil lalu segera turun dari
"Untuk Brawijaya TV 1 yang telah memberikan pundi-pundi rupiah untuk kita," ujar Satria sambil mengangkat gelas kaca mewahnya yang berisi minuman memabukkan.Narendra juga mengangkat gelasnya lalu membalas, "Untuk Alexander Barata yang telah memberikan kita uang secara cuma-cuma."Astuti Brawijaya yang tidak ikut minum pun ikut bertepuk tangan, "Kau memang hebat, Ren. Ibu bangga sekali kau bisa menemukan ide seperti ini.""Tentu saja, Ibu. Aku harus memutar otak untuk lebih banyak mengeruk harta Om Andi. Kita tidak bisa hanya mengelola saja. Karena kita kan juga tidak tahu sampai kapan perusahaan itu bisa kita ambil manfaatnya jadi lebih baik kita menjualnya saja sekarang kan saat nilainya sedang tinggi-tingginya."Narendra menjelaskan seolah memang idenya tersebut adalah ide yang cemerlang.Satria Brawijaya mangut mangut. Ia awalnya tidak menyetujui ide sang putra tetapi ketika Narendra menjelaskan tentang keuntungan-keuntungan yang bisa mereka dapatkan maka ia tidak memiliki alasan
Setelah mendapatkan kemenangan yang menurutnya adalah awal dari kebangkitannya itu, Glenn kembali pada pekerjaannya sebagai seorang pelayan di restoran milik Alexander Barata.Dia menjalani hari-harinya seperti biasanya dan tetap mempelajari bisnis-bisnis sang ayah setelah ia selesai mengerjakan tugasnya. Ia benar-benar merasa damai lantaran tak ada gangguan yang mendatanginya.Namun, rupanya ketenangannya itu tak berlangsung lama. Sebab, tanpa pernah ia duga sebelumnya, orang yang paling tidak ingin dia temui di dunia malah tiba-tiba saja berdiri di depan restoran tempat dia bekerja saat ini.Dari balik kaca, Glenn bisa melihat tatapan meremehkan yang dilempar oleh Narendra yang datang bersama dengan teman-temannya. Salah satu dari mereka adalah Zayn, sahabatnya yang pernah dia sangat percaya. Tetapi jelas sekali mantan sahabatnya itu tak berani menatap ke arahnya.Glenn awalnya tidak ingin melayani Narendra dan teman-temannya itu tetapi melihat tak ada pelayan yang sedang bebas maka
Narendra kembali bertanya, "Apa yang Anda maksud?""Mohon tunggu sebentar!" ucap Indy dan ia mengetik sesuatu di keyboard miliknya lalu membalikkan sebuah monitor agar Narendra dan orang-orangnya bisa melihat.Indy kembali berujar, "Ini, Pak. Silakan. Anda bisa lihat semuanya. Ini CCTV yang merekam semua kejadian di dalam restoran kami." Narendra dan Kris saling lempar pandang tapi kemudian mulai melihat sebuah video yang diputar oleh Indy. Glenn sendiri tidak ikut melihat dan hanya berdiam diri.Di dalam video itu begitu jelas sekali terlihat jika Krislah yang menjegal Glenn, bukan Glenn yang sengaja membuat dirinya tersandung. Begitu mengetahui dirinya tertangkap kamera, Kris diam tak berkutik. Narendra pun tidak memiliki cara untuk membantahnya."Jadi, sudah jelas ya Pak. Bukan karyawan kami yang bersalah, melainkan Bapak ini yang dengan sengaja menjegal karyawan kami," ujar Indy tenang.Narendra melirik Kris dan pria yang cepat tanggap itu berkata, "Hm, baiklah. Aku akan ganti ru
"Omong kosong apa yang baru saja kau katakan itu, Glenn?" balas Narendra terlihat kesal.Glenn kembali tersenyum, "Omong kosong yang bisa saja membuatmu tidak tenang."Narendra sedikit terkejut mendengarnya tetapi ia berhasil mengatur emosinya kembali berkata, "Kau boleh bermimpi sepuasmu, Glenn. Tapi, sayangnya semua yang sedang kau bayangkan tidak akan pernah terjadi. Harta yang diambil darimu jelas tidak akan pernah kembali kepadamu."Senyum Glenn seketika lenyap, kini giliran Narendra yang menyeringai, "Kau ini hanya seekor semut yang sedang melawan gajah, Glenn. Kau tidak akan pernah menang. Kau salah besar jika menganggap diriku takut kepadamu." "Gajah tidak pernah takut pada semut yang akan mati dalam sekali injak," lanjutnya.Glenn yang sempat kehilangan kata-kata itu tiba-tiba membalas, "Seekor semut bisa menang jika dibantu oleh kawan-kawannya, Ren. Gajah bisa mati jika dikerubungi oleh semut."Narendra terhenyak. Sungguh, dia tak mengerti arti kalimat yang diucapkan oleh G
"Siapa yang Ayah maksud?" tanya Narendra dengan tatapan penuh tanya.Satria menghela napas, tetapi tidak menjawab pertanyaan Narendra."Apa maksud Ayah itu Edgar? Orang kepercayaan Paman Andi?" tebak Narendra.Satria mendecakkan lidah, "Edgar berada di dalam penjara, mana bisa dia membantu Glenn? Jelas bukan dia."Narendra pun kembali berpikir keras, sebelum berkata, "Apa mungkin pelayan itu, Ayah? Fero, asisten pribadi Glenn?"Satria menggelengkan kepalanya, menatap putranya yang membuatnya kecewa karena melontarkan dua nama yang menurutnya mustahil membantu Glenn."Bukan, Ayah?""Tentu saja bukan. Fero, yang kau maksud itu hanyalah tikus got yang tidak berarti. Bagaimana mungkin kau mengira itu dia?" ujar Satria tidak percaya.Narendra terlihat malu dan akhirnya terdiam.Satria melanjutkan, "Fero, Edgar atau pelayan, pengawal lama Glenn jelas tidak mungkin bisa membantunya. Ruang gerak mereka terbatas dan Ayah selalu memerintahkan orang untuk mengawasi mereka."Narendra tidak lagi m